Hujan deras yang mengguyur bukit menyebabkan longsor. Lapisan tanah yang kering selama musim kemarau, tiba-tiba diguyur hujan yang terus menerus, menyebabkan bukit itu runtuh. Apalagi, banyak bukit yang sudah gundul, tak ada lagi pepohonan. Bukit Cihanjuang longsor, longsoran tanahnya menimpa 48 rumah keluarga, yang setiap rumah dihuni 4-5 keluarga. Longsor di daerah Cianjur itu menyebabkan 8 orang tewas.
Musibah yang menimpa bangsa Indonesia selalu datang. Tak habis-habis. Dari mulai Tsunami di Aceh, gempa di Bantul, Yogya, dan banjir yang melanda Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang sepanjang aliran bengawan Solo, mengakibatkan kerugian yang jumlahnya sangat besar. Belum lagi penderitaan yang dialami penduduk setempat. Mereka kehilangan panen padi-padian mereka. Dan, rusaknya sejumlah area tanaman yang tidak sedikit. Betapa rakyat yang sudah sangat menderita, terkena musibah bencana, yang terus-menerus.
Belum lagi usai musibah yang terjadi di wilayah Cianjur, yang mengakibatkan jatuhnya korban rakyat,yang tinggal diperbukitan, sudah disusul dengan bencana yang terjai di Gorontalo, terjadi gempa, yang merusak ratusan rumah. Gempa yang memiliki kekuatan hampir 7 skala richter itu, memporak-porandakan ratusan rumah penduduk. Propinsi muda, yang dulunya merupakan bagian dari Sulawesi Utara itu, harus mengahapi peristiwa musibah, yang akan berakibat buruk bagi kehidupan mereka. Mereka yang sudah menghadapi kesulitan dalam hidup harus menghadapi musibah. Di Sumatera, Medan, Padang, Pekanbaru, dan daerah lainnya, tak luput dari bencana. Di Kalimtan, seperti di Kalimantan Selatan, ada daerah yang terendam banjir sudah berbulan-bulan. Hingga, kini daerah itu belum kering, akibat banjir. Tentu, yang tak kalah menyesakkan dada, bencana lumpur Lapindo, yang menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, akibat rumah mereka terendam lumpur, yang sekarang masalah belum selesai.
Di sepanjang tahun telah terjadi bencana alam,yang tanpa henti,baik itu banjir, gempa, dan gunung berapi silih berganti. Situasi krisis ekonomi yang mendera bangsa Indonesia, semakin terasa berat, akibat berbagai bencana alam, dan musibah. Kondisi ini akan terus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Menurut laporan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), di bulan Desember sampai Februari 2009, menunjukkan gejala anomila cuaca, dan tingginya curah hujan. Maka, diprediksikan beberapa bulan ke depan akan terjadi banjir di seluruh wilayah Indonesia.
Di Jakarta, banjir sudah mulai dirasakan, bagi mereka yang tinggal disepanjang kali Ciliwung. Misalnya, kawasan Kampung Melayu, sudah mulai terkena banjir. Banjir akibat kiriman hujan dari daerah Bogor, yang beberapa hari ini hujan terus mengguyur wilayah puncak. Akibatnya, daerah hilir seperti Jakarta, terkena dampaknya, dan pasti akan menghadapi banjir.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah DKI perlu mengantisipasi dampak dari banjir yang kemungkinan akan datang dan melanda ibukota ini. Karena, jika Jakarta terkena banjir, dan bersifat menyeluruh, dapat melumpuhkan seluruh sektor. Seperti banjir tahun 2002,yang melumpuhkan seluruh Jakarta, dan dampaknya mengakibatkan seluruh sektor menjadi lumpuh total. Hal ini, pasti akan mempengaruhi gerak sektor ekonomi rakyat. Seluruh aktivitas berhenti. Akbiat banjir. Pusat-pusat perdagangan tak dapat beraktivitas. Termasuk aktivitas lainnya, seperti pendidikan, anak-anak sekolah, mereka tak dapat belajar. Tapi, yang lebih penting lagi aktivitas politik, juga ikut terpengaruhi, karena akses jalan menuju pusat-pusat pemerintah tergenang oleh air. Jika banjir berlangsung dalam waktu yang lama, kondisi ini akan menyebabkan pusat pemerintahan, ekonomi, politik, dan kegiatan lainnya, pasti akan mengalami stagnan. Apalagi, Jakarta menjadi pusat pemerintahan. Pasti dampak nasionalnya akan semakin terasa. Bagaimana pusat pemerintahan yang ada di ibukota menjadi lumpuh akibat banjir?
