Seharusnya Indonesia yang menjadi ‘vanguard’ (pelopor) untuk mendobrak blokade dan isolasi yang dilakukan rejim Zionis-Israel atas rakyat Palestina di Gaza yang sudah berlangsung hampir empat tahun.
Indonesia di mata dunia Islam, negara yang dipandang memiliki posisi strategis secara geopolitik, dan dengan jumlah penduduknya 240 juta, serta 90 persen penganut Islam, Indonesia tetap memiliki posisi tawar. Tidak ada negara-negara OKI (Organisasi Konferensi Islam) yang memiliki posisi yang sangat stretagis dibandingkan dengan Indonesia.
Dengan posisinya seperti itu, seharusnya Indonesia tidak membiarkan keadaan dan kondisi rakyat Palestina, yang terus diblokade dan diisolasi oleh Israel. Indonesia dapat menggunakan pengaruhnya di forum-forum internasional untuk membebaskan rakyat Palestina, yang sekarang ini menghadapi bencana kemanusiaan, akibat kebijakan dan tindakan rejim Zionis-Israel.
Indonesia yang memiliki posisi tawar dapat melakukan dialog dengan kelompok ‘Kwartet’ (AS, Rusia, Uni Eropa dan PBB), mencari sebuah solusi konkrit menghadapi sebuah kondisi yang sangat luar biasa seperti dialami rakyat Palestina di Gaza. Tidak ada negara manapun di dunia ini, yang dapat membenarkan tindakan Israel, yang benar-benar melakukan genosida terhadap rakyat Palestina secara terang-terangan, serta melakukan pelanggaran hak-hak dasar manusia. Seperti hak untuk hidup.
Seharusnya melalui sarana-sarana yang ada, termasuk kementerian luar negeri Indonesia, langkah-langkah konkrit dan agenda strategis dapat dilakukan yang bertujuan membebaskan rakyat Palestina. Memang, menyelesaikan masalah Palestina akan menghadapi kerumitan tersendiri, karena banyaknya perbedaan dikalangan para pemimpin Palestina, dan negara-negara Arab. Tetapi, langkah-langkah yang dilakukan Indonesia, tetap mempunyai arti penting dalam kehidupan bangsa Palestina.
Di Parlemen (DPR) yang menjadi Ketua Komisi I, yang membidangi pertahan-keamanan, luar negeri, dan intelijen dari Partai PKS, yaitu Kemal Aziz Stamboel. Selaku Ketua Komisi I, Kemal Stamboel yang mewakili Partai PKS, yang memilikki jargon ‘peduli’, seharusnya pula lebih memperlihatkan kepeduliannya, bukan hanya melakukan aksi-aksi massa dalam bentuk demo, yang menentang Israel, tetapi melakukan langkah-langkah koordinasi dengan partai-partai lainnya bersama dengan pemerintah melakukan gerakan yang dapat membebaskan rakyat Palestina, yang saat ini menghadapi ancaman bencana kematian.
Tetapi, kenyataannya yang ironi, justru posisi sebagai ‘vanguard’ (pelopor) dalam gerakan pembebasan rakyat Palestina di Gaza, yang menghadapi blokade dan isolasi adalah pemerintah Turki, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Tayyib Recep Erdogan, yang bukan hanya menggerakkan mesin politiknya, tetapi melalui media, dan lembaga-lembaga karitas yang ada di Turki, berusaha sekuat tenaga membebaskan rakyat Palestina di Gaza dari kekejaman dan kebiadaban Zionis-Israel.
Turki terus memelopori di forum-forum internasional, mendorong negara-negara Arab, menekan Israel dan AS, serta melakukan lobi dengan negara-negara Uni Eropa, agar terlibat aktif dalam usaha membebaskan rakyat Palestina di Gaza dari kehidupan yang sangat menyedihkan saat ini.
Turki mengecam dengan sangat di forum-forum internasional atas kebiadaban Israel yang melakukan invasi militer ke Gaza Desember 2008 yang lalu. Erdogan secara terang-terangan di depan Presiden Shimon Peren, saat berlangsung pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, mengkritik pemerintah Israel, yang dinilai telah melakukan kejahatan perang terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Turki yang disebut sebagai negara sekuler, dan konstitusinya masih sekuler, berani berhadapan dengan negara-negara pendukung utama Israel, seperti AS, Uni Eropa dan Rusia, menegaskan pendirian dan sikapnya.
Kapal-kapal yang membawa misi kemanusiaan dengan membawa bantuan sebanyak 150.000 ton, dan sejumlah tokoh dan anggota parlemen dari berbagai negara berangkat dari Istambul, Turki, bukan dari Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia. Kapan Indonesia mempunyai posisi paling depan dalam membela bangsa-bangsa yang terdzalimi, termasuk rakyat Palestina, yang sekarang ini dijajah dan dihancurkan oleh Israel?
Turki adalah anggota Nato, dan sekutu utama AS, tetapi Turki berani bersikap dengan jelas, dan tidak takut menghadapi tindakan AS atas sikapnya yang membela rakyat Palestina yang di jajah oleh Israel. Turki berani membatalkan latihan perang dengan Israel yang didukung Nato.
Padahal, Indonesia menganut doktrin politik bebas dan aktif, dan menyatakan ‘kemerdekaan’ adalah hak segala bangsa di dalam konstitiusinya. Tetapi, mengapa membiarkan rejim Zionis-Israel terus menjajah dan memperbudak rakyat Palestina? Wallahu’alam.