Krisis global akan mengancam masyarakat dunia, yang dampaknya belum dapat diprediksi. Krisis global ini dipicu oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di berbagai kawasan.
Pertama, berlarut-larutnya situasi krisis yang sekarang terjadi di dunia Arab dan Afrika Utara, dan tidak dapat selesai dalam waktu singkat, dan kapan krisis itu berakhir?
Sementara, pemerintahan baru yang ada masih bersikap ambivalensi, tidak mampu menata kembali arah pemerintahan yang telah dikuasainya. Mereka masih belum menemukan pola baru, khususnya dalam membuat kebijakan dan arah yang jelas bagi masa depan negaranya.
Di dunia Arab dan Afrika Utara yang baru mengalami transformasi politik dan kepemimpinan, masih terombang-ambing antara memenuhi tuntutan rakyat yang menginginkan segera dilkakukan perubahan menuju sistem baru, yang lebih adil, adanya aquality (kesamaan), dan egalitarian, serta lebih bebas dan terbuka.
Sementara itu, rezim baru yang muncul dan menggantikna rezim lama, termangu, dan mereka sebenarnya masih mewarisi nilai-nila lama, yang tidak banyak berbeda dengan rezim yang lama. Karena itu, mereka sangat lambat mengakomodasi aspirasi yang sekarang ini yang tumbuh dikalangan rakyat.
Sistem birokrasi dan pemerintah yang ada di semua negara di dunia Arab dan Afrika Utara, adalah warisan sistem birokrasi pemerintahan yang lama, dan para birokrat itu sudah lama hidup di dalam sistem otokrat dan diktator, yang tidak munngkin dalam waktu singkat mereka akan ikut berubah, seiring dengan perubahan politik yang sekarang ini terjadi.
Situasi krisis yang ada di dunia Arab dan Afrika Utara itu, diperlambat lagi dengan situasi krisis yang sekarang terjadi di Libya. Di mana Presiden Muammar Gadhafi tidak mudah menyerahkan kekuasaannya kepada oposisi. Sementara itu, Barat bersikap ambivalen (mendua) menghadapi situasi di Libya. Sekalipun jumlah korban yang tewas akibat perang “saudara” itu, sudah lebih 10.000 orang yang tews, dan ribuan lainnya,yang luka, dan lebih banyak lagi yang mengungsi dan meninggalkan Libya.
Bila situasi di Libya tidak ada solusi yang cepat, pasti akan menimbulkan dampak krisis kemanusiaan.
Tetapi, krisis yang sekarang terjadi di Libya itu, dapat mengancam krisis yang bersifat global. Terutama terkait dengan pasokan energy minyak dan gas, yang sekarang ini Libya mempunyai “share” yang besar terhadap pasokan minyak dunia. Libya merupakan penghasil minyak terbesar dunia, sesudah Arab Saudi.
Krisis yang sekarang melanda di Libya sudah mempengaruhi harga minyak di pasaran dunia, dan sekarang sudah mencapai harga $ 120 dolar/perbarel. Para pialang minyak di pasaran New York mengkawatirkan bahwa harga minyak akan mencapai $ 200 dolar/perbarel. Ini akan menjadi malapetaka, terutama negara-negara miskin, yang tidak memiliki cadangan minyak.
Krisis yang terjadi di dunia Arab dan Afrika Utara itu, ditambah lagi dengan bencana yang dahsyat di negara Jepang , yang terkena gempa dan tsunami, dan bahkan kemungkinan akan terjadinya bencana nuklir di Jepang. Karena tiga reaktor nuklir di Fukushima mengalami kerusakan akibat gempa yang terjadi. Peristiwa gempa dan tsunami di Jepang bukan hanya mempunyai dampak buruk bagi Jepang, tetapi juga terhadap dunia.
Jepang mempunyai share terhadap ekonomi dunia yang sangat penting, dan negara Sakura ini telah melakukan investasi triliun dolar ke berbagai negara terutama di Asia dan Timur Tengah, maka dampak dari bencana yang terjadi ini, juga akan mempunyai pengaruh langsung terhadap negara-negara yang melakukan kerjasama dengan Jepang. Termasuk Indonesia, di mana Jepang merupakan negara yang terbesar investasinya di Indonesia, yang mencapai $ 5 miliar dolar.
Dunia sekarang menghadapi krisis politik dan ekonomi serta budaya dari dampak sebuah proses transisi politik yang luas dan ditambah krisis akibat adanya bencana yang melanda berbagai negara. Situasi ini dapat membawa kemunduran bagi kehidupan kemanusiaan. Khususnya, negara-negara Dunia Ketiga, yang sedang membangun. Wallahu’alam.