Eramuslim – Saat ini banyak Alquran terjemahan dalam berbagai bahasa. Salah satunya yang banyak ditemukan adalah Alquran terjemahan bahasa Indonesia.
Lalu bagaimana hukum memegang Alquran terjemahan bagi orang yang memiliki hadas?
Salah satu larangan bagi orang yang memiliki hadas adalah memegang mushaf Alquran. Sejatinya yang dimaksud Alquran dalam persoalan itu adalah Alquran murni atau terjemahan Alquran sehingga apabila memegang tafsir Alquran diperbolehkan.
Seperti dilansir website Pondok Pesantren Lirboyo, adapun Alquran terjemahan yang beredar saat ini, seperti Alquran terjemahan bahasa Indonesia, sejatinya tergolong tafsir makna Alquran sehingga hukum menyentuhnya disamakan dengan memegang tafsir Alquran. Sebagaimana penjelasan Syekh Ismail Zain dalam fatwanya:
أَنَّ تَرْجَمَةَ الْقُرْآنِ ذَاتِهِ لَا تَجُوْزُ فَإِنْ كَانَتِ التَّرْجَمَةُ لِمَعْنَاهُ فَهِيَ كَالتَّفْسِيْرِ فَلَهَا حِيْنَئِذٍ حُكْمُ التَّفْسِيْرِ فَإِنْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنَ الْقُرْآنِ اَلْفَاظًا جَازَ لِلْمُحْدِثِ حَمْلُهَا مَعَ الْقُرْآنِ وَكَذَلِكَ اِنْ كَانَتْ مُسَاوِيَةً فَإِنْ كَانَتْ أَقَلَّ مِنْ اَلْفَاظِ الْقُرْآنِ فَلَا يَجُوْزُ لِلْمُحْدِثِ مَسُّهَا وَلَا حَمْلُهَا .
“Sesungguhnya menerjemahkan Alquran secara harfiah tidak dilegalkan. Namun apabila yang diterjemahkan adalah maknanya, maka hukumnya seperti tafsir Alquran sehingga apabila jumlah kata tafsirnya lebih banyak, maka diperbolehkan bagi orang yang hadas untuk membawanya. Begitu pula diperbolehkan membawanya ketika jumlah huruf tafsir memiliki jumlah yang sama dengan Alqurannnya. Akan tetapi apabila huruf tafsir lebih sedikit dibandingkan dengan huruf Alquran, maka bagi orang yang hadas tidak diperbolehkan memegang serta membawanya.”[1]
Namun apabila seseorang ragu mengenai perbandingan jumlah huruf antara terjemahan bahasa Indonesia dan huruf Alqurannya, maka tetap diperbolehkan menurut imam Ibn Hajar. Sebagaimana ungkapan Sayyid Abi Bakar bin Muhammad Satho ad-Dimyathi: