Saya pernah dengar hadits ttg mencari ilmu di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu. Sedang belajar setelah dewasa bagai mengukir di atas air. Betulkah itu sebagai hadits? Kalau betul, riwayat siapa?
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ungkapan tersebut memang sangat populer di lidah manusia. Terutama di kalangan pesantren dan madrasah. Ungkapan ini menekankan pentingnya belajar, khususnya ilmu agama, di masa kecil.
Danpara peneliti perkembangan anak juga membenarkan hal itu. Mereka menegaskan bahwa sejak bayi otak manusia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bahkan para bayi sejak kecil telah belajar banyak hal.
Glandoman mengatakan bahwa kalau Anda baru ingin mengajari anak berusia 4 tahun untuk membaca, maka sesungguhnya hal itu telah terlambat. Karena sebenarnya bayi usia beberapa bulan sudah bisa mulai diajarkan membaca bahkan matematika.
Dalam sejarah Islam, para ulama terbiasa menghafal 30 juz Al-Quran sejak usia 5 hingga 8 tahun. Al-Imam Asy-Syafi’i bahkan telah menghafal kitab tebal karya Imam Malik, Al-Muwaththa’, ketika berusia 15 tahun. Sehingga wajar bila para ulama di masa lalu bukan hanya ahli di bidang tafsir, hadits, fiqih dan ushul, tetapi juga mereka ahli di bidang ilmu pengetahuan dan sain.
Memang belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu. Jadi ungkapan itu memang benar dan sudah dibuktikan oleh sejarah dan data.
Kedudukan Hadits
Namun kalau kita telusuri tentang sumber perkataan ini, ternyata lafadz ini bukan hadits nabi SAW. Tidak ada riwayat yang shahih yang menetapkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengucapkan hal itu.
Kalimat hikmah yang isinya memang mengandung kebenaran ini adalah kalimat dari seorang ulama besar di masa tabi’in. Di dalam kitab Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhailihi karya Ibnu Abdil Barr, jilid 1 halaman 357, disebutkan bahwa kalimat ini adalah perkataan Al-Hasan Al-Bashri. Lengkapnya:
عن معبد عن الحسن البصري قال: العلم في الصغر كالنقص في الحجر
Dari Ma’bad dari Hasan Al-Basri, beliau berkata."Mencari ilmu pada saat kecil seperti memahat di atas batu."
Hasan Al-Basri bernama lengkap Abu Said Al-Hasan bin Abil Hasan Yasar Al-ashri. Sebenarnya beliau tidak termasuk shahabat nabi, namun berada pada level tabi’in, karena beliau tidak pernah bertemu langsung dengan Rasulullah SAW. Namun beliau termasuk senior di kalangan tabi’in.
Pada diri beliau berkumpul segala kemuliaan, baik dari sisi keilmuan, kezuhudan, kewaraaan serta hikmah yang banyak. Dan ungkapan yang anda tanyakan di atas, hanyalah salah satu hikmah karya beliau.
Al-Hasan Al-Bashri sebenarnyalahir di Madinah, walaupun namanya dinishbahkan pada kota Bashrah. Beliau lahir pada akhir masa kekhalifahan Umar bin al-Khattab ra. Ayahnya maula dari Zaid bin Tsabit Al-Anshari ra.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc