Kekagumannya pada wanita dengan kebijaksanaan, kecantikan dan kecerdasannya itu membuat dia merasa kesal karena kedekatan yang dilarang itu bertentangan dengan pemikirannya selama ini.
“Tapi saya kagum padanya, wanita pandai itu menemukan kondisi yang benar-benar tepat,” ucapnya.
Selang beberapa waktu, serangan paniknya memang berkurang. Hingga akhirnya ia bertanya pada wanita yang dicintainya itu, ‘apa itu Islam?’. Semenjak kejadian itu, ia mulai membuka diri untuk berdialog mengenaiagama, politik, sosiologi, dan aspek budaya populer.
“Awalnya saya tidak punya niat untuk menjadi Muslim. Tetapi, saya selalu dikejutkan oleh kebijaksanaan alaminya,” ungkap dia.
Hingga suatu saat, dia diberi terjemahan Alquran dan membersihkan muka, tangan, lengan, kepala, telinga dan kaki sebelum membacanya setiap malam. Alhasil, sebagai pembaca baru yang mendapat keseriusan, ia mendapat banyak makna untuk direnungkan.
“Saya terpikat. Bukan karena para Nabi yang diceritakan di dalamnya. Tapi, karena mampu menjelaskan kondisi saya sendiri,” ujar bungsu kesayangan dari orang tua misionaris tersebut.
Kagum Surat An-Nur
Pada suatu malam ketika ia membaca Alquran surat An-Nur ia mendapati kekagumannya pada Allah SWT. Bukan tanpa sebab, di situ ia menemukan bahwa Allah adalah Terang langit dan bumi. Metafora Cahaya-Nya adalah ceruk, cahaya dari cahaya, yang ia sebut, terang yang membimbing petunjuk pada siapapun yang dikendaki-Nya.
“Dan Allah memiliki pengetahuan tentang segala hal,” jelasnya.