Krisis ekonomi global terus berlanjut. Para ahli ekonomi dan praktisi menyatakan, krisis ekonomi sekarang ini bukan hanya resesi, tapi sudah menuju kearah depresi, yang digambarkan lebih buruk,dibandingkan dengan peristiwa depresi ekonomi yang terjadi di tahun 1933. Krisis ini dimulai dari negeri induknya kapitalisme, yaitu Amerika.
Kemudian, krisis itu dampaknya menjalar ke seluruh negara, dan paling parah menerima dampak krisis ini, negara-negara yang memiliki hubungan dengan Amerika, diantaranya adalah negara Uni Eropa. Bahkan, sudah ada negara di bekas negara Eropa Timur yang bangkrut, tidak mampu lagi menggerakkan roda pemerintahannya.
Kondisi di negara-negara Barat, terus memburuk di bidang ekonomi. Angka pertumbuhan ekonomi mereka minus. Angka pengangguran terus bertambah. Meningkat secara drastis. Diprediksikan seluruh negara Barat, angka pengangguran bisa mencapai 20% pada tahun 2010.
Rakyat mereka tidak lagi memiliki penghasilan, sehingga daya beli masyarakat menurun, dan mereka menggantungkan tunjangan dari pemerintah. Sektor manufuktur dan industri, termasuk otomotif, ikut bangkrut. Tiga perusahaan raksasa dibidang otomotif, seperti General Motor, Ford, dan Crysler, bangkrut. Dan, 3 juta pegawainya terancam mengganggur. Dan, seluruh sektor ekonomi, termasuk korporasi-korporasi besar di sektor perbankan juga bangkrut.
Obama yang baru terpilih mengeluarkan kebijakan stimulus, yang sudah disetujui Senat dan Kongres. Tapi, berapa banyak dana yang harus dikeluarkan setiap negara Barat untuk melakukan talangan ‘bail out’ terhadap sektor perbankan yang menghadapi kesulitan likuiditas? Amerika mengeluarkan dana talangan yang jumlahnya mencapai 890 milyar dolar untuk menyelamatkan perbankan mereka. Lalu, berapa banyak negara-negara Eropa, seperti Inggris, Jerman, Perancis, Itali, Belanda, Spanyol harus mengeluarkan dana talangan bagi sektor perbankan mereka?
Sesungguhnya dari mana mereka mendapatkan uang untuk menalangi sektor perbankan mereka? Meskipun demikian, trend ekonomi global dari waktu ke waktu terus memburuk. Menurut Majalah The Economist, yang baru terbit (Februari 2009), angka pertumbuhan di negara-negara industri terus cenderung menurun. Memang, masa depan dihadapkan kondisi yang paling suram, bahkan adanya membuat skenario terjadinya ‘doomsday’ (kiamat).
Sebenarnya apa yang menjadi faktor kehancuran ekonomi global sekarang ini? Ada yang mengatakan bahwa sistem ekonomi kapitalisme itu sendiri, yang mempunyai potensi melahirkan kehancuran ekonomi secara global. Mengapa kapitalisme itu mempunyai potensi menghancurkan terhadap dirinya sendiri? Tak lain adalah nafsu yang rakus dan tamak yang merupakan sikap manusia Barat, yang menjadikan material (benda) sebagai ‘tuhan’, atau material tujuan hidup manusia.
Kapitalisme yang sangat serakah mengantarkan manusia ke titik nadir, yang membawa kehancuran secara sistemik. Kapitalisme yang hanya mengandalkan adanya persaingan bebas, diantara kekuatan-kekuatan ekonomi yang ada, tanpa ada batasan, dan mereka hanya mengandalkan apa yang disebut adanya mekanisme pasar. Dan, yang berlaku adanya hukum besi, yang ‘besar’ memangsa yang ‘kecil’, dan yang ‘kuat’ memangsa yang ‘lemah’.
