Dalam beberapa redaksi hadits yang lain, Rasulullah melanjutkan perkataannya kepada para sahabat:
إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ اللهِ
“Sesungguhnya yang paling berhak untuk kalian ambil upahnya adalah (membaca) kitab Allah” (HR Bukhari).
Menanggapi hadits di atas, salah satu pemuka ulama Mesir, Syekh Abdullah bin Shidiq al-Ghumari menjadikan hadits tersebut sebagai hujjah atas bolehnya mengambil upah membaca Alquran, ia menjelaskan dalam himpunan fatwanya:
فمن هذا الحديث الصحيح يستفاد أن أخذ الأجرة على القرآن جائزة لأن النبی أقر الصحابة على أخذ الغنم في مقابل الرقية بفاتحة الكتاب وأخذ نصيبه معهم، و عمم الحكم فقال: “إن أحق ما أخذتم عليه أجرا كتاب الله”. وهذا أقوى ما يكون في إفادة العموم. وأما حديث: “اقرأوا القرآن ولا تجفوا عنه ولا تغلوا فيه ولا تأكلوا به” فهو حديث ضعيف في إسناده انقطاع، وعلى فروض صحته فالحديث الذي ذكرناه أصح وأقوى، لأنه ثبت في الصحيحين وهذا الحديث في “مسند أحمد”، والمسند لا يختص بالصحيح بل فيه الضعيف كما هو معلوم.
“Berdasarkan hadits ini, dapat ditarik kepahaman bahwa mengambil upah atas membaca Alquran adalah hal yang diperbolehkan, sebab Nabi membiarkan sahabat untuk mengambil kambing sebagai ganti atas bacaan mantra berupa Surat Al-Fatihah dan beliau mengambil bagian (atas kambing tersebut) bersama mereka, lalu beliau mengglobalkan hukum dengan berkata: ‘Sesungguhnya yang paling berhak untuk kalian ambil upahnya adalah (membaca) kitab Allah’. Dalil ini merupakan paling kuat yang mengindikasikan pengglobalan hukum (boleh).