“Banyak siswa dari Pakistan, Iran, Irak, dan Arab Saudi semuanya menetap di sini dengan rencana untuk mendapatkan tempat tinggal permanen dan kewarganegaraan mereka karena Tasmania adalah tempat yang sangat indah dan ini adalah rumah,” katanya.
“Kami menjadi semakin multibudaya dan komunitas internasional kami akan terus tumbuh, jadi kami perlu mempertahankan pesan positif bahwa kami semua berada di sini.”Satu-satunya masjid
Tetapi dengan berkembangnya komunitas Muslim, satu-satunya masjid di Hobart hanya mampu menampung 300 jamaah.
Tetapi dengan membludaknya jamaah hingga 800 orang yang hadiri shalat Jumat, mereka merangsek hingga keluar pintu dan masuk ke tempat parkir.
Wakil presiden Asosiasi Muslim Tasmania, Kazi Sabbir, mengatakan banyak orang dipaksa untuk beribadah di luar.
“Ketika saya pertama kali datang ke sini, kami hanya memiliki tiga atau empat barisan pria saat sholat 5 waktu; tetapi sekarang, secara bertahap, seiring waktu jamaah harus sembahyang di luar,” terangnya.
Sabbir mengatakan beberapa jamaah pulang pergi setiap hari dari tempat terjauh di wilayah Hobart dan sekitarnya untuk beribadah di masjid.
“Sebagai Muslim, kami shalat lima waktu sehari. Kami bisa shalat di rumah atau di tempat kerja tetapi jauh lebih bermanfaat untuk shalat di masjid,” katanya.
“Tapi shalat Jum’at itu istimewa – wajib datang ke masjid untuk shalat pada hari Jumat.”
Ia mengatakan memiliki tempat untuk beribadah sangat penting untuk membuat pendatang baru merasa diterima.
“Mereka ingin berada di sini dan agama adalah bagian penting dari kehidupan mereka, jadi sangat penting kami membekali mereka dengan tempat-tempat di mana mereka bisa secara damai mempraktikkan agama mereka,” katanya. (dtk)