Ibrah dari Kisah Yusuf AS, Fakta itu Bisa Dibuat dan Dipalsukan, Masih Percaya Amerika dan Medianya?

Para Nabi, sejak Nabi Adam as. sampai Nabi dan Rosul terakhir yang diutus Allah swt kepada umat manusia, yakni Nabi Muhammad saw, perilaku Nabi dan Rosul tersebut merupakan suri tauladan yang mesti dijadikan panutan bagi setiap insan manusia.

Terlebih lagi bagi umat islam, kisah dan perjalanan para Nabi dan Rosul yang diutus Allah swt ke muka bumi merupakan ibroh (pelajaran) yang sangat penting untuk dijadikan pegangan hidup, agar dalam menjalani kehidupan didunia ini, bisa selaras dengan apa yang sudah Allah swt perintahkan. Baik ibroh dari segi kehidupan para Nabi dan Rosul, maupun ibroh dari segi amaliyah peribadatannya kepada Allah swt.

Meskipun dalam Al Qur’an disebutkan bahwasanya suri tauladan yang sangat ditekankan oleh Allah untuk umat islam contoh itu adalah kisah hidup Nabi Ibrohim as. dan Nabi Muhammad saw, akan tetapi hal itu bukanlah menjadi penghalang dan alasan untuk manusia tidak melihat bagaimana kisah hidup Nabi dan Rosul lainnya, agar bisa kita ambil ibrohnya.

Salah satu Nabi yang patut kita jadikan ibroh dan contoh untuk kita ikuti didalam menjalankan kehidupan yaitu kisah hidup Nabi Yusuf as. Cerita hidup Nabi Yusuf as. yang paling masyhur (terkenal) dan sering di ingat oleh khalayak umum biasanya kisah dimana Nabi Yusuf as. digoda oleh Zulaikha, istrinya Raja Mesir bernama Qithfir.

Tetapi, sebetulnya ada salah satu kisah hidup Nabi Yusuf as. yang harusnya juga kita ambil ibroh, dan hal ini seakan-akan dilupakan oleh umat islam. Kisah itu adalah ketika Nabi Yusuf as. hendak dibuang dan di masukkan kedalam sumur oleh saudara-saudaranya. Dan kisah ini, kemudian diabadikan oleh Allah swt didalam Al Qur’an surat Yusuf (surat ke-12 di dalam Al Qur’an) ayat 7 sampai 19.

Kisah hidup Nabi Yusuf as. yang seharusnya bisa dijadikan ibroh bagi kaum muslimin yaitu ketika Nabi Yusuf as. akan dibuang dan bahkan diantara saudaranya ada yang berniat untuk membunuhnya. Sebuah ibroh yang jika dilihat dari waqi’iyah (kondisi) zaman dulu, sebetulnya sangat sesuai dengan realita sekarang ini.

Saat ini, masyarakat dan khususnya umat islam selalu disuguhi dengan “sebuah fakta” dari setiap kejadian yang menimpa umat islam -dalam hal ini yaitu kasus terorisme-, akan tetapi hakikatnya hal tersebut merupakan sebuah fakta yang direkayasa atau dibuat-buat oleh kelompok tertentu yang tidak suka dengan islam.

Kisah tersebut dimulai ketika Nabi Ya’qub as. melihat ada sesuatu yang beda dari diri anaknya yang bernama Yusuf dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain. Perbedaan yang dilihat Nabi Ya’qub as. yang merupakan putra dari Nabi Ishaq as. ini pada diri Yusuf yaitu khususnya kebaikan akhlaq yang terpancar pada diri Yusuf. Dari sesuatu yang beda itulah, kemudian menimbulkan rasa cinta dan perlakuan yang istimewa Nabi Ya’qub as. kepada Yusuf.

Dengan perlakuan berbeda yang ditunjukkan Nabi Ya’qub as. kepada Yusuf itulah, akhirnya menimbulkan kecemburuan sosial dikalangan putra-putra Nabi Ya’qub lainnya. Kecemburuan sosial yang dirasakan anak-anaknya Nabi Ya’qub kepada Yusuf itu yang kemudian menciptakan niat jahat dan tipu daya atau makar anak-anaknya Nabi Yaqub as. kepada Yusuf yang merupakan saudaranya sendiri.

