Eramuslim.com – Pertarungan menjelang Pilpres 2019 semakin hari semakin panas, dan sedihnya, memuakkan! Negeri yang dimerdekakan oleh pengorbanan ratusan ribu hingga jutaan syuhada, para pejuang Muslim yang mati syahid demi memerdekakan Indonesia, sekarang dipenuhi oleh hawa duit dan duit, serta nafsu serakah akan perhitungan dunia semata. Iman dikalahkan oleh “imin”. Akidah ditukar dengan “Berapakah”. Agama hanya sekadar jadi alat, sekadar jadi “Tools”, untuk mencapai kekuasaan, bukan lagi ruh, bukan lagi jiwa, bukan lagi landasan.
Tools. Cuma sekadar alat. Jika tujuan sudah tercapai, maka dengan mudahnya bisa dibuang alat itu.Inilah fakta yang terjadi. Tentu saja, semuanya ini akan dibantah oleh para politisi yang memang kesehariannya dipenuhi dengan kata-kata tanpa makna dan berbohong. Kesehariannya dipenuhi dengan sifat yang oleh orang Betawi disebut sebagai tindakan “Ngibulin”.
Pilpres 2019, jelas umat Islam menghadapi tantangan yang sangat-sangat berat dalam menyelamatkan negeri Muslim ini dari nafsu neo-imperialisme dan neo-kolonialisme asing yang ingin menguras semua kekayaan alam dan sumber daya bumi serta manusia negeri tercinta ini. Indonesia masih bagaikan perawan jelita yang membuat orang lain bernafsu untuk memiliki dan menguasainya. Sayangnya, para pemimpin yang bisa dikatakan sebagai orangtua dari perawan tersebut malah melelang sang gadis tersebut dan akan menyerahkannya kepada orang asing yang berani membayar dengan penawaran tertinggi. Inilah Das Sein, kenyataan, fakta, yang ada dan terjadi sekarang ini. Tentu saja, ini pun akan ditolak mentah-mentah para politisi.
Indonesia sekarang darurat segalanya. Darurat segalanya. Indonesia saat ini memerlukan seorang yang takut pada Allah Swt, yang amanah, bukan para pengkhianat, bukan yang tega menjual akherat dengan dunia dengan murah, bukan yang tega menjual anak gadis perawannya kepada orang-orang asing yang berani membayar tinggi demi melampiaskan nafsunya.
Celakanya, orang-orang yang dianggap sebagai pemimpin ternyata cuma makelar dunia.
Indonesia memerlukan datangnya seorang pemimpin umat yang benar-benar berani, yang benar-benar bernyali, bukan cuma berkoar-koar di atas mimbar, atau di depan kamera You Tube, tapi berani di lapangan juang yang sesungguhnya, di medan jihad yang sebenarnya, yang berani face to face melawan kemaksiatan dan kemunkaran yang nyata.
Di negeri ini, sampai sekarang, baru satu orang pemimpin umat yang memiliki segala kriteria itu, yaitu Ya Habibana Habib Rizieq Syihab, yang sampai sekarang masih hijrah di Saudi. Lewat videonya, Cak Nur, dan juga jutaan umat Muslim Indonesia baik terus terang, baik berteriak, maupun tangis dan di dalam hati mengharapkan datangnya Habib Rizieq kembali ke tanah air. Pulanglah Bib. Ini waktunya, ini momentum kita, untuk berjuang bersama menyelamatkan bangsa dan negeri ini dari kezaliman orang-orang yang jauh dari agama tauhid ini. Kami dan jutaan umat Islam Indonesia, dan banyak orang yang diam-diam mendukungmu, walau dia bukan Muslim, akan bahu-membahu disampingmu dalam berjuang. Datanglah Bib, Pulanglah…
Habib pasti tahu, dalam jihad fi sabillah, kita hanya akan memperoleh kemenangan, tak ada kekalahan. Jihad fi sabilillah akan menghadiahi kita dua kemenangan, jika syahid fi sabilillah, kita menang di akherat dan bidadari akan menyambut kita semua di gerbang jannah, dan jika berhasil menyelamatkan negeri ini maka Indonesia, insha Allah, akan menjadi negeri laksana surga di dunia, yang penuh dengan keberkahan dari Allah swt dan jauh dari kemaksiatan dan kemunkaran.
Pulanglah Bib, ajari kami semua menjadi seorang lelaki yang punya mental singa. Ajari kami menjadi seorang lelaki yang bukan cuma berani berkoar-koar ceramah di atas mimbar, tapi juga berani duduk di kursi kekuasaan dan menolak segala tipu daya dunia di sekitarnya. Pulanglah Bib… ajari kami menjadi seorang lelaki. []