Pernahkah terlintas di benak, bahwa kita ini keturunan pecundang? Manusia yang kalah. Manusia yang hanyut oleh bisikan-bisikan. Manusia yang tidak sabar. Ketika datang cobaan. Menyerah dan kalah. Bertekuk lutut. Sampai dikeluarkan dari tempat yang mulia. Karena kekalahannya itu manusia menjadi hina. Inilah sejarah manusia.
Manusia di jagad ini semua keturunan Nabi Adam dan Hawa. Nabi Adam dan Hawa menjadi cikal bakal umat manusia. Berkembang biak sampai sekarang. Jumlahnya mencapai 7 miliar. Dari Adam dan Hawa. Betapa luar biasanya. Tujuan Allah Rabbul Alamin menciptakan manusia adalah memakmurkan bumi dan menyembah-Nya. Dengan aturan-aturan-Nya.
Ada fragmen kehidupan Nabi Adam dan Hawa, yang perlu selalu kita ingat dan renungkan. Bagaimana Adam dan Hawa sampai diusir dari surga oleh Allah Rabbul alamin? Karena melanggar larangan-Nya. Adam dan Hawa sebuah gambaran sosok manusia yang kalah. Adam dan Hawa tergoda oleh bujukan dan bisikan. Menjadi tidak sabar. Menjaid tidak teguh. Menjadi tidak taat. Terakhir melanggar janji.
Betapa Nabi Adam dan Hawa yang mulia itu, dikalahkan musuh manusia, yaitu setan. Nabi Adam dan Hawa dikalahkan oleh bisikan setan. Setan terus-menerus membisikkan kepada Adam, yang kemudian Adam dan Hawa melanggar larangan pertama Allah Rabbul alamin.
Allah Rabbul alamin telah mengingatkan Adam dan Hawa, sebagai tindakan preventif, "Jangan mendekati pohon itu". Tetapi, Adam dan Hawa, melanggar perintah-Nya, mendekati pohon "khuldi", dan bahkan memakan buah "khuldi". Setan berhasil membisikkan, yang membuat bimbang, ragu-ragu, dan kemudian Adam dan Hawa, mengikuti bisikan setan.
Sebenarnya, kata "khuldi" itu sendiri dari setan, yang maknanya "keabadian". Jadi setan membisikkan kepada Nabi Adam dan Hawa, kalau keduanya memakan buah "khuldi", maka akan abadi, kekal di surga-Nya.
Akibat Adam dan Hawa melanggar larangan pertama Allah Rabbul alamin, keduanya diusir dari surga. Betapa fatalnya bagi Adam dan Hawa, karena akibat melanggar perintah itu.
Dalam kehidupan sekarang ini perlu kita ingat dan merenungkan tentang fragmen kehidupan dari bapak manusia, yaitu Adam alaihis sallam dan Hawa.
Berapa banyak buah "khuldi" setiap hari yang sudah kita makan? Berapa banyak buah "khuldi" yang sudah masuk ke dalam perut kita saban hari?. Bandingkan dengan nasib Nabi Adam dan Hawa yang hanya makan satu buah "khuldi" sudah terusir dari surga-Nya. Padahal setiap hari perut kita diisi dengan "khuldi-khuldi" lainnya. Begitu banyak "khuldi" yang sudah menjadi darah dan daging di tubuh kita. Begitu banyak "khuldi" yang sudah meresap di dalam tubuh kita.
Bagaimana nasib kita nanti? Nasib kita di akhirat nanti? Nabi Adam dan Hawa yang hanya memakan satu buah "khuldi" sudah diusir dari surga-Nya. Bagaimana kalau perut kita sepanjang umur, dan kita isi dengan asupan makanan bersumber yang subhat dan haram? Adakah kita masih dapat selamat dari siksa-Nya. Adakah kita masih akan mendapatkan kemuliaan disisi-Nya?
Sebagai anak keturunan Adam Alaihis sallam, kita adalah orang-orang yang dikalahkan oleh setan. Karena melanggar larangan-Nya. Menjadi budak "perut" (ahlul buthun). Memenuhi syahwat perut. Tanpa lagi mengingat larangan-Nya. Setiap hari dengan sangat lahap perut kita, kita isi dengan asupan makanan yang subhat dan haram. Kenikmatan makan makanan menjadi sebuah gaya hidup dan karakter kita.
Memang lebar perut tidak seberapa ukurannya. Tetapi perutlah yang menyebabkan manusia menjadi celaka dan hina. Kita terlalu memanjakan perut dengan asupan makanan. Sampai harus ada yang namanya "wisata kuliner". Kita pergi ke tempat-tempat makanan, dan tujuannya hanya ingin memanjakan perut. Kita memasukkan terus asupan makanan yang bernama buah "khuldi" ke dalam perut kita.
Dalam buku seri menejemen ada teori "motivasi" yang dikarang oleh Abraham Maslow, yang mengatakan, bahwa kalau perut itu lapar, yang merasakan lapar, bukan hanya seputar perut. Tetapi seluruh indera manusia, ucapnya.
Makanya, manusia yang merasa perutnya lapar, tidak lagi dapat mengendalikan dirinya, dan kemudian memakan makanan apa saja. Tetapi, sekarang yang menjadi "budak" perut itu bukan manusia yang lapar. Mereka yang menjadi budak perut dan melahap buah "khuldi" adalah manusia yang kenyang, dan sejatinya telah kalah dengan bisikan setan.
