Jakarta menjadi kalang kabut. Marah dan kecewa. Sampai-sampai Ibu Ani menitikkan air mata. Semuanya itu gara-gara pemberitaan dua Koran Australia The Sydney Morning Herald dan The Age, yang membuat head line dengan tuduhan bahwa Presiden SBY, melakukan “abused of power”. Sebutan Presiden SBY melakukan “abused of power” itu membuat Jakarta mendidih.
Betapa tidak. Kunjungan Wakil Presiden Boediono ke Australia disuguhi dengan suguhan yang sangat menyakitkan tenggorokkan. Di mana Presiden SBY dituduh dengan melakukan “abused of power”, yaitu melakukan internvensi terhadap jaksa dan hakim, isterinya memperkaya diri, dan mantan Wapres Yusuf Kalla, juga dituduh menggunakan uang jutaan dolar untuk mendapatkan dukungan dari partai Golkar, yang kemudian Golkar menjadi alat pemerintah selama periode 2004-2009.
Tetapi, sesungguhnya dari mana sumber berita yang digunakan oleh dua Koran Australia itu? Sumbernya dari Wikileaks, dan Wikileaks mendapatkan bocoran dari kawat diplomatik kedutaan Amerika di Jakarta. Inilah yang menjadi persoalan.
Mengapa isi kawat Wikileaks itu harus dibocorkan oleh The Syddney Morning Herald dan The Age, dan menjadi sebuah ‘head line’? Keruan saja beritu itu menjadi masalah besar, dan selama ini tidak ada media di Jakarta, yang pernah menyentuh sampai ke pusat kekuasaan. Apalagi, Presiden dikonotasikan dengan korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan.
Pemberitaan dua media Australia itu membuat krisis politik, khususnya hubungan antara Jakarta-Washington, bahkan Presiden Barack Obama yang dijadwalkan akan berbicara melalui telpon dengan Presiden SBY pun, akhirnya dibatalkan. Tak kalah penting lagi, seorang pejabat Deplu AS di Washington, berkaitan dengna peristiwa itu mengundurkan diri. Presiden Obama yang akan berbicara dengan Presiden SBY, berkaitan dengan konferensi East Asia Summits akhirnya dibatalkan. Inilah insiden diplomatik antara Jakarta-Washington, yang akan mempengaruhi hubungan dua negara.
Adakah pembocoran yang dilakukan Wikileaks terhadap isi kawat diplomatik itu, karena memang terjadi perubahan sikap Washintong terhadap Presiden SBY? Adakah pemerintahan SBY sudah dianggap tidak lagi dapat membawa misi kepentingan AS? Sehingga,harus dibocorkan kawat diplomatik yang sangat sensitip itu? Pembocoran isi kawat diplomatik oleh Wikileaks itu, sejatinya dapat memicu krisis politik, dan akan semakin memorosotkan kredibelitas pemerintahan dan pribadi SBY, yang belakangan ini terus merosot dukungannya.
Situasi politik di Jakarta belakangan ini memang semakin tidak nyaman. Hiruk pikuk dengan reshuffle yang merupakan ‘the battle field’ antara kekuatan politik yang ada dalam koalisi sangat berhawa panas. Meskipun, sampai sekarang Presiden tidak berani mengambil tindakan reshuffle untuk melakukan perubahan yang dituntut Partai Demokrat.
Indonesia memang tidak terlalu penting bagi AS, dilihat dari segi ukuran ekonominya,yang masih dibawah prediksi sebagai kekuatan ekonomi ‘middle’, yang akan dapat menjadi mitra strategis ekonomi AS. Mungkin AS juga tidak melihat posisi penting Indonesia dalam mengatasi krisis regional yang ada sekarang ini, khususnya dengan kepemimpinan Presiden SBY. Washington secara dini seakan memberikan ‘warning’, kemungkinan pergantian kekuasaan yang akan dapat memberikan kenyamanan bagi Washintong, khususnya di Asean ini.
Di tengah-tengah meledaknya kasus Koran The Sydney Morning Herald Tribune dan The Age, yang mencerca Presiden SBY, tiba-tiba meledak "paket bom" di Utan kayu, di kantor Radio 68 H, yang merupakan tempat “Mas Gun” (Gunawan Muhamad) dan dedengkot JIL (Jaringan Islam Leberal), Ulil Abshor yang sekarang menjadi nakhoda (ketua) di Partai Demokrat. Kemudian Kapolda DKI Jakarta, Irjen Pol Sutarman, mengatakan perang melawan teroris belum berakhir.
Kemudian hingar bingar tentang berita yang memojokkan Presiden SBY dari The Sydney Morning Herald dan The Age terkubur, orang sibuk lagi memikirkan ancaman teroris. Wallahu’alam.