Presiden Israel Shimon Peres, memuji Raja Arab Saudi Abdullah, dalam dialog agama-agama yang digelar di gedung PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), New York. (121/11). Dialog yang berlangsung di gedung PBB itu, dihadhiri sejumlah pemimpin dunia, antara lain, Presiden Amerika George Walker Bush, Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, Presiden Afghanistan Hamid Kharzai, Perdana Inggris Gordon Brown, Raja Yordania Abdullah II, Presiden Israel Shimon Peres, mantan perdana Prancis Alain Juppe, Perdana Palestina Salam Fayyad, dan diplomat PBB dari 80 negara.
Dialog yang berlangsung di markas PBB itu, adalah inisiatif dari Raja Arab Saudi Abdullah.Pertemuan yang mendapat perhatian sejumlah kepala negara itu, Raja Arab Saudi, Abdullah, mengajukan proposal, agar Israel mundur dari seluruh wilayah yang diduduki sejak perang tahun, 1967. Proposal Abdullah ini sudah pernah diajukan enam tahun yang lalu, tapi sampai sekarang tak mendapatkan tanggapan serius dari fihak Israel dan sekutu-kutunya. Bahkan, Israel mengklaim seluruh Yerusalem (Timur dan Barat), merupakan hak syah bangsa Israel.
Dalam sejarah untuk pertamakalinya pemimpin Arab Saudi Abdullah dan Presiden Israel Shimon Peres, keduanya berada dalam satu ruangan pertemuan. Saat memberikan pidatonya, Shimon Peres dengan mengabaikan tek pidatonya memberikan pujian terhadap Raja Arab Saudi Abdullah, bahwa ia sangat menghormati gagasannya mengenai inisiatif damai Saudi di Timur Tengah, tegas Peres.
Lebih lanjut, pemimpin Israel itu menyatakan : “Yang mulia, penguasa Saudi Arabia, saya mendengarkan pesan pesan yang mulia. Saya berharap suara anda akan menjadi angin yang kuat bagi terwujudnya perdamaian di seluruh kawasan, bagi semua penduduknya. Ini betul dan hal ini dibutuhkan dan sekaligus menjanjikan”, kata Shimon Peres. Inilah pertemuan antara Raja Abdullah dengan Presiden Israel Shimon Peres, yang didukung Presiden Amerika George Walker Bush, dan menggunakan lembaga multilateral PBB.
Langkah inisiatif Raja Abdullah ini mempunyai tujuan menyelesaikan konflik Arab-Israel, khususnya konflik antara Palestina-Israel, yang sudah berlangsung sejak adanya pendudukan yang dilakukan oleh Israel atas tanah-tanah rakyat Palestina. Apakah gagasan Raja Abdullah ini akan terwujud? Belum ada yang dapat memberikan jaminan pertemuan agama-agama ini, menjadi salah satu katalisator terciptanya perdamaian dikawasan itu.
Pertemuan agama-agama yang digagas Raja Abdullah, bukan hanya ingin menyelesaikan masalah konflik Palestina-Israel, tapi yang lebih pokok, ingin meningkatkan peran agama-agama yang ada di dunia, menghentikan tindak kekerasan terorisme. Inisiatif Raja Abdullah ini, tak lain, sejalan dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah Amerika, yang tujuannya dengan menggunakan agama-agama yang ada untuk mendukung kebijakan Amerika.
Belum lama, pemerintah Arab Saudi, telah menangkap tidak kurang 1.000 aktivis di Arab Saudi, yang dituduh mempunyai kaitan dengan gerakan teroris. Sehingga, kebijakan Raja Abdullah yang memberangus para aktivis Islam, yang dituduh sebagai ‘irhabiyun’ (teroris) ini, mendapat pujian fihak Barat, khususnya Amerika. Langkah penguasa Arab Saudi, Raja Abdullah itu ingin membuktikan kepada dunia, bahwa dirinya tidak akan memberikan tempat bagi kaum ‘teroris’.
Raja Abdullah adalah sekutu utama Amerika di Timur Tengah. Terutama, berkaitan dengan kebijakan luar negeri Amerika yang memerangi terorisme secara global. Meskipun, Arab Saudi di mata Amerika tetap dicurigai menjadi potensi ancaman yang serius menyangkut keamanan, karena pandangan-pandangan keagamaannya, yang bersumber dari ajaran Wahabi (Salafi), yang dinilai melahirkan radikalisme keagamaan.
Bahkan, sejauh ini Amerika telah melakukan campur tangan di dalam negeri pemerintah Kerajaan Arab Saudi, seperti menyangkut kebijakan dibidang pendidikan. Dimana Amerika ingin merubah total kurikulum pendidikan agama. Masalah kurikulum pendidikan agama ini mendapatkan perhatian serius pihak Amerika. Karena, di mata Amerika pandangan-pandangan keagamaan yang bersumber dari Wahabi ini, yang diajarkan melalui lembaga pendidikan itu, berpontensi mengarahkan kepada lahirnya ‘terorisme’.
Bahkan, campur tangan Amerikan terhadap Arab Saudi, yaitu intervensi tehadap lembaga-lembaga yang bergerak dibidang sosial. Semua lembaga sosial di Arab Saudi dan negara-negara Teluk dikontrol sepenuhnya oleh fihak keamanan Amerika, karena kawatir dana-dana yang terkumpul itu, jatuh ke tangan fihak teroris.
Inisiatif yang dilakukan Raja Abdullah ini, pararel dengan kebijakan luar negeri Amerika, yang ingin menciptakan negara-negara moderat, dan kelompok-kelompok moderat, yang tidak memusuhi Amerika, dan Israel. Seperti digambarkan rumusan lembaga Rand Corporations, yang didirikan oleh Prof. Rubenstien, yang memasok isu-isu kebijakan global kepada NSC (National Security Council) Amerika, sampai sekarang.
Nampaknya, Amerika dengan menggunakan Arab Saudi, Raja Abdullah, ingin mengajak seluruh agama-agama di dunia, memerangi terorisme. Pertemuan itu, justru mendapat kecaman dan kritikan, karena kondisi di dalam negeri Arab Saudi, akibat terjadinya pelanggaran hak-hak asasi. Presiden Majelis Umum PBB, Miguel d’Escoto Brockmann, berusaha meyakinkan peserta, yang merasa gundah, karena adanya kecaman-kecaman, atas inisiatif Arab Saudi itu. Akankah para pemimpin agama bersedia dijadikan alat untuk membungkam apa yang disebut ‘teroris’? Wallahu’alam.