Dahulu ada Firaun yang merupakan penguasa yang sangat kejam terhadap rakyatnya.
Dahulu ada Bal’am, pemuka agama yang entah dengan logika apa mati-matian membela kekejaman Fir’aun dan membodoh-bodohi rakyatnya dengan kata-kata yang manis.
Dahulu ada Qorun, seorang kaya raya yang mendukung rezim tiranik Fir’aun demi kepentingan pribadinya.
Dahulu ada para penyihir rezim Fir’aun yang mampu menjadikan hitam sebagai putih dan menjadikan putih sebagai hitam, membolak-balikkan kejadian dan fakta yang ada.
Dahulu juga ada Nabi Musa a.s. yang dituding Fir’aun sebagai gembong teroris dan diperangi oleh rezimnya, namun dicintai rakyatnya.
Sejarah itu berulang. Selalu berulang….
Di negeri khayangan nan jauh disana… pun ada Fir’aun dalam sosok dan nama yang berbeda namun esensinya sama.
Sekarang pun ada Bal’am, yang membawa ayat-ayat suci untuk mendukung rezim penguasa dan membodohi rakyatnya dari jalan al-haq.
Disanapun ada Qorun, para orang-orang super kaya yang mendukung rezim penguasa tiranik demi memuluskan agenda dan kepentingan kelompoknya.
Pun ada para penyihir rezim Fir’aun, yang gencar menyiarkan kebohongan demi kebohongan dan mengatakannya sebagai FAKTA, namun malah menuding kebenaran sebagai Hoax.
Tak ketinggalan, pun ada “Nabi Musa a.s.” yang dituding sebagai penjahat besar oleh penguasa dan dikejar-kejar terus walau dia sendiri tidak pernah merugikan bangsa dan negaranya, serta dicintai oleh rakyatnya.
Sudah sunatullah, para nabi Alah Swt senantiasa dimusuhi pasukannya setan dan iblis. Sudah sunatullah, para pejuang kemerdekaan selalu diperangi oleh kaum penjajah dan antek-anteknya.
Dan, sekarang pun (mungkin) ada Schout Van Hinne dalam bentuk dan nama yang berbeda. Namun lakonnya tetap sama. []