Si Vis Pacem Para Bellum

Eramuslim.com – Tadi malam (27/7) seorang jenderal jago tempur bernama Prabowo Subianto bertemu dengan seorang jenderal jago strategi bernama Susilo Bambang Yudhoyono. Pertemuan kedua pemimpin parpol yang berpengaruh, dan berseberangan dengan pemerintah, menarik perhatian banyak khalayak. Banyak yang yakin, kalangan istana, juga mengirimkan kupingnya ke Cikeas.

Dalam pertemuan itu Prabowo dan SBY mendiskusikan banyak hal, dan yang menjadi titik sentralnya adalah kelakuan rezim penguasa yang ugal-ugalan dalam berdemokrasi, “sak karepe dewek” alias sewenang-wenang, dalam banyak hal. Salah satunya dengan memaksakan Preshold 20%. Hal ini tidak bisa lain dibaca sebagai kengototan rezim sekarang untuk melanjutkan kekuasaannya lewat pat-gulipat undang-undang yang digelontorkan DPR lewat parpol-parpol pro pemerintah. Catat! Hanya Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN yang menolaknya. Selebihnya, menjadi bagian dari mesin sulap pemerintah.

Prabowo dengan bahasa lisan dan bahasa tubuhnya yang khas menyatakan keprihatinan yang sangat mendalam terhadap fakta ril di lapangan ini. Ketika kekuasaan Orde Baru tumbang, demi terciptanya Demokrasi yang sehat, TNI dengan penuh kesadaran mundur dari gelanggang politik dan mempercayakan Demokrasi kepada para politisi sipil. TNI mengambil posisi hanya sebagai pengawal NKRI dari musuh-musuh luar yang ingin menggerogoti keutuhannya. Namun, dari tahun ke tahun, reformasi memperlihatkan wajah sesungguhnya yang tak lain dan tak bukan hanya sebuah topeng bagi nafsu kekuasaan sekelompok mafia non-pribumi yang ingin mencaplok negeri ini lewat boneka-boneka pribumi yang dipeliharanya.

Prabowo Subianto, SBY, dan jutaan orang yang sadar bahayanya hal ini tentu tidak bisa duduk diam sambil terus menonton perampokan dan pemerkosaan atas kedaulatan dan harga diri bangsa besar bernama Indonesia ini yang dilakukan badut-badut peliharaan kaum asing.

Seorang mantan jenderal yang juga bekas orang dekat Jokowi mengatakan jika dia percaya TNI tidak akan tinggal diam melihat ini semua. Di saat momentum yang tepat, semua akan bergerak.

“Si Vis Pacem Para Bellum,” ujarnya singkat. Untuk memelihara dan menciptakan perdamaian, bersiaplah untuk perang!  Dia mengutip peribahasa latin yang diyakini berasal dari penulis militer Romawi bernama Publius Flavius Vegetius Renatus (400 M).

Apakah TNI tengah menyiapkan perdamaian? Dia tersenyum penuh arti dan menjawab bijak, “Kami mencintai negeri ini dan semua rakyatnya, kami mencintai perdamaian, tapi lebih mencintai keadilan…”

Dia melihat jika umat Islam di negeri ini belum siap untuk menjadi penjaga kedamaian dan keadilan negeri ini.

“Umat Islam cuma menang dalam jumlah, kuantitas. Itu pun bisa dengan mudah dipecah-belah musuh dengan iming-iming uang dan lainnya. Hanya sedikit yang benar-benar siap untuk menciptakan perdamaian dan keadilan. Sebab itu kami percaya, di saat yang tepat, kami harus masuk kembali untuk menegakkan cita-cita kemerdekaan negeri ini. Kami dan semua rakyat yang mencintai Indonesia tentu tidak sudi negeri ini terus-menerus dikangkangi asing dan antek-anteknya!” ujarnya pelan tapi susunan kalimatnya tegas dan keras.

Kapan hal itu terjadi?

“Sejarah punya perhitungannya sendiri, kapan sebuah situasi sudah klimaks dengan sempurna . Teruslah bersiap.” []