Menutupi Bau Bangkai

Siapa yang dapat menutupi bau bangkai yang busuk menyengat? Mungkin bangkai itu akan dikubur. Agar bau bangkai itu tidak menggangu hidung. Tapi kalau bau bangkai itu sudah menyebar ke seantero wilayah? Setiap orang sudah menutup hidung mereka? Apakah tetap akan menutupi kebusukan bau bangkai itu?

Apalagi setiap orang sudah tahu bau busuk yang menyengat hidung itu berasal dari sebuah bangkai. Tidak mungkin lagi dengan melakukan rekayasa. Dengan segala kecanggihan dan keahlian yang dimilikinya. Tetap bau bangkai itu akan diketahui. Dari mana asalnya bau busuk itu.

Rumah besar indah, tapi tak terawat oleh pemiliknya, kotor, penuh dengan binatang, seperti ular, tikus, kecoak, serangga, dan sampah ada di mana-mana. Sekalipun indah rumah itu, tetap tidak nyaman bagi penghuni rumahnya.

Tidak mungkin seorang pemilik rumah dapat menikmati kondisi rumahnya, kecuali mereka yang sudah tidak lagi sensitif dengan keadaan rumahnya. Dibiarkannya ular, tikus, kecoak, serangga, dan sampah yang kotor memenuhi ruangan rumah, dan masih ditambah lagi adanya bangkai tikus, yang sudah busuk, menambah bau yang sangat menusuk hidung penghuninya. Mungkin tidak hanya penghuninya yang merasa tidak nyaman, bisa juga tetangganya.

Bagaimana pemilik rumah yang indah itu, dapat bersatu dengan kondisi rumah seperti itu? Tidak memiliki sensitifitas, membiarkan kebusukan, dan bangkai yang ada dalam rumah yang menambah bau busuk, dan menjadikan kehidupan tidak sehat. Membiarkan binatang, seperti ular, tikus, kecoak, serangga, dan sampah yang ada di mana-mana, ditambah dengan bangkai yang sudah membusuk dalam sebuah rumah, itu hanya menunjukkan penghuni dan pemilik rumah memiliki kelainan.

Apalagi, kalau pemilik rumah itu, sama sekali merasa tidak menampakkan sesuatu yang salah, dan terus dinikmati kondisi seperti itu, tidak terganggun, dan justru berusaha menutupi bau busuk, yang sampai keluar rumah baunya, ini dapat dikatakan sebagai kondisi ‘force major’, kondisi yang sangat luar biasa sang pemilik rumah.

Di zaman sekarang, kita ini, seperti hidup di rumah kaca. Setiap orang dapat melihat seluruh isi rumah. Tidak ada yang dapat ditutup-tutupi lagi. Kalau ada pemilik rumah yang memiliki pretensi ingin menutup rapat, tentang apa isi rumah itu, agar orang lain tidak dapat melihatnya, itu sesuatu yang sangat mustahil dan naif.

Tidak ada lagi orang yang mampu menutupi segala yang ada di dalam rumah kita. Isi rumah kita dapat diketahui oleh orang lain dengan kasat mata. Usaha-usaha ingin menutupi isi rumah kita itu, hanyalah tindakan yang sia-sia dan mubazir. Kita tidak mungkin lagi dapat mengakali dan merekayasa, agar orang lain, tidak melihat apa yang ada di dalam rumah kita. Apalagi, berusaha menyamarkan isi rumah itu, sudah tidak zamannya lagi.

Sudah tidak mungkin seseorang yang memiliki rumah, yang rumahnya penuh dengan kotoran, dan banyak binatang yang menyebabkan rumah kita ikut menjadi kotor, ditambah dengan bangkai binatang, yang sudah busuk, lalu kita bicara kepada orang lain, seakan-akan orang tidak tahu kondisi rumah yang ada, dan mengatakan bahwa rumah yang dihuni, bersih, sehat, tidak kotor, tidak ada binatang seperti ular, tikus, kecoak, serta sampah, tidak ada bangkai binatang, sementara setiap orang yang lewat rumah itu, selalu menutup hidung mereka, karena bau busuk yang menyengat.

Perlu kejujuran dengan keterus-terangan dari pemilik rumah, di mana diakui rumahnya itu kotor, banyak sampah, tidak sehat, banyak binatang ular, tikus, kecoak, dan bangkai binatang yang sudah busuk. Keterus terangan pemilik rumah itu, mungkin malah mengundang empati dan simpati dari orang lain, dan pasti akan berusaha menolong dan membantu, bagaimana agar rumahnya itu menjadi bersih, tidak kotor, sehat, dan tidak ada lagi binatang, serta membuang bangkai yang sudah busuk, sehingga rumah menjadi rumah yang nyaman.

Tidak berbuat sebaliknya, berbicara dengan penuh retorika kepada semua orang, dan menutupi segala kebusukan, dan kekotoran, serta membiarkan binatang-binatang yang sangat mengganggu itu. Tidak perlu melakukan rekayasa, bantahan, dan berbagai perilaku lainnya, yang menyalahkan orang lain, dan yang akan menimbulkan sumber masalah baru. Tentu, yang diperlukan pengakuan pemilik rumah itu sendiri, yang menyebabkan adanya kehidupan yang tidak sehat. Dengan cara-cara itu, mengakui dengan jujur, dan berjanji akan membersihkan rumahnya yang sudah tidak layak itu, kiranya dapat mendatangkan pandangan yang positip terhadap pemilik rumah.

Bagaimana kalau rumah itu, tak lain adalah Indonesia, yang sudah penuh dengan binatang, seperti ular, tikus, kecoa, dan sampah ada di mana-mana, sementara itu, bangkai binatang sudah membusuk, baunya menyengat, yang sangat mengganggu kehidupan secara kolektif bagi bangsa ini, masihkah Presiden SBY, terus beretorika dengan berbagai dalih, sembari terus ingin menjaga image?

Presiden SBY harus jujur, dan berani membersihkan rumah Indonesia, yang sudah sangat kotor, dan menghilangkan bau bangkai yang menusuk hidung rakyat Indonesia. Tidak menuduh kesana-kemari, dan membela diri dengan retorika, dan melakukan berbagai rekayasa, yang hanya sekadar ingin menjaga citra dirinya, sebagai tokoh, yang bersih, tidak ada sangkut pautnya dengan segala bau busuk itu. Semuanya itu tidak ada gunanya. Tidak ada yang dapat menutupi bau busuk bangkai di negeri ini.

Rakyat Indonesia yang berjumlah 240 juta menunggu tindakan konkrit Presiden SBY, agar Indonesia menjadi rumah yang bersih dari bangkai busuk, binatang ular, tikus, dan kecoak. Sehingga, rakyat dapat hidup dengan nyaman, bahagia, sehat dan tidak lagi terganggu.

Kalau tidak ada tindakan konkrit, dikawatirkan Presiden SBY,  tak lebih adalah bagian dari segala kebusukan itu. Kita sudah hidup di rumah kaca. Tidak ada lagi perilaku presiden dan kebijakan pemerintah yang dapat ditutup-tutupi.  Wallahu’alam