Kita tidak berarti menganggap DKI Jakarta ini terlalu penting dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia. Tapi, jika DKi Jakarta ini ‘diserang’ banjir dan lumpuh, maka akan berdampak kepada seluruh Indonesia. Maka, kita menginginkan agar pemerintah DKI Jakarta, mempersiapkan diri secara maksimum, khususnya dalam menghadapi banjir yang akan datang. Karena, kalau memperhatikan ramalan cuaca BMG, potensi banjir yang akan melanda Jakarta cukup besar.
Langkah-langkah konkrit dan terencana harus dipersiapkan oleh pemerintah untuk mengantisipasi datangnya banjir. Tidak lagi berupa retorika. Tapi, langkah-langkah persiapan yang memadai dalam menghadapi bencana. Termasuk tim ‘taskforce’ yang melibatkan seluruh unsur dalam masyarakat secara bersama-sama ikut mengantisipasi datangnya banjir. Saling tolong-menolong dan bahu membahu, mengatasi kemungkinan datangnya bencana. Menolong saudara-saudara kita yang terkena musibah. Dengan tulus ikhlas. Tidak boleh ada yang merasa tidak peduli terhadap musibah yang terjadi.
Seperti sekarang ini yang sudah dialami penduduk Jakarta yang terkena ‘rob’ atau air pasang laut, dan sebagian wilayah Jakarta Utara terkena banjir pasang laut. Bagaimana kondisi mereka sehari-hari? Bagaimana mereka harus mempertahankan kehidupan mereka? Dii mana rumah-rumah mereka terendam air laut. Bagaimana mereka dapat melakukan aktivitas sehari-hari, jika jalan-jalan dan yang menjadi sarana transportasi juga terendam air laut? Ditambah tempat aktivitas mereka juga terendam. Kehidupan mereka yang sangat menderita.
Bagaimana orang-orang miskin, yang menggantungkan kehidupan mereka dari sektor informal, berdagang, wiraswasta, dan pekerjaan lainnya, yang bukan kantoran, dan mereka harus menghidupi keluarga mereka? Perisitwa ini tidak hanya sekali, tapi sudah berulang kali. Adakah kita memiliki keprihatina yang mendalam melihat saudara kita, yang sekarang menghadapi kondisi yang menyedihkan itu? Belum lagi, anak-anak kecil, yang masih berusia dibawah umur, dan mereka dengan kondisi yang buruk, pasti akan mudah terserang penyakit. Banyak keluarga yang kurang mampu, akibat terjadinya ‘rob’ itu, mereka tidak dapat melakukan akitivitas apa-apa lagi. Lalu, dari mereka harus menghidupi keluarga mereka.
Tentu, hal ini tidak dapat hanya dibebankan kepada pemerintah semata, tapi kita harus saling tolong-menolong, menghadapi berbagai musibah, terutama untuk meringankan penderitaan saudara kita, yang sekarang ini sedang menderita. Marilah kita berbuat semaksimal mungkin untuk menyelamatkan saudara kita yang terkena musibah. Dan, kita harus ‘prepare’ bersiap-siap menghadapi datangnya musibah. Segala potensi dan kemampuan yang kita miliki harus kita siapkan. Selamatkan saudara kita yang sedang menderita. Wallahu’alam.