Pembicaraan Perdamaian Mubazir Arab-Israel

Negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab memberikan lampu hijau bagi pembicaraan damai dengan Israel. Perubahan sikap dari Liga Arab ini, menunjukkan perubahan sikap para pemimpin Arab yang sebelumnya telah menolak melakukan pembicaraan apapun dengan Israel, sesungguhnya menunjukkan para pemimpin Arab itu, semakin lemah di depan Israel.

Pada dasarnya Israel tidak pernah mau mengakomodasi sikap dan pandangan dari negara-negara Arab, termasuk kebijakan pembangunan pemukiman Yahudi di Yerusalem Timur. Israel tetap melaksanakan kebijakan meneruskan pembangunan pemukiman. Betapapun Liga Arab telah menolak, bahkan sekutu Israel seperti AS dengan sangat jelas memberikan isyarat agar Israel menghentikan pembangunan pemukiman di Yerusalem.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu telah menegaskan, bahwa soal pembangunan pemukiman di Jerusalem Timur tidak ada kompromi. “Dengan Amerika atau tanpa Amerika”, pembangunan itu akan tetap dilaksanakan. Pembangunan pemukiman itu, sama dengan pembangunan yang ada di Tel Aviv, atau wilayah-wilayah lainnya.

Israel dapat dengan mudah mendikte negara-negara Arab, karena pada dasarnya Israel tahu karakter dan kepentingan para pemimpin Arab. Israel juga tahu kelemahan negara-negara Arab, yang pasti apapun yang mereka lakukan, tidak akan mengubah rencana Israel, yang ingin terus meluaskan pembagunan pemukiman di Jerusaelm Timur. Israel dengan sangat jelas mengisyaratkan bahwa Jerusalem Timur itu, sudah menjadi hak milik Israel. Wilayah yang didudukinya sejak perang tahun 1967 itu, diklaim sudah menjadi bagian wilayah Israel secara permanen.

Mesir, Arab Saudi, dan Jordania, serta Syria, negara-negara ini, yang tergabung dalam organisasi Liga Arab, tidak memiliki daya tawar di depan Israel. Karena negara-negara itu, secara keamanan dan militer sangat tergantung dengan Israel dan AS. Mereka mendapatkan senjata dan dukungan ekonomi, seperti Mesir dan Jordania yang sangat tergantung dengan Israel dan AS. Sementara, negara Arab Saudi, sebagai penghasil minyak terbesar di dunia, tidak memiliki kemampuan militer, dan sumber daya manusia sangat terbatas, khususn yang dibidang militer.

Para penguasa di Timur Tengah yang tergabung dalam Liga Arab, mereka sangat tergantung dari segi ekonomi dan keamanan serta militer kepada Israel dan AS. Adanya ketergantungan itu, yang menyebabkan daya tawar mereka menjadi rendah,ketika menghadapi Israel. Mereka tidak memiliki daya tawar yang kuat, dan selalu bergantung dalam segi keamanan terhadap AS.

Obama yang sekarang ingin menjadi sponsor dalam perundingan Timur Tengah, dan menyelesaikan konflik Arab-Israel, terpaksa harus menghadapi Israel, yang memiliki sikap yang tidak mau komromi dengan kebijakannya yang tetap mempertahankan pembangunan di Jerusalem Timur. Karena itu, langkah-langkah kebijakan yang dilakukan AS tidak mempunyai arti setragis bagi situasi di TimurTengah, yang sekarang ini terus memanas akibat tindakan Israel.

Kalau sekarang ada pembicaraan damai, dan Israel membuat komitment bagi pembicaraan damai, tak lain itu hanyalah untuk mengecoh masyarakat interasional. Israel tidak pernah mau bersedia memenuhi kecenderungan masyarakat dunia. Seperti belum lama ini Obama ingin melakukan pengurangan terhadap senjata nuklir, dan membuat perjanjian Non-Proleferasi Nuklir (NPT), yang secara bertahap ingin mengurangi jumlah senjata nuklir, tetapi Perdana Menteri Bunyamin Netanyahu menolak untuk hadir di Washingtong bersama para pemimpin menghadiri konferensi itu.

Israel tetap menjadi ancaman keamanan dunia, karena Israel mempunyai 100-200 kepala hulu ledak nuklir, yang terletak di gurun Negev, di mana terdapat pusat reaktor Nuklir, yang terletak di Dimona. Maka, sejatinya Israel itu, menjadi sebuah ancaman bagi keamanan dunia, bukan hanya ancaman perdamaian di Timur Tengah, semata.

Pertemuan yang sekarang berlangsung, tujuannya untuk mengakhiri konflik Arab – Israel, tidak akan membuahkan hasil apapun, selama Israel tidak mau memberikan komitment terhadap perdamaian, dan negara-negara Arab tidak memiliki daya tawar terhadap Israel dan Amerika. Para pemimpin Amerika sebenarnya, termasuk Obama hanyalah basa-basi dalam soal perdamaian, karena buktinya tidak mampu menekan Israel. Wallahu’alam.