Isu Terorisme dan Skandal Century

Isu terorisme yang tiba-tiba muncul di tengah hiruk pikuk pertarungan antara istana dan DPR terkait skandal Bank Century, mulai memunculkan kecurigaan publik bahwa ada pengalihan isu oleh pemerintah. Hal ini karena modus yang sama juga pernah terjadi beberapa waktu lalu.

Kecurigaan penutupan isu Century ini, memang butuh uji fakta yang lebih dalam. Tapi, publik seperti diperlihatkan pada kesimpulan ini ketika beberapa kasus serupa juga pernah terjadi.

Mungkin belum hilang ingatan publik tentang bom jilid dua di hotel Marriot Jakarta. Bom mengguncang pada bulan Juli di saat publik sedang gencar-gencarnya menyorot isu kecurangan pada pemilu 2009. Mulai dari isu penggelembungan suara, pemilih siluman tiba-tiba tergilas dengan bom Marriot.

Penembakan terhadap orang-orang yang diduga gembong teroris Dulmatin di kawasan Ciputat, perbatasan Jakarta Selatan dengan Tangerang, terjadi persis ketika SBY tiba di Australia untuk sebuah kunjungan kenegaraan.

Modus penumpasan terorisme yang dilakukan Densus 88 pun tak memunculkan kreativitas baru. Selalu berulang dengan modus yang sama : korban masih misteri, dihubung-hubungkan dengan Nurdin M Top yang hingga kini kematiannya masih mengundang kontroversi, adanya keraguan dari keluarga korban, dan tertutupnya proses otopsi oleh aparat.

Setidaknya, ada tiga keuntungan yang diraih pemerintah dalam isu pemberantasan terorisme yang muncul tiba-tiba ini.

Pertama, ada apresiasi dari para petinggi Australia yang begitu gencar menggaung-gaungkan isu terorisme, Alqaida, dan sejenisnya di kawasan Asia Tenggara yang notabene berkait erat dengan Islam radikal yang menjadi momok negeri kanguru ini.

Kedua, akan mengalir simpati yang luar biasa dari Washington yang dalam waktu dekat akan mengutus presidennya berkunjung ke Indonesia. Apresiasi ini menjadi ikatan kuat dalam mendukung program Amerika untuk memerangi terorisme Alqaida yang dimunculkan dalam perang membumihanguskan Irak dan Afghanistan. Tentu, selain apresiasi, akan ada proyek kerjasama yang menguntungkan Indonesia.

Ketiga, inilah yang begitu mencolok dalam fenomena isu di pemberitaan sebagian besar media massa. Isu terorisme ini, begitu efektif menutup sejumlah isu turunan dari skandal Bank Century yang mulai fokus pada nama Boediono dan Sri Mulyani.

Isu turunan yang tiba-tiba redup itu di antaranya, dugaan adanya barter kasus yang dilontarkan ICW soal keputusan akhir Century di DPR, penolakan paripurna DPR soal Perppu pengangkatan pimpinan KPK oleh presiden, kian kuatnya sinyal pencopotan menteri yang berasal dari partai koalisi yang dinilai membelot oleh Demokrat, dan tekanan publik agar DPR mengeluarkan hak pendapat atas keputusan Pansus Century yang mengarah ke wapres Boediono.

Mungkin, satu hal yang kerap dilupakan pemerintah bahwa publik sudah mulai cerdas untuk membedakan mana isu asli dan mana yang jadi-jadian. (mnh)