Akhirnya, mereka-pun bermusyawarah dan bersepakat, bagaimana caranya untuk menyingkirkan Yusuf dari kehidupan mereka, agar ayah mereka yakni Nabi Ya’qub as. kembali menyayangi mereka, memberi harta pada mereka, dan memberikan perhatian manis yang dulu pernah diberikan kepada mereka sebelum kehadiran Yusuf.

Diantara mereka (anak-anaknya Nabi Ya’qub as.), kemudian ada yang usul agar Yusuf dibunuh saja, akan tetapi ada pula diantara mereka yang tidak setuju dengan usul tersebut, dan lebih memilih untuk membuang Yusuf ketempat yang jauh yang tujuan utamanya yakni menghindarkan Yusuf dari kehiduoan mereka dan ayah mereka, yakni Nabi Ya’qub as.

Berjalannya waktu, mereka-pun akhirnya dengan mantab dan sesegera mungkin menjalankan “misi dan niat jahatnya” untuk membuang Yusuf. Ketika itu, mereka punya ide atau rencana untuk mengajak Yusuf bermain-main menggembala kambing. Setelah berhasil membujuk Yusuf, mereka lalu meminta ijin kepada Nabi Ya’qub as. untuk mengajak Yusuf bermain dengan mereka.

Meski dalam diri Nabi Ya’qub as. waktu itu ada perasaan khawatir, tapi karena cerdiknya rekayasa dan bujuk rayu anak-anaknya yang meyakinkan itu, akhirnya Nabi Ya’qub as. mengijinkan anak-anaknya untuk mengajak Yusuf bermain bersama mereka.

“Itupun hasil rekayasa pula dia (saudara-saudaranya Yusuf-red) kepada ayahnya, meminta ijin untuk bermain menggembalakan kambing-kambingnya, mengajak Yusuf yang masih kecil saat itu. Tentu, orang tuanya juga khawatir, awalnya tidak mengijinkan. Tetapi rekayasa mereka (saudara-saudaranya Yusuf-red), dengan mengatakan kami akan menjaga mati-matian, masak kami sepuluh orang tidak berani kalau mengahadapi binatang buas, itu rekayasa yang mereka buat”, setelah anak-anak Nabi Yaqub as. lainnya berhasil membujuk Yusuf dan meminta ijin kepada Nabi Ya’qub as. untuk mengajak Yusuf bermain, mereka lantas mengerjakan niat jahatnya untuk mencelakai Yusuf dengan cara memasukkannya kedalam sumur.

“Dan sesudah dicemplungkan (dimasukkan-red) kedalam sumur, lalu dia menyembelih binatang, bajunya Yusuf itu diolesi dengan bidamin kadzib kalau Al Qur’an menyebutkan, dengan darah palsu, darah binatang. Untuk apa hal itu, untuk merekayasa, sebagai fakta, jadi fakta itu bisa dibuat”.

“Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan”.

Makar mereka tidak cukup hanya disitu saja, setelah “sukses” mencelakai Yusuf, mereka-pun harus memutar otak agar ayah mereka (Nabi Ya’qub as.) tidak menyalahkan mereka atas kejahatan yang barusan mereka perbuat. Akhirnya mereka membuat tipu daya lainnya dengan mengatakan bahwa Yusuf telah tewas dimakan binatang buas

“Sebagai fakta yang nantinya ditunjukkan kepada ayahnya, bahwa Yusuf benar-benar telah dimakan binatang buas. Lalu dibuatlah, fakta itu, fakta palsu”..

Agar sandiwara mereka seolah-olah itu betul dan benar adanya, kemudian dibumbui-lah kisah tersebut dengan datangnya mereka kepada Nabi Ya’qub as. sambil menangis tersedu-sedu dan dengan membawa baju gamis Yusuf yang sudah dilumuri darah palsu dari binatang yang mereka sembelih.

“Dengan pulang dalam keadaan menangis kepada ayahnya, minta maaf. Kalau Yusuf itu menjadi makanan serigala, ini bajunya berdarah-darah. Ketika kami sedang menggembalakan, lalu dia diterkam, ini bekas bajunya berdarah-darah”, jelasnya.

Akan tetapi sebagai utusan Allah, Nabi Ya’qub as. lantas tidak percaya begitu saja dengan apa yang diceritakan anak-anaknya tersebut. Nabi Ya’qub as. tetap menaruh curiga kepada putra-putranya itu, atas “tragedi” yang telah menimpa anak kesayangan Nabi Ya’qub yakni Yusuf.

