Eramuslim.com – Saat ini adalah tahun politik. Tahun dimana parpol mulai memasang muka malaikat kepada rakyat. Yang biasanya berkumpul dengan para preman, menista ulama, sampai berdoa dengan sesajen, tiba-tiba ganti chasing, mengenakan baju koko putih, peci, dan tutur sapanya lembut plus ucapan Assalamu’alaikum dan doa-doa lainnya. Bibirnya sekarang kalau bicara dengan rakyat atau di depan wartawan, diusahakan selalu bergerak-gerak agar dikira tengah zikir. Entah, beneran zikir atau mengunyah permen karet.
Ada calon dari parpol pendukung penista agama, yang tahun lalu terang-terangan iktan menghina ulama, tiba-tiba pasang spanduk duluan dan, jreeng…!, lengkap dengan kerudung putih. Dalam berbagai spanduknya, perempuan muda yang masih hijau ini menyeru rakyat agar menjauhi korupsi, namun dia agaknya lupa jika parpolnya sendiri tidak mau menjelaskan asal muasal sumber dananya.
Hari-hari ini adalah hari dimana para politikus mendekati rakyat, merayu rakyat, dan berusaha keras agar dipercaya rakyat. Even lima tahun sekali dalam pesta oligarki yang dikatakan sebagai pesta demokrasi ini adalah even dimana suara rakyat sangat diharapkan parpol. Dan tiba-tiba saja ada peristiwa pencegatan Gubernur DKI Anies Baswedan yang dilarang ikut mendampingi Presiden Jokowi untuk memberi piala kepada squad Persija yang keluar sebagai pemenang Piala Presiden 2018. Padahal, calo karcis Stadion Bung Karno pun tahu jika Anies Baswedan adalah Tuan Rumah acara itu.