Amir Jama’ah Anshorut Tauhid Abu Bakar Ba’asyir ditangkap Densus 88, saat akan meninggalkan kota Ciamis menuju Solo. Tokoh ini terkenal sangat keras mengkritik AS, dan sikapnya yang jelas terhadap masalah umat Islam, termasuk keinginannya untuk menegakkan syariah Islam. Dalam berbagai kesempatannya secara tegas Abu Bakar Ba’asyir menolak melakukan tindak kekerasan, termasuk menolak adanya aksi bom bunuh diri yang pernah terjadi.
Tetapi, sekarang berdasarkan keterangan yang diberikan kepada media massa, Kadiv Humas Mabes Polri, Brigjen Edward Aritonang, menyatakan, penangkapan yang dilakukan terhadap Abu Bakar Ba’syir itu, terkait dengan aksi terorisme di Aceh, dan Abu Bakar Ba’syir diduga ikut mendanai, dan mengetahui aksi teroris di Aceh. Keterangan Brigjen Aritonang ini, berdasarkan hasil penyidikan terhadap sejumlah orang yang sudah ditangkap dan ditahan, serta pengakuan mereka, di mana mereka mengkaitkan aksi yang mereka lakukan dengan Amir Jamaah Anshorut Tauhid Abu Bakar Ba’asyir.
Penangkapan terhadap Abu Bakar Ba’syir ini, tak lama, sesudah kunjungan Presiden SBY ke Ciwedey-Bandung, beberapa hari yang lalu, yang menyatakan, bahwa dirinya mendapatkan ancaman, dan dilanjutkan penangkapan sejumlah orang yang diduga menjadi bagian dari jaringan kegiatan teroris, yagn berada di wilayah Bandung.
Apakah memang mereka benar-benar melakukan aksi terorisme atau ini bagian dari pengalihan isu, yang sengaja diciptakan di tengah-tengah kondisi Republik, yang rakyatnya terus mengalami kegelisahan akibat berbagai masalah yang terus menimpa mereka?
Belakangan ini rakyat menghadapi kondisi yang sangat kritis, secara ekonomi, akibat keputusan pemerintah yang menaikkan tarif dasar listrik (TDL), yang mempunyai dampak yang sangat luas bagi rakyat. Terutama rakyat kecil. Keputusan menaikkan TDL itu mempunyai multi efek atau efek domino, yang sangat luar biasa, termasuk banyaknya usaha kecil menengah yang bangkrut, serta berbagai perusahaan yang gulung tikar, dan diikuti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK), seperti yang dikemukakan Assosiasi Pengusaha Indonesia (API).
Kebijakan pemerintah di sektor ekonomi yang sangat tidak populis itu, mendapatkan kritikan yang keras dari Ketua Nasional Demokrat (Nasdem), Suryo Paloh. Kritikan yang diarahkan dari Ketua Nasdem Surya Paloh itu, langsung mendapatkan respon, Presiden SBY, yang seakan mutung, karena kritikan Surya itu. Belakangan Ketua Umum PDIP, Megawati Sukarno Putri, tak kalah kerasnya mengkritik Presiden SBY, yang menyoroti kebijakan di bidang energi gas, yang khususnya berkaitan dengan peristiwa meledaknya kompor gas di berbagai daerah. Mega mengatakan, seperti diibaratkan sekarang pemerintah menaruh ‘bom 3 kg’ di dapur-dapur rakyat. Maksudnya dengan ‘bom 3 kg’ itu, tak lain, tabung gas yang beratnya hanya 3 kg, yang sering meledak dan membawa korban.
SBY juga dinilai tidak berani tegas terkait dengan konflik antara Satgas Pemberantasan Mafia Hukum dengan Polri terkait laporan dari PPATK, tentang celengan ‘gendut’ yang dimiliki sejumlah perwira Polri. Sengketa ini telah menimbulkan polemik. Semuanya sampai hari ini belum berakhir. Antara Satgas Pemberantasan Mafia Hukum dengan Polri terkait dengan masalah celengen ‘gendut’ itu. Polemik ini semakin menyusutkan kredibelitas Presiden SBY sebagai pimpinan negara.
Di bagian lainnya, sejak Darmin Nasution, terpilih menjadi Gubernur BI, muncul wacana tentang redenominasi mata uang rupiah, yang akan mempunyai dampak yang sangat luas begi kehidupan rakyat, khususnya bagi rakyat yang belum memiliki pengetahuan tentang arah kebijakan dibidang monoter baru yang bakal diambil oleh BI ini. Berbagai tanggapan muncul ada yang menolak dan ada yang mendukung. Tetapi, situasi ini telah menimbulkan kekewatariran dikalangan rakyat, di tengah-tengah kehidupan yang semakin menyesakkan.
Sekarang momentum menjelang Ramadhan ini, saat Presiden berkunjung ke Ciwedey-Bandung menyatakan adanya ancaman terhadap dirinya, yang kemudian diikuti dengan langkah-langkah preventif Polri dengan melakukan penangkapan terhadap orang-orang yang diduga melakukan tindak terorisme di Indonesia, termasuk terhadap Amir Jamaah Anshaut Tauhid, Abu Bakar Ba’asyir.
Langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah SBY ini semakin tidak populer dan merusak kredibelitasnya, di tengah-tengah menumpuknya masalah yang menghimpit kehidupan rakyat, tiba-tiba menangkap ‘orang tua’ yang menjadi ‘tokoh’ dikalangan Islam saat ini, yaitu Abu Bakar Ba’asyir.
Tentu masyarakat, khususnya kaum muslimlin semakin penuh dengan tanda tanya terhadap langkah-langkah yang dilakukan Presiden SBY, khususnya dalam menangani masalah-masalah kenegaraan yang ada. Apakah dengan menangkap Abu Bakar BA’asyir, kiranya rakyat melupakan terhadap masalah yang sangat berat yang sekarang ini mereka hadapi? Wallahu ‘alam.