“Orang tuanya, tentu karena ayahnya itu Nabi, nggak mungkin percaya begitu saja kepada fakta yang dibuat-buat, fakta buatan. Yah, akhirnya Nabi Ya’qub berkata; ‘aku akan bersabar dengan musibah ini. Karena dia (Nabi Ya’qub-red) yakin, wamakaruu wamakarallah wallahu khoirul maakiriin..”.

Dari kisah ini tentunya bisa kita ambil ibroh (pelajaran), bahwasanya setiap berita yang datang kepada kita, khususnya bagi umat islam, berita tersebut harus kita filter dan seleksi betul sebelum kita mempercayainya dan kita sebarkan. Sebab, apa yang kita ucapkan itu tentunya akan ada efeknya dikemudian hari, baik kepada diri kita maupun pada orang yang bersangkutan.

Kemudian, ibroh kedua yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Yusuf as. tersebut dan yang menjadi penekanan dari kisah itu adalah, setiap peristiwa atau kejadian yang pada hakikatnya merupakan sebuah kejadian yang benar-benar terjadi, belum tentu alur cerita atau kronologi dari kejadian tersebut itu betul-betul sesuai dengan fakta yang terjadi di TKP (Tempat Kejadian Perkara).

Sebab, sebagaimana kisah Nabi Yusuf as. seperti diatas, ternyata sebuah kejadian yang sudah terjadi, faktanya bisa saja di buat-buat dan di dramatisir. Bisa saja hal ini bertujuan untuk menutup-nutupi kejadian yang sesungguhnya telah terjadi, atau ada makar atau rencana jahat lainnya yang hendak dijalankan.

Faktanya dalam kisah yang menimpa Nabi Yusuf as. itu, beliau telah dicelakai oleh saudara-saudaranya dengan cara menceburkannya kedalam sumur. Tapi kisah dan “fakta” yang dibeberkan kepada Nabi Yaqub as. itu bahwa Yusuf telah dimakan binatang buas dan bukti dari hal itu yakni baju gamis Yusuf berlumuran darah, meskipun darah tersebut adalah darah binatang, jadi ini sisi Rekayasa atau Dramatisasinya.

Maka, kaum muslimin harus selalu waspada dengan setiap kejadian yang sedang menimpa kaum muslimin, dalam hal ini mungkin saja dalam kasus “terorisme” dan juga kabar yang disajikan oleh orang-orang kafir. Sebab, orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti untuk membuat makar kepada kaum muslimin.

“Makar itu ada dua, makarnya manusia dan makarnya Allah. Makarnya manusia itu mesti jahat, tetapi makarnya Allah adalah untuk menumpas kejahatan itu dan berujung dengan kebaikan bagi manusia”.

Sedang hangat hangatnya, kita disuguhkan sebuah peristiwa Bom Boston, semua media asing maupun medialokal sebagai Followernya di Indonesia memberitakan kisah Bom Boston seirama dengan nyanyian dan dongeng yang dihembuskan oleh media Amerika.  Lagi lagi umat Islam tertuduh…

Benarkah kisah yang terjadi sesuai dengan alur cerita yang dihembuskan AS, 2 buah bom meledak dan  pada akhirnya mereka menjadi pahlawan karena berhasil meringkus pelakunya dalam waktu cepat, dan pelakunya adalah 2 anak muda , anehnya mereka tidak tertawan dan bisa bicara, ke 2 tersangka tersebut salah satunya tewas terbunuh karena terlindas oleh mobil yang dikemudikan oleh adiknya sendiri, dan yang adiknya tidak bisa bicara karena tenggorokannya di tembak sendiri oleh yang bersangkutan? suatu alasan yang aneh. dan mereka berdua dikaitkan  dengan militan Chechnya , yang mereka sebut juga militas Islam itu adalah jaringan  Teroris, padahal negeri Chechnya ingin memerdekakan dari kekuasaan Rusia yang kafir, pejuang negara yang dijajah disebut oleh mereka sebagai teroris militan islam…suatu yang tidak masuk di akal, pejuang kemerdekaan disebut sebagai penjahat.

Amerika adalah  suatu negeri yang sudah berulang kali mendustai umat islam dan merekayasa opini masyarakat dunia. Tak bisa lagi menyebut satu persatu  tragedi yang telah direkayasa , karena sudah terlalu banyak mereka lakukan makar  terhadap umat Islam.

Berdasarkan Kisah Yusuf AS, masih percayakah anda terhadap cerita dan berita yang berasal dari Amerika dan serdadu medianya?

(Waf/FAI/Dz)