Dakwah di Sekitar Rumah

Assalamu’alaikum wr. wb.

Ustadz Ahmad Yani yang saya hormati. Saya, insya Allah, salah seorang aktivis dakwah. Terutama, di kalangan kampus tempat saya belajar. Berbagai kegiatan dakwah seperti studi Islam, kajian mingguan, dan lain-lain saya ikuti. Kadang-kadang sebagai peserta, tidak jarang juga sebagai pelaksana.

Namun, saya merasa ada keanehan dalam diri saya. Saya bisa betah aktif di kampus, tapi tidak bisa seperti itu ketika saya berada di lingkungan rumah. Selalu saja ada alasan dalam diri saya: antara lain, lingkungan yang tradisional, kolot, tidak bersahabat, dll. Akibatnya, saya nyaris tidak memberikan kontribusi dakwah di sekitar rumah saya.

Pertanyaan saya, apa yang salah dengan diri saya? Bagaimana kiat menumbuhkan rasa betah berdakwah di sekitar rumah? Atas jawaban Ustadz, saya ucapkan jazakallah khairan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Wa’alaikumsalam wr wb

Satu hal yang kami syukuri adalah antum memiliki rasa tanggungjawab dakwah yang besar sehingga pertanyaan ini menunjukkan bahwa antum sebenarnya ingin menunaikan tugas dakwah di kawasan yang antum belum lakukan.

Kegiatan dakwah di kampus yang sudah antum laksanakan dan ikuti tentu memberi pengaruh yang besar dalam pembentukan karakter pribadi yang baik. Wawasan keislaman bertambah luas, fanatisme keislaman tak perlu diragukan, suasana atau lingkungan yang islami bisa diwujudkan dan tanggungjawab dakwah semakin besar. Karena itu, satu hal yang mesti diingat bahwa menjadi mahasiswa dan aktif dalam dakwah kampus tentu ada batas waktunya, karena status sebagai mahasiswa S1 paling sekitar 4-6 tahun. Setelah itu seorang sarjana harus kembali ke wilayah dimana ia bertempat tinggal. Karenanya basis dakwah di masyarakat juga harus dibangun.

Pada masyarakat yang tradisional, kolot, tidak bersahabat dan sebagainya yang antum sebutkan tentu menjadi tantangan dakwah tersendiri untuk kita ubah menjadi masyarakat muslim yang memiliki dasar hukum dalam bersikap dan bertindak, berwawasan Islami yang luas dan bersikap toleran terhadap berbagai perbedaan pemahaman dalam Islam. Dalam dakwahnya, Rasulullah Saw menghadapi masyarakat yang demikian. Dengan keikhlasan, kegigihan dan kerjasama yang baik, tugas yang berat ini dilaksanakan dan hasilnya dapat kita rasakan hingga hari ini.

Sebenarnya tidak ada yang salah pada diri antum, yang penting bagi seorang muslim adalah melaksanakan tugas dakwah sesudah ia memahami dan mengamalkan apa yang hendak didakwahkannya. Namun dakwah tentu harus semakin luas jangkauan dan bidang garapnya. Disinilah dakwah amat membutuhkan kerjasama semua pihak dalam mengembangankannya. Tugas dakwah yang berat itu tidak bisa dikerjakan seorang diri, sehebat apapun sang da’i, karenanya Rasulullah melibatkan banyak sahabat dalam melaksanakan tugas dakwah. Karenanya sangat aneh bila kader-kader dakwah yang sudah terlibat dalam dakwah diabaikan atau tidak dibina, bahkan tidak dilibatkan dalam pengembangan dakwah, sementara yang belum terlibat harus direkrut.

Dakwah itu seharusnya seperti air, ia mengalir membasahi bumi yang amat membutuhkannya, ketika ia dibendung (dihambat) di satu tempat, karena arusnya yang besar ia akan menjebol bendungan itu, bila tidak menjebol ia akan terus mengalir ke wilayah yang lebih rendah untuk memberi manfaat yang sebesar-besarnya. Karena itu, kader-kader dakwah sejati akan terus mengaliri nilai-nilai dakwah dimanapun mereka berada; di rumah, di media massa, di sekolah, di kampus, di rumah sakit, di perlemen, di pemerintahan, apalagi di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, menjadi sebuah persoalan besar bila dimana kader dakwah berada, tapi tidak dirasakan denyut dakwahnya, apalagi bila malah nilai-nilai kebathilan yang dimunculkan, nauzubillah.

Untuk itu, kiat menumbuhkan rasa betah berdakwah itu adalah pertama, sadari tanggungjawab dakwah yang besar yang ada di pundak kita masing-masing dengan keutamaan yang besar pula, sadari pula bahwa bila kita tidak berdakwah siapa lagi yang akan memutar roda dakwah kearah yang lebih baik. Kedua, lakukan pendekatan kepada komponen masyarakat, misalnya antum punya peran yang penting untuk dakwah dikalangan pemuda dan remaja agar mereka menjadi cerdas dan Islami. Untuk itu, jadilah kita anggota masyarakat yang baik dan bisa diteladani dalam kebaikan. Ketiga, bila dakwah dilaksanakan dalam bentuk ceramah, berilah masukan kepada para muballigh tentang kondisi masyarakat atau berikan alternatif muballigh yang baik untuk dimintakan berdakwah di daerah antum. Ketiga, kepada orang-orang tua dan tokoh masyarakat gunakanlah bahasa bertanya tentang hal-hal yang ingin antum persoalkan, lalu bandingkan jawabannya dengan pendapat para ulama, gunakan bahasa sesopan mungkin. Keempat, jangan terlalu mempersoalkan hal-hal yang tidak terlalu prinsip untuk dipersoalkan misalnya soal qunut, tarawih 23 atau 11 dan sejenisnya. Namun hal itu tetap harus dikaji duduk persaoalannya secara baik.

Demikian jawaban singkat kami, semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum wr wb.