Masih kurangkah kita mengais-ngais kehidupan dunia selama sebelas bulan ini? Masih kurang puaskah kita mengejar kenikmatan dunia yang tiada seberapa selama sebelas bulan ini? Masihkah waktu yang ada akan kita habiskan untuk bekerja, dan melupakan sang Pencipta ini? Selama sebelas bulan kita secara terus- menerus waktu yang kita miliki ini, kita habiskan dari pagi hingga malam hari untuk bekerja yang tujuannya hanya mendapatkan materi dunia, dan terkadang kita melupakan kehidupan hari akhirat.
Mulai besok kita sudah memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Mari mulai besok kita tinggalkan seluruh aktivitas untuk mengejar kehidupan dunia ini. Selama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan ini, kita beri’tikaf di masjid-masjid, di mana Allah Ta’ala akan memberikan maghfirah kepada hamba-hamba yang dekat dengan-Nya. Hamba-hamba yang selalu mengingat-NYa dengan beribadah shalat, berdzikir, puasa, membaca dan mentadzaburi Al-Qur’an, serta berzakat. Allah Azza Wa Jalla akan memberikan ampunan bagi hamba-hamba yang sungguh-sungguh dalam beribadah dan bermunajat memohon ampun, dan akan mendapatkan kemuliaan disisi-Nya, yaitu kelak di surga-Nya.
Tak ada gunanya kita mengejar dunia ini, karena dunia yang kita kejar, hakekatnya akan kita tinggalkan. Tak akan ada makhluk di muka bumi yang akan hidup selama-lamanya. Pasti suatu saat nanti kita akan meninggalkan dunia yang fana ini. Termasuk alam semesta ini, yang akhirnya nanti juga akan berakhir, saat datangnya hari Kiamat. Dan, kita semuanya akan kembali ke kampung akhirat, yang bersifat kekal, selama-lamanya. Kita akan berjumpa dengan Rabb, yang menciptakan alam semesta ini, dan kita akan mempertanggungjawabkan semua apa yang kita kerjakan selama di dunia ini.
Tentu, jika memahami tentang kehidupan akhirat nanti, maka selayaknya seluruh orang-orang mukmin, pasti akan menghentikan aktivitasnya selama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Mereka akan hanya berada di masjid-masjid, dan tidak akan meninggalkan tempat yang mulia itu, dan mereka tidak akan berhenti-henti bibirnya mengucapkan istighfar, dan beribadah. Di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan inilah Allah Azza Wa Jalla akan menurunkan maghfirahnya saat datangnya ‘lailatul qadr’, yang lebih bernilai dibandingkan seribu bulan, bagi mereka yang akan mendapatkan maghfirah-NYa.
Bagi mereka yang di malam ‘lailatur qadr’, mendapatkan maghfirah-Nya, dan Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa mereka. Maka, bagi mereka yang mendapatkan maghfirah-Nya, ketika ‘Ied datang, adalah orang-orang yang menang, serta dikatakan seorang hamba menjadi seperti bayi yang baru dilahirkan, tanpa dosa apapun. Subhanallah.
Bila nilai-nilai ini dimengerti dan dipahami, mereka yang menjadi ekskutif, seperti Presiden, Wakil Presiden, para Menteri, dan para Pejabat negara, anggota Legislative, direktur BUMN, serta semua elemen dalam negara, pasti akan memerintahkan seluruh jajarannya berhenti beraktifitas, dan kemudian menunaikan ‘I’tikaf di masjid-masjid, sambil melakukan muhasabah (introspeksi) diri terhadap apa yang sudah diperbuat selama sebelas bulan sebelumnya. Sehingga, kehidupan ini akan mengalami pembaharuan menuju kehidupan, di mana seluruh rakyat dan orang-orang mukmin akan mendapatkan rahmat-Nya.
Menjelang ajalnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz, memanggil seluruh puteranya yang jumlahnya dua belas orang . Nampak seluruh putera-puterinya itu dalam keadaan terlantar, tubuhnya lunglai dengan rambut kusut masai. Wajahnya tampak kuyu merusak keelokan dan kecantikan rupa mereka. Mereka duduk mengelilingi ayahnya, Umar bin Abdul Aziz. Dan, satu persatu ditatap wajah mereka dengan penuh kasih-sayang, dan air mata Khalifah Umar jatuh berderai, kemudian mengucapkan kata secara terbata-bata kepada mereka :
“Wahai anakku sekalian,
Ayahanda diberi salah satu pilihan diantara dua pilihan.
Kalian hidup kaya, tetapi masuk neraka ..
Atau kalian hidup miskin tapi masuk surga ..
Maka, ayahandanya memilih surga ..
Dan, ayahanda lebih suka menitipkan kalian kepada Allah yang telah menurunkan Kitab, dan Dia akan melindungi orang-orang yang shaleh ..
Lalu, wajah Khalifah Umar bin Abdul Aziz berbinar-binar, sedang air mukanya berseri-seri. Ia tersenyum kepada putera-puterinya, kepada ibunya yang amat dimuliakannya, serta kepada isterinya yang amat setia, kemudian Umar mempersilahkan mereka meninggalkan dirinya.
Sepeninggal mereka, Khalifah Umar mengangkat kedua tangannya seakan-akan sedang menyambut dan mempersilahkan kedatangan tamu lama dinanti-nantikannya .. Memang saat itu, rombongan Malaikat suci, hamba-hamba Allah yang dekat dengan-NYa telah datang menjemputnya menunju tempat pelantikan yang telah disediakan baginya .., tempat yang abadi, surga Allah taman Firdaus ..
Orang-orang yang berada diluar kamar samar-samar mendengar Khalifah Umar membaca ayat-ayat al-Qur’an yang diulang-ulang : “(Kebahagiaandi) kampung akhrat itu Kami sediakan hanya bagi mereka yang tidak suka menyombongkan diri dan melakukan kerusakan di muka bumi. Dan, kesudahan yang baik itu adalah bagi mereka orang-orang yang taqwa”. (Al-Qashas :83).
Dan, Amirul Mukminin terus mengulang-ngulang ayat itu, sampai kepalanya terkulai, dan disambut bantalnya yang terbuat dari jerami. Kedua matanya yang selama ini tak dapat dipejamkan terhadap hak Allah dan umat, kini terpejam untuk selama-lamanya, dan wajahnya nampak bercahaya seperti sedang dalam keadaan tidur. Berbagahagialah engkau wahai Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Khalifah Umar tidak pernah melupakan akhirat. Meskipun, ditangannya telah menggenggam dunia (kekuasaan), tapi tak pernah tergoda sedikitpun oleh dunia, dia lebih mencintai Rabbnya. Wallahu’alam.