Dalam ekonomi mereka menggunakan jargon ‘free fight’, siapa yang kuat adalah yang menang. Artinya, kaum pemilik modal, korporasi-korporasi raksasa, yang memiliki modal besar, merekalah yang menguasai negara, pemerintahan, dan dunia.
Amerika sebagai induknya kapitalisme mempunyai semangat menaklukan ‘eskpansionisme’ terhadap negara-negara lain. Ketegangan yang bersifat global, dan perang dingin, Timur – Barat, yang dalam wujudnya perang secara global antara Soviet – Amerika, dan baru berakhir menjelang akhir abad ke 20, bersamaan dengan keruntuhan Soviet, sesudah melakukan invasi militer ke Afghanistan. Dan, kini tanda-tandanya akan diikuti oleh Amerika.
Amerika yang mempunyai watak ekspansionis itu, sekarang terperosok ke dalam krisis, menuju akhir dari perjalanan kapitalisme sebagai sistem ideologi, dan diikuti ambruknya ekonomi, politik, dan budaya mereka, yang selama ini menjadi supremasi dunia. Semua nampaknya akan menjadi tanda berakhirnya imperium Amerika, yang sudah berada diujung perjalanannya.
Perang yang dilakukan Presiden George Bush Sr dan George Bush Jr, yang di kawasan Teluk, Timur Tengah, dan Asia Selatan, merupakan bentuk perwujudan watak kapitalisme yang ekspansionis dan menjajah. Tapi, penjajahan itu tidak dapat berlangsung selama-lamanya.
Amerika telah bangkrut. Negeri Paman Sam itu mengalami defisit neraca perdagangan luar negerinya yang besar, dan negeri yang dipimpin Barack Obama itu mengalami deficit anggaran yang paling besar sepanjang sejarah pemerintahan yang ada, mencapai 1.75 trilyun dolar. Amerika memiliki utang luar negeri jumlahnya mencapai 14 trilyun dolar.
Mata uang dolar tidak lagi menjadi standar internasional. Sudah banyak negara yang melepaskan diri dari keterikatan mereka dengan dolar dalam transaksi ekonomi mereka. Angka pengangguran terus bertambah, pertumbuhan ekonomi Amerika terus menurun, dan minus. Korporasi-korporasi besar di Amerika sudah bangkrut. Inilah harga yang harus dibayar dari petualangan militer yang dilakukan AS di negeri-negeri muslim, yang bersifat ekspansionis.
Maka, sudah saatnya, bangsa-bangsa muslim melepaskan diri dari pengaruh kepemimpinan Barat (Amerika dan Eropa), dan menjadi bangsa mandiri, dan mengelola ekonomi, tanpa bergantung kepada mereka. Perjuangan membebaskan bangsa-bangsa muslim membebaskan negerinya adalah sebuah keniscayaan. Betapa banyak kekecayaan yang dimiliki bangsa-bangsa muslim, tapi justru rakyat mereka miskin,dan yang menikmati para penjajah Barat. Bangsa Barat yang jumlahnya hanyalah 15% persen dari jumlah penduduknya dunia, tapi menguasai 80% sumber daya kekayaan alam yang ada. Betapa tidak adilnya kehidupan ini.
Negeri-negeri muslim harus bebas dan merdeka, dan tidak lagi menjadikan Barat sebagai patron (majikan) mereka. Karena hakekatnya Barat telah bangkrut, dan sebangkrut-bangkrutnya. Tidak layak lagi mereka menjadi patron.
Seorang ulama dan da’i, Hasan al-Bana, di tahun 1940, sudah mengingatkan penduduk muslim agar mereka membangun kesadaran, dan membebaskan diri dari penjajahan Barat. Kemerdekaan itulah yang hanya dapat memuliakan manusia. Dan, kemerdekaan yang sejati adalah kemerdekaan dalam Islam, yang tidak menghamba kepadad siapapun, kecuali hanya kepada Allah Azza Wa Jalla. (m)