Muslim Australia memberi kesempatan pada non-Muslim untuk berkunjung ke salah satu masjid terbesar di negeri itu. Masjid Lakemba yang juga dikenal sebagai Masjid Imam Ali bin Abi Talib dibuka untuk non-Muslim dalam rangka kegiatan "Mosque Open Day", sebagai bagian dakwah Muslim Australia untuk lebih mengenalkan agama Islam dan meluruskan pandangan yang salah tentang Islam di kalangan non-Muslim di Negeri Kanguru itu.
"Tahun ini kami memutuskan untuk melakukan kegiatan besar untuk menunjukkan bahwa kami adalah komunitas yang toleran. Kami berusaha untuk berasimilasi dan saling bekerjasama, serta berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Islam yang sesungguhnya," kata Syaikh Yahya Safi, Imam Masjid Lakemba.
"Saya yakin masyarakat Australia, Muslim dan non-Muslim sama, mereka bisa hidup bersama dengan harmonis. Tapi kita hanya bisa melakukannya jika ada saling kesepahaman dan toleransi terhadap agama dan budaya satu dengan yang lainnya," papar Syaikh Safi.
Masjid Lakemba merupakan salah satu masjid terbesar di Australia, berlokas di pinggiran kota Lakemba, New South Wales. Jamaah masjid yang selesai dibangun tahun 1977 ini kebanyakan adalah warga Lebanon yang sudah menjadi penduduk Australia.
Setiap harinya, masjid ini dikunjungi lebih dari 1.000 jamaah dan pada saat Salat Jumat jamaahnya bisa mencapai 5.000 orang. Untuk keperluan acara "Mosque Open Day", Masjid Lakemba dibuka mulai pukul 10.00 pagi sampai pukul 05.00 sore dan para pengunjung non-Muslim yang datang akan diajak tur keliling masjid. Sehari-harinya, masji ini juga menyediakan layanan pendidikan, belajar agama Islam, Al-Quran dan bahasa Arab.
Berkaitan dengan acara "Mosque Open Day", pengurus masjid juga mengundang tokoh-tokoh di Australia yang kerap mengkritik Islam agar mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang agama Islam dan Muslim yang jumlahnya mencapai 1,5 persen dari 20 juta total penduduk Australia.
"Ketika orang memiliki pemikiran yang buruk tentang Anda, Anda perlu memberi mereka penjelasan yang baik. Kami tidak ingin berdusta, kami ingin mereka mengerti tentang kami yang sebenarnya dan tentang agama kami," tukas Syaikh Safi
Ia menambahkan, saat ini masih terjadi kesalahpahaman di kalangan masyakarat Australia tentang agama Islam dan umat Islam, meski Islam sudah mulai berkembang di Negeri Kanguru itu sejak lebih dari 200 tahun yang lalu. Sejak peristiwa serangan 11 September 2001 di AS, Muslim AS kerap dicurigai. Laporan pemerintah baru-baru ini menyebutkan bahwa Muslim di Australia menghadapi sikap Islamofobia yang dalam dan perlakuan diskriminatif berbasiskan ras dan agama yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Syaikh Safi berharap, kegiatan "tur keliling masjid" bisa mengikis kesalahpahaman itu. "Mereka tidak Islam, tapi mungkin mereka mengenal seorang Muslim. Satu orang Muslim ini akan merefleksikan Islam pada orang tersebut dan pada masyarakat," kata Syaikh Safi.
"Tantangan kita adalah memberi keleluasaan pada komunitas kami untuk melaksanakan ajaran Islam yang sebenarnya, dan tidak hanya mengklaim bahwa mereka Muslim," sambungnya. (ln/iol)