Pelangi Retak (Bagian 22)

Kastil Blois terletak di jantung kota tua Vieux Blois. Kastil ini dibangun dengan gaya campuran yang komplit antara Ghotic, Flamboyant, Renaissance dan Classicism. Bagian paling indah di kastil ini adalah sayap bangunan Francois I yang memiliki anak tangga memutar membentuk menara oktagonal dengan ornamen khas renaisans. Dinding-dinding kastil penuh dengan lukisan-lukisan masa renainsans (sejumlah koleksi juga tersimpan rapi di Museum Kastil di lantai dua), termasuk sejarah kelam kastil ini yang diwarnai dengan pembunuhan Duc de Guise tahun 1588, yang dilakukan oleh para pengawal di kamar Raja Henri III. Guise dicurigai menyusun rencana kudeta untuk menggulingkan Henri III. Di bagian itu juga ada kamar kerja Catherine de Medici, permaisuri Henri II, yang menyimpan perhiasan permata dan surat-surat penting kerajaan.

Dari Blois kami menyusuri Menars. Suevres dan Mer, kemudian memotong ke arah timur menuju Kastil Chambord, yang rancangan arsitekturnya dinilai paling spektakuler dalam mencitrakan kebangkitan renaisans Perancis. Konsep awal pembangunan Chambord diyakini datang dari Leonardo da Vinci, seniman serba bisa asal Italia yang menetap di Amboise selama tiga tahun terakhir hidupnya (tahun 1519). Chambord yang dikelilingi hutan luas dan taman yang sangat lapang, memiliki deretan "atap" mempesona yang terdiri dari aneka menara dan teras dengan ragam rancangan. Antara lain, menara lampu setinggi 32 meter yang ditopang oleh pilar-pilar melengkung dan dimahkotai ornamen fleurs-de-lys yang mengundang decak kagum dari setiap mata yang memandangnya.

Seperti juga Blois, Chambord memiliki tangga berbentuk spiral yang di tempatkan di tengah ruangan dan menjadi bagian dari suguhan arsitektur double-belix di mana orang yang turun dari naik tangga tidak saling berpapasan. Ruangan paling besar dan mewah dalam kastil ini adalah kamar tidur Raja Louis XIV yang didominasi warna merah dan keemasan. Uniknya, tempat tidur para raja kelihatan sempit dan tidak nyaman. Rupanya, kaum bangsawan di masa lalu tidak pernah tidur terlentang, tetapi selalu tidur dalam posisi duduk karena posisi terlentang dianggap simbol kematian.

Selanjutnya kami melewati rute yang lebih berliku dengan pemandangan kota-kota kecil nan permai di wilayah Loire seperti Bracieux, Cheverny, Pontlevoy, Montrichard dan akhirnya tiba di Chenonceaux. Kastil Chenonceau memiliki kecantikan khas, yaitu tamannya yang terletak di kiri dan kanan kastil yang dirancang dengan konsep simetris. Sebuah kolam besar dengan pncuran diletakkan persis di simpang "pertemuan" garis-garis taman.

Taman kastil ini menjadi istimewa karena dilatarbelakangi persaingan Catherine de Medici dan Diane de Poitiers dalam memperebutkan cinta Raja Henry II. Meskipun Henri II menikahi Medici, namun cintanya pada Poitiers tak pernah padam. Chenonceau adalah hadiah Henri untuk Poitiers yang diambil alih Medici ketika Henri II meninggal dunia.

Poitiers membangun taman di sisi kiri kastil, termasuk membangun jembatas di atas Sungai Cher. Sedangkan Medici membangun taman tandingan di sisi kanan kastil yang disebut taman Chaterine de Medici.

"Mas, nanti aku dibangunkan apa sebagai bukti cintamu?"

"Akan kubuatkan sistem program software dan hardware alat masak otomatis. Jadi, kamu tinggal duduk di depan monitor sambil mengendalikan piranti masaknya… jadi deh oseng-oseng kangkung ala komputer…"

"Huh! Mentang-mentang programmer…"

Selain itu, ada istana Versailles dengan taman bunganya yang cantik, Avenue des Champ Elysees (pusat butik artis dunia), Notre Dame dengan Sungai Seine-nya yang tenang, pelabuhan cantik Mont Juic di Barcelona, Musee de Louvie yang terletak sejajar dengan Kapel Vincentius de Paul, Pantheon (taman makam pahlawan Perancis) dan Universitas Sorbone tempat Erasmus dan Marthin Luther menghabiskan masa-masa kuliahnya. Serta serangkaian tempat-tempat menakjubkan lainnya yang sulit kuhafal namanya…

"Mas, makasih ya!"

"Makasih untuk apa?"

"Sudah mengajakku keliling dunia. Mengajakku untuk melihat betapa lebih banyak lagi pemandangan yang menakjubkan selain Jakarta. Semuanya membuatku lebih banyak bersyukur…"

"Masih ada yang jauh lebih indah dari semua ini sayang…"

"Jangan bilang lagi kalau itu wajahku."

"Ge-er banget…"

"Lalu apa?"

"Ketika kita bisa mencintaiNya di atas segala cinta…"

"Ya, Allah… aku sampai bingung bagaimana caranya bersyukur pada-Mu atas semua ini…"

*****