Apa yang masih membuat bangsa ini berani menengadahkan wajahnya? Apa yang masih membuat mereka berani bertatap muka dengan bangsa lain? Apa yang masih membuat bangsa ini memiliki kebanggaan? Sejatinya bangsa ini sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Kemuliaan, harga diri, masa depan, dan harapan. Segalanya pupus.
Sekarang , bangsa ini hanya memiliki atribut-atribut, serta nama-nama, yang sangat tidak layak. Tidak layak bagi bangsa, yang dari 240 juta penduduknya, mayoritas menganut dan menyakini agama. Sekalipun, di republik ini pernah ada partai yang menganut ajaran athies (tidak percaya kepada Tuhan), tetap saja mereka mengaku penganut agama.
Adakah agama menjadi pedoman dan mendasari kehidupan bangsa ini? Adakah negara yang menganut ajaran agama bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari? Adakah agama di Indonesia diyakini, atau sebatas hanya sebuah pengakuan, tetapi tidak pernah dijadikan pedoman hidup rakyat?
Sekarang, bangsa ini hanya dikenal dengan sebutan bangsa : ‘mesum’ dan ‘korup’. Betapa hinanya dengan sebutan dan kategori ini. Gambar mesum tiga seleberitis telah masuk berita sejagad, termasuk media CNN, yang sudah menjadi media global. Kemesuman yang terjadi di negeri ini, diketahui oleh manusia seluruh pelosok jagad, tidak terkecuali.
Negeri ini sampai sekarang juga tidak beranjak, tetap sebagai paling korup di muka bumi. Negeri yang terus digerogoti oleh koruptor, sampai bangkrut. Ada lembaga yang akan menjadi pemberantasan korupsi (KPK), perlahan-lahan mati suri. Ditekuk para bandit. Dengan berbagai cara para bandit menekuk KPK, yang akhirnya lumpuh. Tidak dapat lagi bergerak. Para koruptor jauh lebih kuat.
Negeri para kaum mesum dan koruptor. Inilah dua julukan yang sekaran g ini disandang oleh bangsa ini. Tidak cukup kuat orang-orang baik, yang ingin memperbaiki negeri ini, karena akhirnya perlahan-lahan semuanya luruh, dan bertekuk lutut erhadap para bandit dan kaum pengikut pengumbar hawa nafsu. Orang-orang yang masih memiliki idealis, akhirnya memilih pasif dan diam. Mereka hanya dapat bergumam secara perlahan : Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Tapi, kehidupan harus terus dijalani dengan penuh kesabaran, dan tetap adanya ikhtiar dan tawakal, yang ini merupakan sikap yang harus tetap dipegang dengan erat. Kehidupan akan tetap bermakna bagi siapapun yang masih memiliki idealisme, dan berpegang teguh dengan idealisme. Memiliki sikap teguh, tidak goyah oleh terpaaan badai angkara murka, yang kadang-kadang menghempaskan kehidupan.
Setidaknya kalau saat sekarang ini orang-orang yang masih memiliki idealisme, dan hidup dengan penuh cita-cita yang suci dan mulia, pilihannya meninggalkan seluruh lingkungan yang rusak dan bathil, dan membuat kehidupan sendiri bersama keluarga, sanak dan familinya, serta membantuk komunitas baru, yang bersih dari segala kotoran kehidupan dunia.
Betapa Allah Azza Wa Jalla telah menganugerahi kenikmatan dengan berbagai pemberian yang tak terhingga kepada manusia, tetapi manusia tetap saja, tidak mau bersyukur, dan banyak diantara mereka berbuat durhaka. Kehidupan ini akan berakhir dengan pasti. Tidak ada yang tidak berakhir di dalam kehidupan di dunia ini. Siapapun akan menemui kematiannya. Mengapa manusia harus menjadi sombong , dan tidak mau melakukan kebajikan, dan justru berbuat durhaka, maksiat, dan menjauhi penciptanya Allah Azza Wa Jalla.
Allah Rabbul Alamin memberikan shirath (jalan lurus) berupa ‘din’, yang sebenarnya dapat menjadi jalan bagi dirinya. Manusia akan selamat di dunia dan akhirat, ketika manusia itu mengikut shirath (jalan lurus), yang telah ditetapkan oleh Allah Azza Wa Jalla.
Bangsa ini dapat memilih dengan caranya dan cara yang sudah ditetapkan oleh Allah Azza Wa Jalla, cara (minhaj) yang diberikan oleh Allah inilah yang akan memastikan kebahagian bagi kehidupan manusia.
Bangsa ini sudah masuk ke dalam kubangan lumpur kehinaan, akibat perbuatan nistanya, dan masih tetap bodoh, dan tidak mau keluar dari kubangan lumpur kehinaan, yang terus membawanya ke dalam jurang kehancuran.
Masihkah bangsa ini menginginkan predikat (julukan) sebagai bangsa mesum dan korup? Itu tergantung dari diri mereka sendiri. Karena yang dapat mengubah hanya diri mereka sendiri. Allah Azza Wa Jalla telah memberikan ‘hudan’ (pentunjuk), tetapi apakah manusia bersedia untuk menjadikan ‘din’ itu sebagai petunjuk? Wallahu ‘alam.