Seluruh pikiran, pandangan, hati, dan energi bangsa ini, hanya diarahkan dan ditujukan kepada seorang tokoh bernama ‘Nordin Top’. Digambarkan ‘Nordin Top’ ini musuh utama, musuh bangsa dan musuh umat manusia. Opini yang dibangun melalui media dan tokoh, semuanya diarahkan kepada tokoh ‘Nordin Top’. Betapa hebatnya, sebuah proses rekayasa yang sangat sistematis, dan bangsa ini dapat melupakan seluruh persoalan-persoalan kehidupan yang pokok, dan sejatinya menjadi ancaman riil, bagi masa depan mereka.
Bermula, peristiwa yang mengejutkan, berlangsung di hari Jum’at pagi, 15 Juli 2009, di mana suasana pagi dihentakkan ledakkan bom di dua tempat, Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, yang keduanya hotel yang sangat mewah, dan dikunjungi hanya orang-orang yang terbatas, karena hotel ini memiliki eksklusifitas serta sistem pengamanan yang sangat tinggi, dan secara logika yang wajar tidak mungkin akan dapat disusupi dan diinfiltrasi oleh ‘teroris’ dan jaringannya. Tapi, faktanya kedua hotel bertaraf internasional ‘jebol’ oleh jaringan teroris dan berhasil diledakkan.
Kini, peristiwa di JW Marriot dan Ritz Carlton, terus diikuti perburuan oleh aparat keamanan terhadap mereka yang dituduh terlibat dan tersangka kasus itu, termasuk jaringannya. Dan, kembali seluruh opini publik, seakan disihir yang sedemikian hebat dan dahsyatnya, ketika semua media elektronik dan cetak memberitakan secara langsung dengan siaran ‘breaking news’, tentang penyerbuan tempat persembunyian ‘Nordin Top’ di Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, sejak hari Jum’at, dan akhirnya drama yang penuh dengan ketegangan itu, disudahi dengan laporan terbunuhnya sanga tokoh ‘Nordin Top’. Drama pengepungan yang berlangsung selama lebih 17 jam itu, benar-benar menguras seluruh perhatian bangsa Indonesia.
Namun, sebelum terbunuhnya ‘Nordin Top’ ini, sudah didahului dengan peristiwa Jati Asih,Bekasi, Jawa Barat, di mana tersangka teroris Air Setiawan dan Joko Sardono, tewas ditembak saat akan ditangkap oleh Satuan Densus 88. Dari berbagai keterangan yang lebih menyeramkan di media, bahwa kelompok Jati Asih ini, bertujuan ingin melakukan bom bunuh diri dengan menggunakan mobil bok, dan sebagai target sasarannya adalah Presiden SBY. Apakah semunya itu benar, dan Presiden SBY sudah menjadi target sasaran para teroris?
Selanjutnya, peristiwa peledakkan di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, peristiwa di Jati Asih ini menimbulkan berbagai spekulasi, dan keinginan tahu masyarakat luas, apa motive dan tujuan melakukan peledakan dua hotel ini, serta adanya upaya pembunuhan terhadap Presiden? Penangkapan terhadap ‘Nordin Top’ telah pula mengharu-biru pikiran, benak, serta ketenangan masyarakat, yang dalam beberapa waktu ini, tak terusik oleh peristiwa kekerasan.
Sejatinya, apakah jaringan teroris di Indonesia sangat potensial, dan akan terus hidup, serta bersifat laten, dan akan menjadi ancaman bagi keamanan nasional Indonesia? Apakah jaringan teroris di Indonesia sebuah organisasi dan gerakan terstruktur dan memiliki jaringan internasional? Apakah jaringan teroris di Indonesia benar-benar memiliki ideologi, dan menjadikan kepentingan Barat sebagai target sasarannya? Atau kegiatan para ‘teroris’ ini, tak lebih sebuah proyek, yang ingin menjadikan Indonesia menjadi tergantung kepada kepentingan asing?
