Demokrasi di abad milenium ini telah menjadi mesin ‘pembunuh’ terhadap golongan yang tidak disukai. Dengan mesin propaganda media, dan seorang agitator yang ‘idiot’ sekalipun, asalkan mendapatkan ‘covered’ media akan menjadi seorang pahlawan. Berikutnya dia akan menjadi pemimpin politik, yang dapat bertindak sesuai dengan nalurinya. Inilah saat sekarang yang terjadi di di negara Barat, khususnya di Uni Eropa.
Tengoklah peristiwa yang terjadi di Belanda. Bagaimana Belanda sekarang berubah menjadi ‘big bang’ bagi seluruh daratan Uni Eropa. Semuanya bermula dari mulut seorang tokoh sayap kanan, Weelders, yang memimpin Partai Kebebasan (PVV), yang dengan lantang meneriakkan pengusiran kaum imigran dan muslim dari negeri itu. Weelders yang mula-mula sebagai tokoh phobia Islam, dan penghina Islam, terus beranjak, dan sekarang masuk dalam pemerintah Belanda, dan mempunyai posisi kunci, karena berhasil memenangkan sejumlah kursi, yang cukup signifikan. Sehingga, memiliki posisi tawar yang sangat kuat di dalam ‘mainstreams’ politik negeri Kincir ini.
Tetapi, gaung dan teriakan Weelders, yang sangat ekstrim, dan selalu meneriakan pandangan yang sangat benci terhadap imigran dan Islam, ternyata mendapatkan sambutan gegap gempita, di hampir seluruh daratan Uni Eropa. Indikasinya semakin nampak kasat mata. Perubahan-perubahan politik terus bergulir di seantero Eropa, dan dengan masuknya kelompok sayap kanan di hampir semua pemerintahan baru di Uni Eropa.
Partai-partai berkuasa di seantero Eropa yang dominan, seperti di Perancis, Jerman, Inggris, Swedia, Belanda, Austria, dan Spanyol, harus berkolaborasi dengan partai-partai baru yang berhaluan sayap kanan. Partai-partai yang berkuasa tak dapat membentuk pemerintah baru, tanpa harus mengikut sertakan partai baru yang berhaluan kanan. Sepanjang sejarah politik di Eropa, baru sekarang ini kaum sayap kanan,yang memiliki pandangan yang naif terhadap imigran dan Islam menjadi sebuah ‘mainstream’ baru.
Peristiwa WTC yang terjadi di New York, yaitu 11 September 2001, seperti dentang ‘lonceng’ di Gereja, yang menyeruak ke seluruh penjuru dunia, terutama di Barat, yang memberikan ‘warning’ tentang bahaya teroris dan fundamentalis Islam, yang akan menghancurkan Barat. Inilah yang sekarang terus berlangsung, yang disebut dengan perang global melawan terorisme.
Sekalipun sang pencetus telah turun dari tahtanya di Gedung Putih, yaitu George Walker Bush, dan digantikan Barack Obama, tetapi persepsi dan perasaan dikalangan masyarakat Barat telah tertanam adanya ancaman dari Islam dan umat Islam. Sekalipun, berulang kali para pemimpin Barat, selalu menegaskan perang melawan terorisme itu bukan perang melawan Islam dan umat Islam.
Tetapi, semua fakta telah membantah, dan semuanya menunjukkan, bagaimana Barat, termasuk Uni Eropa sekarang dibenak rakyat dan para politisinya telah tertanam dalam-dalam tentang ancaman dari funamentalis Islam. Belum lama ini, intelijen Inggris memberikan peringatan yang sangat signifikan tentang kemungkinan akan terjadi serangan teroris terhadap kota-kota penting di Eropa.
Semua bumbu-bumbu yang disuguhkan para pejabat intelijen Barat itu, semakin menambahkan kalangan politisi di negaranya meneriakan dengan teriakkan yang lebih lantang mengusir kaum imigran muslim yang sekarang telah berada di negeri-negeri Uni Eropa.
Mereka melupakan sejarah perkembangan negara-negara Eropa, yang sekarang menjadi modern dan makmur, dan dengan kehidupan yang sangat mentakjubkan, tak lain dari dari hasil merampok dan menjajah negeri-negeri muslim. Mereka tidak akan dapat sekaya seperti sekarang ini, tanpa mereka merampok dan menjajah negeri-negeri muslim. Mereka tidak mungkin mencapai peradaban industri seperti sekarang ini, tanpa mereka mengeksploitasi kekayaan yang dimiliki negeri-negeri muslim. Sampai hari ini. Para imigran itu mereka ikut andil dalam membangun Eropa.
Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun. Mereka telah menguras dan mengeksploitasi seluruh kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Perancis, Inggris, Jerman Itali, dan Spanyol, mereka telah pula menjajah dan merampok negara-negara Arab dan Afrika Utara, yang sampai hari ini masih bercokol. Berapa banyak kekayaan yang telah mereka rampas?
Weelders politisi sayap kanan Belanda, yang mempunyai cita-cita ingin mengusir imigran muslim dari negaranya, menunjukkan sikap yang sangat paradoks.
Weelders yang masih keturunan Yahudi, mempunyai pandangan yang tak berbeda dengan Perdana Israel Benyamin Netanyahu dan Menlu Israel Avigdor Lieberman, yang juga mempunyai sikap sangat rasis dan rasialis, dan akan mengusir seluruh orang Arab yang ada di Israel, termasuk di wilayah yang diduduki Israel seperti Jerusalem Timur dan Tepi Barat.
Jadi demokrasi yang didengung-dengungkan Barat itu, tak akan memberikan kesempatan secara ‘equal’ kepada penduduknya, khususnya terhadap umat Islam. Bahkan, sikap itu terjadi di negeri-negeri muslim, di mana para penguasanya yang merupakan kaki tangan penjajah itu, mereka tidak memberikan kesempatan secara ‘equal’ terhadap kelompok-kelompok umat Islam untuk eksis secara politik.
Ini terbukti seperti yang terjadi di Aljazair, di mana saat FIS memenangkan pemilu, kemudian dibubarkan dan para pemimpinnya dipenjarakan. Di Palestina, Hamas tidak diberikan kesempatna untuk eksis, justru yang mendapatkan dukungan adalah kelompok Fatah yang dipimpin Mahmud Abbas, yang tak lain adalah boneka Barat. Begitulah demokrasi. Wallahu’alam.