Machiavelli menulis, “Rasa hormat kepada pemimpin hanya bisa ditumbuhkan dalam dua cara, dengan pedang atau dengan kecintaan.” Rasa hormat rakyat kepada pemimpinnya yang muncul karena kecintaan itu hanya bisa diraih jika sang pemimpin bekerja siang malam demi memakmurkan rakyatnya sendiri, bukan memakmurkan rakyat di negeri lain sembari menindas rakyatnya sendiri. Pemimpin yang suka bohong, suka menipu rakyatnya, jelas tidak akan bisa mendapat rasa hormat dari rakyatnya.
Ada pepatah bijaksana: Orang bijak lebih memerlukan cermin dan orang pandir bin tolol selalu saja memerlukan teropong. Kalau pejabat negara antah berantah itu bijak, bercerminlah, kenapa rajanya tidak mendapatkan penghormatan dari rakyatnya. Bercerminlah. Jangan muka jelek, cermin diganti-ganti atau bahkan dihancurkan. Yang harus diganti ya yang bercermin itu jika mau mendapatkan muka yang bagus.
Pemimpin di negeri rezim komunis, seperti halnya Pemimpin di Korea Utara, adalah Firaun abad Milenial. Tentu saja, ini bertentangan dengan negeri antah berantah yang katanya menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi. []
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/konspirasi-penggelapan-sejarah-indonesia-eramuslim-digest-edisi-10.htm