Allah Rabbul Alamin telah mengingatkan kepada manusia, "Janganlah engkau menyembah setan, karena setan musuh yang nyata". Tetapi, hari ini banyak para pengikut dan penyembah setan. Karena setan selalu menampakkkan keindahan dan kenikmatan kepada manusia. Allah Rabbul Alamin, bahkan menegaskan kepada orang-orang beriman dengan ungkapan, "Janganlah engkau mengikuti langkah-langkah setan". Itu difinitif. Tetapi betapa banyaknya manusia sekarang ini, yang dengan sadar dan menikmati kehidupannya dengan mengikuti langkah-langkah setan.
Kalau manusia sudah menjadi "budak" perut, yang berikutnya manusia akan menjadi "budak" sek. Duitnya banyak, perutnya kenyang, lalu datang bisikan-bisikan setan, maka manusia akan lari kepada sek.
Peristiwa pertama yang terjadi dalam sejarah manusia, dua saudara Qobil dan Habil, anak keturunan Adam dan Hawa saling membunuh, karena perempuan. Memperebutkan perempuan cantik. Kemudian Habil mati di tangan kakaknya Qobil. Dua saudara kandung saling membunuh. Karena sek. Semuanya akibat bisikkan setan.
Sekarang betapa banyaknya genarasi Qobil dan Habil. Setan membisikkan kepada telinga laki dan perempuan. Laki-laki melihat perempuan menjadi tertarik. Perempuan melihat laki-laki menjadi tertarik. Terjadilah perbuatan yang dilarang oleh Allah Rabbul Alamin, yaitu perbuatan "fahisyah" (zina), yang sangat dilarang dan dikutuk.
Di zaman ini, berapa banyak pasangan yang melakukan perbuatan yang terkutuk, fahisyah, dan berselingkuh diantara mereka yang sudah berstatus suami-isteri. Laki-laki berselingkuh dengan perempuan yang bukan mahramnya. Perempuan berselingkuh dengan laki-laki lain yang bukan mahramnya. Perbuatan ini di kota-kota besar sudah menjadi "habit", kebiasaan, tak pernah ada yang merasa bersalah. Bahkan ada perkumpulan yang namanya, "bertukar isteri-suami". Mereka itu adalah manusia yang sudah kalah, bertekuk lutut, menyerah kepada setan.
Karena itu Allah Azza walla memberikan instrumen puasa di bulan Ramadhan, agar manusia dapat mengalahkan perutnya. Mengalahkan syahwat perut. Menyelamatkan manusia agar tidak menjadi "budak" perut. Hanya memakan makanan yang halal. Tidak memakan makanan yang haram alias buah "khuldi". Tidak melakukan perbuatan fahisyah, kecuali yang dihalalkan-Nya.
Bahkan, Allah Rabbul Alamin dengan sangat keras mendidik manusia, agar selamat dari perbuatan durhaka dan maksiat. Seperti melakukan hubungan "suami-isteri" di siang hari di bulan puasa, mendapatkan hukuman yang berat. Padahal, hubungan "suami-isteri’ itu, sebagai pasangan yang sah secara Islam dibenarkan. Tetapi dilarang di bulan puasa di siang hari. Manusia yang sudah kalah dengan nafsu dan syahwatnya, tidak pernah lagi mau tunduk kepada aturan agama, dan cenderungan mengikuti bisikkan setan.
Baginda Rasululllah Shallahu Alaihi wassallam, begitu zuhud hidupnya, dan menjaga perutnya, serta tidak memanjakan perutnya. Beliau sehari puasa, sehari makan. Supaya selalu bisa mengingat, bila lapar dapat bersabar, dan bila kenyang dapat bersyukur. Ini ajaran Rasulullah Shallahu Alaihi wassalam. Perut harus dididik. Perut harus diatur, dan tidak dimanjakan. Karena akan menjadi sumber malapetaka.
Selanjutnya, Allah Rabbul Alamin menyuruh manusia bersegera memohon ampun, yang ganjaran surga yang luasnya, seluas langit dan bumi. Adakah "reward" (balasan) yang sangat luar biasa, yang datangnya selain dari Allah Rabbul Alamin? Begitu Maha Rahman dan Rahimnya Allah Azza wa Jalla terhadap hambanya.
Dengan shalat dan shabar itulah yang akan menjadi penolong manusia. Mengingat dan beribadah kepada Allah Rabbul Alamin, dan bershabar akan menyelamatkan manusia, pada hari depannya. Di akhirat nanti.
Saat mi’raj Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, menerima perintah shalat dari Allah Azza wa jalla, sebagai bentuk perintah-Nya, yang akan dapat menyelamatkan manusia. Tetapi, manusia lebih banyak yang meninggalkan shalat, dan melupakan-Nya.
Manusia lebih memilih pergi dan berkumpul di mall-malla, plaza, menonton, berbelanja, makan, dan menikmati kehidupan yang tanpa batas. Padahal mereka semua akan dikembalikan kepada-Nya dan mati. Lalu menerima nasibnya atas apa yang sudah diperbuatnya selama di dunia. Memang sedikit sekali manusia yang bersyukur dan ingat Rabbnya.
Marilah di bulan Ramadhan ini kita mengejar dan menggapai maghfirah-Nya, sehingga selamat kelak dari siksa-Nya. Wallahu’alam.