Ujian tak pernah henti bagi orang-orang mukmin. Sepertinya untuk menjaga iman, saat sekarang ini membutuhkan komitmen dan keikhlasan. Derasnya ujian yang terus menggerus orang-orang mukmin, bisa semakin menguatkan imannya, tetapi tak tertutup menyebabkan luruhnya iman orang-orang mukmin. Masing-masing orang mukmin dapat menentukan dirinya. Memilih semakin kuat imannya,atau hilangnya iman mereka.
Salah satu wasilah yang dapat menjaga kuatnya iman seorang mukmin, tak lain, adanya hubungan dengan Allah Rabbul Alamin, melalui shalat. Shalat sebagai wasilah menjaga iman. Karena seorang mukmin yang shalat dengan penuh disiplin dan khusyu’, menjadikan dirinya tetap akan terjaga imannya. Karena kuatnya hubungan dirinya dengan Allah Azza Wa Jalla.
Karena itu, shalat menjadi salah satu yang sangat pokok di dalam Islam, shalat menjadi rukun dalam Islam. Orang yang mengaku mukmin dan muslim, tetapi tidak menjalankan shalat, tidak ada artinya apa-apa dalam hidupnya. Karena itu, Khalifah Abu Bakar Ra, ketika memegang kekuasaan sebagai seorang khalifah, melihat banyak orang yang murtad, dan tidak lagi melaksanakan kewajiban shalat, langkah pertamanya adalah memerangi mereka.
Hajaj bin Yusuf, seorang penguasa yang terkenal dalam Bani Umayyah, pernah menangkap seseorang, yang dianggap selalu membuat onar dan kekacauan, dan Hajaj memanggil seorang ulama, yang sangat alim, dan menyerahkan sebuah pedang kepada ulama itu, dan meminta kepada ulama untuk memenggal lehernya si pembuat onar. Tetapi, ulama itu tidak langsung memenggal orang itu, tetapi terlebih dahulu menanyakan kepadanya. “Masihkah kamu melaksanakan shalat wajib?”, tanya ulama itu. "Masih”, jawab pembuat onar itu. “Masihkan engkau melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid?”, tanya ulama itu. “Masih”, jawabnya. Selanjutnya, ulama itu menyerahkan kembali pedang itu kepada Hajaj bin Yusuf, dan menolak untuk membunuhnya.
Shalat menjadi tanda bagi seseorang, apakah dia mukmin atau kafir. Bila seseorang tidak lagi menjalankan shalat dengan disiplin serta khusu’, maka nilai keislamannya menjadi batal. Karena itu, dikatakan bahwa shalat sebagai tiang agama. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka sama dengan merobohkan agama. Shalat dapat pula mencegah perbuatan keji dan mungkar. Semakin banyak orang yang tidak melaksanakan shalat, semakin banyak pula perbuatan keji dan mungkar. Ini sifatnya aksiomatik.
Sekarang, berlangsung laga sepak bola dunia, di Afrika Selatan, yang disiarkan langsung oleh media elektronik. Setiap malam orang-orang berjaga menonton bola, dan hingga menjelang shubuh. Mereka menjadi mengantuk, dan tidak sanggup lagi melaksanakan ibadah shalat shubuh. Masjid-masjid banyak yang ditinggalkan jamaahnya. Karena, mereka menghabiskan waktunya untuk melihat sepakbola.
Semakin banyak orang yang tidak lagi berkomunikasi dengan Rabbnya, dan memilih menonton sepakbola, dan meninggalkan kewajibannya yang pokok. Meninggalkan shalat dengan sadar. Maka, hakekatnya mereka yang menjadi lebih memilih menonton bola, dibandingkan melaksanakan shalat shubuh, hanya menjadi barisan yang akan merobohkan agama.Saat inilah kemurkaan Allah Azza Wa Jalla akan datang.
Dengan adanya bola berakibat pula menurunnya produktifitas masyarakat, yang mereka energinya telah habis digunakan untuk menonton bola, pagi harinya menjadi letih, dan mengantuk, serta menjadi enggan bekerja. Setidaknya ini waktu yang hampir sebulan itu, habis digunakan untuk menonton bola. Energi hanyalah hilang dengan sia-sia. Belum berapa dalam bentuk harta yang harus mereka korbankan?
Sisi lainnya, mereka yang setiap malam menonton bola, mau tidak mau penggunaan listrik menjadi tinggi, dan tagihan listrik juga semakin tinggi. Sementara itu, para penonton, sebagian besar adalah orang-orang yang kelas ekonomi menengah kebawah.
Mereka mengalami kerugian yang bertumpuk-tumpuk. Karena mereka mengantuk tidak melaksanakan shalat shubuh. Padahal, shalat shubuh itu disaksikan para malaikat. Hubungan mereka denga Rabb yang menciptakannya menjadi pupus, dan rahmat serta karunia Allah Azza Wa Jalla menjadi hilang.
Tidak ada lagi keberkahan dalam hidup mereka. Betapa mereka menjadi orang-orang yang merugi, jauh dari nikmat dan rahmat Allah dan berbuat durhaka kepada Allah, karena meninggalkan shalat. Hanya karena bola. Mereka lebih mencintai bola dari pada yang menciptakan dirinya, yaitu Allah Rabbul Alamin. Wallahu’alam.