Wikileaks membuka tabir yang selama ini belum terungkap. Dengan dibukanya kawat yang sifatnya rahasia oleh Wikileaks itu, menelanjangi pandangan dan logika politik para pemimpin Arab, khususnya Arab Saudi. Bagaimana Raja Abdullah telah menempatkan Iran sebagai ancaman yang sangat serius, karena kemampuan nuklirnya. Sehinga, Raja Abdullah perlu mendorong Washington untuk melakukan serangan militer terhadap Iran, yang tujuannya mengeliminasi fasilitas nuklirnya.
Arab Saudi ketakutan terhadap Iran, sama dengan ketakutan Israel terhadap Iran. Jadi antara Arab Saudi dan Israel mempunyai pandangan yang sama terhadap Iran. Arab Saudi dan Israel telah menempatkan Iran sebagai ancman keamanan dan keamanan regional, karena kemampuan nuklirnya. Negara-negara Arab, terutama Arab Saudi dengan segala daya telah mendorong Washington mengambil langkah militer. Ini pembicaraan antara Abdullah dengan Obama, ketika Presiden AS itu berkunjung Arab Saudi, beberapa waktu yang lalu.
Dibagian lain, justru Israel merupakan negara yang memiliki ratusan kepala hulu ledak nuklir, dan sesungguhnya Israellah yang menjadi faktor instabilitas di kawasan Timur Tengah. Israel terus melipatgandakan kemampuan militernya, melalui bantuan AS. Penumpukan arsenal militer, yang paling besar di Timur Tengah, tak lain, adalah di Israel. Karena senjata-senjata AS terus mengalir ke Israel. Ini merupakan kesepakatan antara Israel dengan AS, yang memberikan jaminan keamanan bagi Israel.
Pertemuan yang digagas Presiden Barack Obama, di Washington, beberapa waktu lalu, yang tujuannya untuk melakukan pengurangan senjata nuklir, tidak dihadiri Perdana Israel Benyamin Netanyahu. Israel juga menolak menandatangani perjanjian penyebaran senjata nuklir (NPT). Israel yang dikelilingi negara-negara Arab itu, memiliki sikap paranoid (ketakutan) yang berlebihan. Sehingga, terus melipatkan gandakan kemampuan militernya.
Kondisi Israel seperti itu, nampaknya tidak menjadi pertimbangan para pemimpin Arab. Justru Iran yang baru memulai membangun kemampuan nuklirnya, yang tujuannya untuk memenuhi kepentingan energinya, mendapatkan respon dari para pemimpin Arab yang sangat berlebihan dengan mendorong AS melakukan serangan militer terhadap Iran.
Arab Saudi sebagai sekutu utama AS telah termakan provokasi Israel, sehingga tidak melihat Israel menjadi sebuah ancaman yang sangat serius dengan kemampuan nuklir yang dimilikinya. Padahal, Israel telah nyata-nyata berulang kali melakukan agresi militer ke negara Arab. Seperti perang tahun 1967, yang akhirnya mencaplok wilayah Arab. Seperti Sinai, Tepi Barat, Jerusalem, dan Dataran Tinggi Golan (Syria).
Israel berhasil memanipulasi para pemimpin Arab melalui operasi intelijen yang mereka lakukan, dan bernhasil mendorong para pemimpin Arab untuk melakukan konfrontasi dengan Iran. Jika Amerika, atau Israel, dan didukung negara-negara Arab, menyerang Iran, maka ini akan menimbulkan kekacauan di Timur Tengah.
Memang faktor Syiah telah membuat para pemimpin Arab menjadi sangat paranoid. Padahal, antara Iran dan Israel, sama-sama menjadi ancaman. Israel dengan ideologi Zionisme yang sangat rasis, dan telah meluluh-lantakkan dunia Islam, dan berusaha terus menjadikan tanah Arab jajahan bagi mereka. Sedangkan Iran yang menganut faham Syiah, yang berbeda dengan Sunni, yang merupakan mayoritas di dunia Islam, yang juga menjadi ancaman. Tetapi, mengapa para pemimpin Arab lebih memilih menjadikan Israel sebagai sekutu dalam menghadapi Iran?
Negara Arab bersekutu dengan Israel dan AS menghadapi Iran. Padahal, Israel yang terus mengkampanyekan tentang ancaman Iran, diam-diam Israel melakukan kerjasama dengan Iran. Israel telah berhasil meracuni logika para pemimpin Arab, dan menyebabkan mereka menjadi ‘tawanan’ Israel, dan bersedia bersama menghadapi Iran.
Para pemimpin Arab sekarang mereka benar-benar menjadi alat Israel, yang sangat tidak realistis dalam melihat ancaman Timur Tengah. Wallahu’alam.