“Saya telah bertanya kepada teman saya, bagaimana rasanya menjadi Muslim, dan saya memutuskan untuk pergi ke masjid di Abu Dhabi. Saya ingin mengenalnya,” kata Ricardo.
Saat tiba, ternyata masjid sudah tutup. Kemudian seorang pekerja menghampiri dan bertanya asalnya. Pekerja itu membiarkan Ricardo masuk.
“Saya memiliki masjid sendiri. Itu mengubahku, saya merasakannya. Saya tersentuh. Begitu saya merasakannya, saya melupakan semua tekanan. Itu indah,” ujar Ricardo.
Ricardo mengatakan teman-teman Muslimnya dengan senang hati menyambut keputusannya. “Mereka menyambut saya, dan berterima kasih, karena telah memberikan yang terbaik dari diri saya kepada Tuhan, bukan kepada siapa pun. Itu (Islam) menciptakan versi terbaik dari dirimu,” kata dia.
Sebagai seorang Muslim, Ricardo menjelaskan keputusannya kepada teman-teman di rumahnya. Banyak di antaranya, mungkin memiliki sedikit pemahaman tentang Islam atau mungkin memiliki kesalahan asumsi tentang agama yang dia anut sekarang. Keluarganya, bagaimana pun, telah mendukung keputusan Ricardo. Dia juga memiliki saudara lelaki yang masuk Islam di Kanada, beberapa tahun yang lalu.
“Saya ingin mengetahui bagaimana menjelaskan hal-hal yang telah kulihat. Saya ingin berbagi. Ini semua tentang membantu orang menjadi lebih baik,” ujar Ricardo. (khaleej)