Pak Adhi, akhir-akhir ini suasana di tempat kerja kurang begitu menyenangkan. Ceritanya, saya merasa apa yang saya lakukan tidak dihargai oleh atasan saya. Saya selalu dianggap anak tiri dan hanya dianggap penting ketika lagi banyak kerjaan.
Kebetulan saya bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan saya. Karena latar belakang pendidikan saya yang tak sesuai itulah maka saya tidak pernah diikutsertakan dalam seminar-seminar, kursus, maupun pelatihan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Padahal kalau dilihat dari kemampuan, saya tidak kalah dengan mereka, hal ini dibuktikan dengan banyaknya client yang saya tangani, bahkan teman-teman saya sering meminta bantuan saya jika mereka mempunyai masalah dengan client. Tetapi hal itu tetap saja tidak ada artinya di mata supervisor saya, apalagi supervisor saya kadang nyuekin saya, dan hanya memanggil saya jika dia memerlukan bantuan saya saja, padahal saya tak merasa melakukan kesalahan.
Hal inilah yang membuat saya kesal, dan tidak betah di kantor. Rasanya ingin sekali pindah kerja tetapi belum ada pekerjaan yang baru, apalagi sekarang cari kerja susah. Untuk itu, apa yang harus saya lakukan menghadapi situasi seperti ini? Maaf apabila kurang jelas, apabila memerlukan informasi tambahan bisa di email.
Terima kasih
Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh, salam sejahtera bagi seluruh pembaca dan saudara Mlk yang sedang bingung khususnya, semoga segala kerumitannya bisa segera terselesaikan.
Sebuah kondisi permasalahan biasanya tidak berdiri sendiri, selalu ada saling keterlibatan dengan banyak sisi. Kemungkinan, demikian juga halnya dengan yang terjadi pada kasus anda ini. Saran saya, coba anda segera mencari waktu yang tepat untuk mengklarifikasi masalah ini. Anda bisa langsung menanyakan kepada atasan anda, sekaligus minta maaf dan minta saran perbaikan, agar performance yang selama ini sudah anda coba tampilkan bisa menjadi lebih baik dan bisa diterima oleh semua pihak.
Anda juga bisa menanyakan dan minta feed back dari sesama rekan kerja anda yang mengerti kondisi tersebut. Dalam hal ini anda perlu merendah dan lebih berlapang dada dalam menerima kritik dan masukan yang mungkin akan tersampaikan.
Setelah semua sisi anda ketahui, kondisi sudah bisa teratasi dengan baik, baru anda boleh berfikir dengan tenang dan mantap untuk menentukan sikap berikutnya, apakah anda akan tetap bertahan di perusahaan tersebut, atau memutuskan untuk pindah kerja. Jadi sebaiknya anda mengambil keputusan dalam kondisi tenang, bukan dalam kondisi emosi. Karena keputusan yang diambil dalam kondisi emosi, biasanya kurang menggunakan akal sehat, hal ini bisa berakibat penyesalan di kemudian hari.
Demikian saudara Mlk, selamat berjuang, selamat berusaha, semoga segala permasalahannya segera selesai dan dapat beraktivitas lebih produktif lagi, di manapun anda bekerja.
Wallahu a’lam bishowab,
Wassalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Adhi Arisman,
Motivator Dunia Kerja Indonesia