Perlahan Hera mulai memberanikan diri untuk mengakui, bahwa ia sudah mualaf. Benar saja, keluarganya langsung menentang dan memanggil saudaranya yang pendeta untuk berdebat. Hera juga membicarakan tentang tauhid dan hidayah.
“Setiap saya bilang dapat hidayah, seperti ditertawakan,” ungkap Hera.
Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya sebagian keluarga Hera bisa menerimanya. Termasuk ibunya. Pernah suatu hari Hera didatangi pria dengan wajah bercahaya. Hal tersebut membuatnya merasa terharu, dan tak kuat menangis.
“Saya masih ingat didatangi orang berbaju putih, pake tongkat, wajahnya bercahaya sama sekali nggak kelihatan. Di situ beliau bilang sama saya ‘ini agama yang lurus, saya berikan kepadamu. Jagalah agama ini dengan sebaik-baiknya’. Masya Allah,” tandasnya. [Sindo]