Dari hasil penyerbuan yang dilakukan aparat keamanan Densus 88, di Kedu, Temanggung Jawa Tengah, dinyatakan aparat berhasil membunuh sang tokoh, yang selama ini menjadi bahan pemberitaan yaitu ‘Nordin Top’. Tapi, sejumlah pengamat masih meragukan bahwa sang tokoh ‘Nordin Top’ telah tewas. Seperti, Direktur Internasional Crisis Group (ICG), Sidney Jones, yang sangat aktive mengamati dan melakukan penelitian tentang gerakan terorisme di Asia Tenggara ini, seperti dikemukakannya di Sydney Morning Herald, berkata : “Sepertinya, dia belum mati”, ucapnya. (Republika, 10/8/2009)
Hal senada juga dikemukan oleh Kepala Pusat Terorisme dan Kekerasan, Rohan Gunaratna, yang berbasis di Singapura, dan mengklaim sudah memiliki tes DNA ‘Nordin Top’ itu mennyatakan, “Dia (Nordin Top) belum tewas.l Tes DNA membuktikan, jenazah itu bukan Nordin. Namun, Nordin akan terus diburu”, ucapnya kepada Aljazeera. Dalam kesempatan lainnya, Kepala Polisi Jendral Bambang Hendarso Danuri, mengatakan, “Kami belum berani menyebutkan siapa dia. Harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan harus ada tes DNA”, ucapnya. (Republik, 10/8/2009).
Kalau benar yang terbunuh bukan ‘Nordin Top’, lalu siapa sebenarnya yang sudah terbunuh itu? Dan, apakah peristiwa yang sudah menyedot perhatian masyarakat sedemikian hebatnya itu, hanya sebuah berita yang diciptakan, dan ingin mengalihkan perhatian terhadap peristiwa yang lebih penting lainnya,yang sekarang ini menjadi perhatian masyarakat.
Seperti halnya, ketika berlangsung peristiwa peledakan Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, waktunya hampir berhimpitan dengan KPU mengumumkan hasil pemilu presiden. Saat rakyat sedang memperhatikan penghitungan hasil akhir pemilu presiden, yang menjadi sangat kontroversi, karena banyak tuntutan, yang menyatakan, baik dari kubu Mega dan JK, terjadinya banyak penyimpangan, tiba-tiba terjadi ledakan itu. Sekarang, disaat masyarakat ingin mendengarkan keputusan sengketa pemilu presiden yang sekarang kasusnya di Mahkamah Konstitusi (MK), tiba-tiba berlangsung peristwa penyergapan dan terbunuhnya tokoh ‘Nordin Top’. Kejadian peristiwa kejahatan terorisme berhimpitan waktunya dengan peristiwa politik. Dan, sebenarnya peristiwa politik, terkait dengan akan adanya keputusan MK tanggal 12 ini, dan dengan sebuah episode terbunuhnya ‘Nordin Top’ ini sangat lah luar biasa.
Kita menginginkan kehidupan ini berlangsung damai. Tenang. Tidak ada hiruk pikuk. Dan, tidak ada kontroversi. Sehingga, seluruh elemen bangsa ini bersatu padu menuju sebuah tujuan bersama, masyarkat adil makmur yang diridhoi Allah Ta’ala.
Tidak perlu seperti George Walker Bush, yang sengaja menciptakan monster yang disebut ‘teroris’, dan menciptakan ketidakamanan global, serta kekacauan dan perang. Bermula dari peristiwa 11 September 2001, yang kemudian diikuti penyerbuan terhadap Afghanistan, Iraq, dan pernyataan perang global melawan terorisme, dan jutaan umat Islam menjadi korban tingkah laku Presiden Bush.
Dan, semuanya itu hanyalah bohong dan rekaan belaka, seperti diakuinya sendiri, ketika Presiden Bush menjelang akhir masa jabatannya, bahwa dirinya menyesal menyerbu Iraq, karena hakekatnya tidak ada ancaman senjata pemusnah massal. Semuanya tindakan Presiden Bush itu, tak lain adalah hasil informasi dari CIA, yang sengaja membuat laporan palsu. Dan, akibat tindakan Presiden Bush ini, sekarang harus mewarisi keadaan masa depan AS yang gelap, ekonominya yang hancur, dan deficit anggarannya mencapai hampir 2 triliun dolar.
Sesungguhnya, yang menjadi ancaman masa depan bagi bangsa Indonesia adalah dikuasainya sumber daya alam oleh asing, dikuasainya asset-asset negara oleh asing, hancurnya moralitas bangsa, akibat budaya asing yang terus merusak secara sistemik dan terpola. Sehingga pemuda dan kalangan remaja saat ini, secara mental dan moral telah benar-benar hancur. Barat merusak lewat media, internet, buku-buku, komik, dan sarana-sarana lainnya terus menggerogoti masa depan mereka.
Bangsa ini secara ekonomi terjajah dan dikuasai asing, dan secara moral dan mental bangsa ini telah hancur akibat budaya materialisme yang berasal dari Barat. Inilah yang lebih bahaya dibandingkan dengan ancaman dari ‘Nordin Top’. Karena potensi-potensi bangsa telah hancur dan rusak, dan akan kehilangan peluang masa depannya. Wallahu ‘alam.