Tidak seindah warna kembang api, yang berwarna-warni, diujung akhir tahun 2010. Jutaan orang melihat kembang api dengan takjub. Sebagai tanda pergantian tahun. Di Ancol, Monas, Bundaran HI, orang berduyun, menyaksikan malam pergantian tahun Masehi. Mereka bersuka cita, meniupkan terompet, bernyanyi, dan bertepuk tangan. Penuh kegembiraan.
Tetapi, usai pesta kembang api, dan kembali ke rumah masing-masing, mereka akan dihadapkan kehidupan yang nyata. Mereka akan mendapatkan kehidupan yang sebenarnya. Mereka akan menghadapi kepahitan hidup. Kehidupan mereka tidak seindah warna kembang api, yang usai mereka saksikan.
Mereka kembali menghadapi kehidupan yang terpuruk. Kehidupan yang tidak ramah. Inilah sejatinya yang akan dihadapi rakyat.
Ada faktor-faktor yang menyebabkan memudarnya harapan rakyat Indonesia, yang selama ini masih menaruh harapan. Diantaranya :
1. Lemahnya kemampuan Presiden SBY dalam melakukan pengelolaan negara, terutama dibidang politik, sehingga masalah-masalah yang sangat peka dan strategis menjadi berarut-larut. Presiden SBY juga tidak tegas terhadap masalah pelanggaran hukum, yang dilakukan oleh para penegak hukum. Sehingga, negara semakin amboradul, dan korupsi tidak lagi dapat dikontrol, karena adanya keterlibatan para penengak hukum. Usaha menegakkan sebuah pemerintah yang disebut ‘good governance’, seperti hanya menjadi ilusi. Lebih-lebih adanya kecenderungan masalah hukum sudah terkait dengan masalah politik. Adanya ‘mutual simbiosa’ antara pengusaha dengan penguasa, mengakibatkan penegakkan hukum menjadi mandul.
2. Pergolakan antara para pemimpin partai politik, semakin nampak, khususnya tercermin di dalam Setgab. Koalisi antara partai-partai politik yang mendukung Presiden SBY, kian hari bertambah rapuh, karena adanya konflik kepentingan yang sem akin menyeruak. Tidak dapat lagi solid dalam mendukung pemerintah. Ini menambah semakin semrawut pemerintahan SBY.
Masing-masing fihak sudah ancang-ancang untuk 2014 nanti. Dengan berbagai manuver politik yang mereka lakukan. Secara ekplisit partai-partai sudah mulai ramai mengajukan calonnnya untuk calon presiden di tahun 2014 nanti. Sehingga, nasib rakyat yang sudah terpuruk, tak lagi mendapatkan perhatian serius. Partai-partai politik menomor-satukan kepentingan mereka, yaitu mendapatkan kekuasaan yang akan datang. Meskipun, pemerintah SBY baru menginjak tahun kedua.
3. Ekonomi akan mengalami kontraksi yang serius akibat kenakan harga BBM di tingkat internasional. Di mana sekarang ini harga minyak mentah dipasaran dunia, sudah mencapai $ 100/perbarel. Sementara itu, di APBN harga minyak dipatok hanya $ 65 dolar/parebarel. Minyak untuk kebutuhan dalam negeri seluruh di import, sehingga dengan demikian, harga minyak import itu, sangat ditentukan harga minyak dipasaran dunia. Dengan kenaikan harga minyak yang terus melambung itu, pasti akan menggerus APBN, dan meningkatkan defisit. Pemerintah akan mengambil jalan pintas, tak lain, hanya dengan cara menaikkan harga minyak. Dengan kenaikan harga minyak dalam negeri itu, pasti akan menambah beban rakyat, yang sekarang ini sudah berat.
4. Pertumbuhan ekonomi nasional tidak akan dapat melampaui dari 5-6 persen setahun. Sekalipun pemerintah optimis, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 7-8 persen/pertahun. Karena kondisi ekonomi dunia terus memburuk. Terutama ekonomi di AS. Di mana Indonesia mempunyai tingkat ketergantungan kepada negeri Paman Sam yang sangat tinggi. Terutama eksport Indonesia masih sangat tergantung kepada AS. Dengan kondisi seperti itu, Indonesia sulit diharapkan ekonomi akan tumbuh lebih besar, dan dapat menyerap tenaga kerja. Ini hanya akan memperpanjang daftar penganggur di Indonesia.
5. Gagalnya dalam melakukan reformasi terhadap birokrasi di Indonesia. Ini juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia tidak dapat kompetitip dalam menghadapi persaingan global. Birokrasi di Indonesia cenderung menjadi sangat ‘feodal’, dan tidak mendukung adanya pembaharuan yang diperlukan bagi Indonesia menuju negara yang maju, dan kompetitip bagi masa depan Indoensia.
Dengan lima faktor yang ada 2011 ini, tidak memberikan optimisme bagi rakyat Indonesia. Khususnya konflik kepentingan diantara partai-partai politik, yang salng melakukan intrik, dan melancarkan manuver politik, yang menyebabkan Indonesia menjadi sangat rentan.
Dibagian lainnya, masalah yang menyebabkan menghilangnya ekspetasi (harapan) rakyat, sangat jelas, Presiden SBY tidak memiliki keseriusan dalam menangani kasus-kasus hukum yang ada. Semuanya itu faktor yang palinhg determinan adalah aparat penegak hukum yang sudah bobrok.
Inilah yang menyebabkan harapan rakyat semakkin pudar, dan pesimis melihat tahun 2011, yang akan datang. Wallahu’alam.