Jepang menghadapi "disaster" (bencana) yang maha dahsyat, gempa dengan kekuatan 9 skala richter, yang diikuti oleh tsunami yang menyapu daratan pantai. "Disaster" itu seperti masih belum cukup.
Gempa dan tsunami itu terus disusul ancaman nuklir, dan ancaman ini akan lebih dahsyat. Reaktor nuklir di Fukushima, tak tahan menghadapi gempa yang berkekuatan 9 skala richter, dan berturut-turut reaktor nuklir di Fukushima meledak, dan mengeluarkan radiasi yang luas.
Jepang menghadapi "dooms day", kiamat, akibat bencana alam dan nuklir, yang merupakan hasil teknologi yang dicapai negeri Sakura itu. Semua ahli nuklir dari berbagai negara sangat mengkawatirkan dampak radiasi nuklir, dan telah mencapai radius yang luas.
Peristiwa ini mengingatkan bangsa Jepang, seperti peristiwa di Nagasaki dan Hiroshima, di mana akibat dijatuhkan bom atom oleh Amerika itu, kemudian Jepang "bertekuk lutut" kepada sekutu. Inilah skenario yang paling buruk dalam sejarah Jepang, pasca Perang Dunia II.
Jepang "bertekuk lutut" menghadapi bencana alam dan nuklir, yang mengarah kepada situasi di mana Jepang akan menghadapi stagnan dalam waktu jangka panjang. Jepang tidak akan mudah bangkit seperti sesudah pasca Perang Dunia II, yang membawa bangsa Jepang melakukan "renaisance" (kebangkitan) kembali.
Industri Jepang sangat kuat, dan industri Jepang memiliki "share" pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan telah menciptakan kemakmuran yang tinggi bagi bangsa Jepang. Semuanya itu berhasil dicapai dalam waktu yang relatif singkat, hanya beberapa dekade sesudah Jepang dihancurkan oleh Sekutu. Jepang dapat bangkit, dan memiliki keunggulan teknologi, yang mengalahkan Amerika Serikat.
Selama bertahun-tahun ekonomi Jepang terus mengalami "booming", dan menyebabkan perdagangan Amerika Serikat terhadap Jepang terus mengalami defisit, dan barang-barang produk Amerika Serikat tidak kompetitip dibandingkan dengan barang-barang Jepang. Semuanya itu hanya dengan kemajuan teknologi yang dicapai Jepang. Jepang menjadi raksasa ekonomi di dunia, kedua setelah Amerika Serikat.
Jepang negara dengan penduduknya 150 juta jiwa, tidak memiliki sumber daya alam. Semuanya kehidupan sangat tergantung dari import dari negara lainnya. Import barang-barang itulah yang diolah menjadi produk yang dijual ke luar negeri. Semuanya menggunakan teknologi tinggi, dan ini dimiliki oleh Jepang. Inilah yang dialami Jepang sejak usai perang.
Ada satu faktor yang nantinya akan mempunyai dampak jangka panjang bagi masa depan Jepang, dan kaitan hubungannya dengan negara lainnya, termasuk Indonesia. Jepang akan mengalami trauma yang berkepanjangan, akibat dari gempa, tsunami, dan ledakan reaktor nuklir.
Tiga peristiwa ini akan terus menjadi trauma secara psychologis, bangsa Jepang akan melakukan penilaian (mereview) kembali seluruh kebijakan dan pilihan-pilihan yang dilakukannya, terutama penggunaan reaktor nuklir untuk memenuhi kebutuhan energinya yang menghidupi industri Jepang. Seperti sekarang negara-negara Uni Eropa yang menggunakan energi nuklir melakukan review kembali.
Ledakan empat reaktor nuklir di Fukushima, bukan hanya menimbulkan efek psychologis dan dampak penyebaran radiasi yang sangat luas. Jepang nampaknya akan mengkaji kembali penggunaan tenaga nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi listriknya. Memang, tenaga nuklir sangat efisien untuk mendapatkan listrik, dan dapat menggerakkan industri Jepang. Gempa dan tsunami yang terjadi telah memporak-porandakan reaktor nuklir Jepang. Inilah yang akan menjadi dilema bagi masa depan Jepang.
Jika Jepang mengkaji ulang sumber energi yang akan menggantikan energi nuklir itu, semuanya memerlukan waktu. Setidaknya ini akan berpengaruh pada industri Jepang dalam beberapa dekade. Inilah persoalan yang serius bagi masa depan Jepang.
Selama ini Jepang dikenal negara yang paling agresif mengeksport produk-produk industri ke berbagai negara. Inilah yang menyebabkan Jepang menjadi negara negara industi maju. Jepang dengan sangat ambisius terus melakukan riset dan mengembangkan berbagai penemuan baru diberbagai bidang, dan produk-produk yang dihasilkan sangat kompetitip. Sekarang Jepang dihadapkan dengna bencana, bukan hanya bencana alam, tetapi bencana dari hasil teknologi nuklir.
Bagaimana nasib Indonesia yang bergantung ekonominya kepada Jepang? Di mana total investasi Jepang ke Indonesia mencapai 11,5 persen. Jepang merupakan negara yang terbesar di dunia yang melakukan investasi di Indonesia. Sekarang Jepang ambruk akibat bencana gempa, tsunami, dan meledaknya reaktor nuklir. Semua "disaster" yang terjadi di Jepang akan mengubah bagi pola hubungan Indonesia-Jepang.
Menurut Menteri Perindustrian M.S. Hidayat adalah proyek pembangunan power plant di Jepara, Jawa Tengah dan investasi proyek yang dibiayai oleh Japan Bank for International Cooperation mencapai US$ 15 miliar.
Sedangkan proyek yang tetap berjalan di Indonesia, menurut pengakuan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Radjasa adalah kickoff program prioritas wilayah metropolitan atau Metropolitan Priority Area (MPA) senilai US$ 20 miliar. Proyek ini akan berjalan pada 17 Maret 2011 mendatang.
Bagaimana jika benar-benar ekonomi Jepang mandek nasib para pekerja Indonesia yang jumlahnya puluhan ribu, yang mereka bekerja di pabrik-pabrik milik perusahaan Jepang di Indonesia?
Seperti yang nampak setiap hari, jalan-jalan di Jakarta penuh sesak dengan kenderaan mobil dan motor yang menghasilkan gas karbon yang pekat, yang menyebabkan polusi sangat dahsyat, dan semuanya kenderaan mobil dan motor adalah produk Jepang.
Ekspansi ekonomi Jepang ke berbagai negara termasuk ke Indonesia yang luar biasa serakahnya, akhirnya dihentikan oleh alam dan hasil rekayasa tangannya sendiri. Seorang mengatakan, perisitiwa yang dialami Jepang, mungkin sebuah "kutukan" Tuhan, karena serakahnya Jepang. Wallahu’alam.