Masyarakat modern adalah masyarakat yang sakit. Mereka menghadapi penyakit yang akut. Tidak pernah akan ditemukan obatnya. Karena penyakit yang mereka idap, berasal dari dalam diri mereka. Mereka mengidap perasaan cemas, takut, tak pernah puas, tamak, rakus, ambisius, obsesif, egois, dan di dalam jiwanya tertanam kuat, yaitu menjadikan dunia sebagai tujuan akhir bagi kehidupannya.
Mereka tak percaya tentang akhirat. Mereka hanya percaya dan menyakini yang nyata, dirasakan langsung manfaatnya, dan bernilai materi bagi kehidupannya.
Masyarakat modern diambang kehancuran total, karena mereka tak tahan menghadapi krisis, yang sekarang ini terjadi secara global. Krisis ekonomi secara global, menyebabkan mereka tak banyak mempunyai pilihan, kecuali melakukan bunuh diri dan alkohol. Di Amerika, Jepang, Uni Eropa, dan Rusia, trend melakukan bunuh diri terus meningkat. Betapa akibat krisis ekonomi yang melanda negeri-negeri mereka telah mengakibatkan perubahan yang radikal dalam hidup mereka.
Mereka kehilangan pekerjaan, mereka kehilangan pendapatan, mereka kehilangan rumah mereka, yang harus diserahkan kepada kreditor, satu-satunya penghasilan mereka adalah dana pemerintah, yang kian menipis. Perlahan-lahan di negeri yang maju secara ekonomi itu, jaminan sosial terus berkurang. Mereka menghadapi keputusasaan secara massal. Agama (Kristen/Katholik) tak dapat lagi menjadi solusi bagi kehidupan mereka.
Karena mereka sudah meninggalkan agama mereka, dan tidak tertarik lagi terhadap agamanya, karena agama yang ada, tidak menjawab tantangan yang mereka hadapi.
Inila krisis yang terjadi di abad modern ini. Krisis yang sangat komplek dan mempunyai dampak yang sangat dalam bagi kehidupan mereka. Krisis yang terus menggerus nilai-nilai kemanusiaan yang ada di kalangan masyarakat Barat, yang menganjut paham sekulerisme. Mereka telah kehilangan kehidupan yang nyata. Krisis kemanusiaan ini telah menyeret bagi masa depan mereka secara menyeluruh. Krisis yang ada sekarang terjadi di negeri-negeri Barat, bukan hanya krisis ekonomi semata, tetapi krisis terhadap kepercayaan yang mereka anut, yaitu agama yang sudah lapuk, dan tidak lagi mempunyai relevansi masa depan mereka.
Krisis yang kini melanda kehidupan masyarakat Barat, menjalar ke negeri-negeri Muslim, terutama nilai-nilai yang mereka anut itu ditularkan kepada keluarga-keluarga Muslim, yang terinfeksi dengan berbagai budaya Barat, yang sudah lagi bermakna bagi kehidupan. Kehidupan bebas, bebas melakukan kemunkaran, maksiat, durhaka, dan perbuatan yang terkutuk lainnya, muncul bersamaan dengan interaksi antara masyarakat Muslim dengan Barat melalui berbagai sarana modern sekarang ini. Tak pelak lagi, masyarakat Muslim perlahan-lahan ikut menuju ke lembah kehancuran. Karena mereka ‘beritiba’ (mengikuti) kehidupan yang sesat dan fasad dari masyarakat Barat itu.
Apakah yang dapat menyelamatkan kehidupan mereka dari kehancuran itu? Hanya ada satu jalan, yaitu mengubah secara radikal nilai-nilai yang mendasari kehidupan mereka yang atheis itu dengan Islam. Selama mereka berada dalam kekafiran dan kefasikan mereka, maka mereka tak akan pernah dapat keluar dari krisis yang sekarang ini. Krisis yang terjadi secara global saat ini, karena disebabkan mereka menjadikan nilai-nilai buatan manusia yang rusak dan bathil menjadi pedoman mereka. Mereka tidak mau belajar dari sejarah kehidupan mereka yang sudah berlangsung dengan penuh paradok, penuh dengan konfli, dan peperangan, karena budaya paganisme, yang berakar dari budaya Yahudi dan Nasrani. Inilah masalah yang paling mendasar saat.
Bila sekarang ini masyarakat Barat sudah meninggalkan agama mereka (Kristen/Katholik), dan mereka memilih menjadi seorang atheis, dan terjerumus ke dalam lembah nista yang bernama materialisme itu, maka tak ada yang dapat menolong mereka, dan menyelamatkan hari depan mereka. Sebuah kehancuran total, dan hanya menunggu waktu.
Renungkanlah kisah kehidupan Ar-Rabi’, yang dalam keadaan lemah, penuh dosa, dan maksiat kepada Allah Azza wa Jalla, dan hanya menanti ajalnya.
Sampai ada seorang shahabatnya bernama Hilal, berkata kepadanya, “Sekarang di Kufah ini ada Tabib yang pandai. Apakah Sheikh mengizinkan kami memanggilnya untuk anda?” Lalu jawab Ar-Rabi’ , “Wahai Hilal, akut tahu bahwa obat itu adalah benar-benar berkasiat, tetapi aku belajar dari kaum ‘Aad dan Tsamud, penduduk Rass dan abad-abad diantara mereka. Telah kudapati bahwa mereka sangat gandrung dengan dunia, rakus dengan segala perhiasannya. Keadan mereka lebih kuat dan lebih ahli dari kita. Di tengah-tengah mereka banyak Tabib, namun tetap saja saja ada yang sakit. Akhirnya tak tersisa lagi yagn mengobati maupun yang diobati karena binasa.
Seorang shahabatnya bernama Mundzir bertanya, “Kalau demikian, apa penyakit yang anda derita wahai Sheikh?”
Ar-Rabi, “Penyakitku adalah dosa-dosa yang memenui kehidupanku”.
Mundzir, “Langtas apa obatnya?”
Ar-Rabi’ , “Obatnya adalah istighfar.”
Mundzir, “Bagaimana bisa pulih kesehatan Sheikh?”
Ar-Rabi’ , “Dengan bertaubat, kemudian tidak mengulangi dosanya (sambil menatap kedua tamunya), dosa yang tersembunyi .. dosa yang tersembunyi .. waspadalah kalian terhadap dosa yang meski tersembunyi dari orang-orang, namun jelas bagi Allah Ta’ala, segeralah datang obatnya!”
Mundzir, “Apa obatnya?”
Ar-Rabi, “Dengan taubat nasuha, lalu dia menangis sampai janggutnya basah oleh air matanya.
Mundzir, “Mengapa Sheik menangis?”
Ar-Rabi, “Agaimana aku tidak menangis? Aku pernah berkumpul bersama suatu kaum (yakni para Shahabat), di mana kedudukan kami dibanding mefreka seakan sebagai pencuri”.
Masyarakat modern telah kehilangan kendali terhadap mereka, dan hawa nafsu telah melumpuhkan mereka, sehingga mereka menjadi bagian dari kerusakan yang menyeluruh itu.
Saatnya kaum Muslimin merenungkan langkah-langkah kehidupannya, dan menyelamatkan hari depannya, dan menjauhkan dari budaya materialisme yang sudah masuk ke dalam darah, daging, serta sunsum, yang merusak sendi-sendi kehidupan, dan meninggalkan kesesatan budaya Barat, dan kembali kepada agama fitrah (Islam). Wallahu’alam.