Pada saat membacanya, ia mendapat perasaan damai dan bahagia, sekaligus pengetahuan mendalam. Meski ia tak tahu dari mana sumber perasaan itu, dirinya yakin hal tersebut berasal dari dorongan diri sendiri dan petunjuk Allah.
“Agak kaget dengan ini, saya terus membaca sampai saya terfokus pada ayat 39-40,” ungkap dia.
Dari surat tersebut, ia kembali menemukan diri dan mampu menghilangkan rasa cemas karena sempat mengejar fatamorgana gaya hidup untuk disukai, dihormati dan segala tuntutan pandangan orang. Alih-alih mendapat pengakuan dari gaya hidup yang dikejarnya, dia mendapat kecemasan, depresi dan serangan panik yang menjadi trauma mendalam
“Dari titik ini saya mulai merasakan hubungan nyata dengan Islam dan Alquran. Ibu teman saya kemudian membelikan saya buku untuk mengajari saya sholat dan saya implementasikan,” tuturnya.
Pada saat tersebut, tepatnya 2 Mei 2005 saat usianya 21 tahun, ia mengucap dua kalimat sahadat dan menjadi Muslim. Sejak hari itu juga, ia mengaku menemukan panduan dalam berserah diri pada sang pencipta, Allah SWT.
“Menjadi Muslim bukan tanpa kesulitan, tetapi kesulitan-kesulitan ini membantu memahami kapasitas diriuntuk menghadapi apa yang ada di kehidupan,” ungkap dia. (rol)