Awal Januari 2010, Gbodo Ygor, petinju asal Republik Afrika Tengah datang ke Pakistan mengikuti ajang Benazir Bhutto Boxing Tournament. Turnamen ini ternyata menjadi titik awal perubahan hidupnya, karena saat mengikuti turnamen itulah Ygor memutuskan untuk menjadi seorang muslim dan saat kembali ke tanah airnya, ia sudah menyandang nama islami, Ali Akbar.
"Meski saya tidak mendapatkan gelar juara, saya mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar. Saya, dengan rahmat Allah, sekarang menjadi seorang muslim," kata Ali Akbar.
"Saya tidak bisa melupakan masa-masa itu. Saya merasa sudah sampai pada tujuan saya," kata petinju kelas welter ringan dengan mata berbinar.
Ali Akbar mengucapkan dua kalimat syahadat di Jamia Binoria International, sebuah tempat di pinggiran selatan kota Karachi. Ratusan orang yang hadir dalam acara itu satu persatu mengucapkan selamat dan memeluk Ali Akbar sebagai "saudara baru" mereka. Pekikan Allahu Akbar menggema dan makanan kecil semacam manisan khas Pakistan dibagikan untuk merayakan peristiwa itu.
"Saya menerima sambutan yang luar biasa. Saya tak menyangka akan diperlakukan seperti selebritis setelah masuk Islam," kata Akbar, anak tertua dari tujuh bersaudara.
Akbar mengakui butuh waktu lama untuk meyakinkan dirinya pada Islam, meski kedua orang tuanya sudah lama masuk Islam. Akbar menyebut nama pelatihnya, Muhammad Kalambaye, yang sudah membimbingnya untuk menjadi seorang muslim.
"Saya sebenarnya sudah merasa tertarik dengan Islam beberapa tahun belakangan ini, ketika Muhammad menjadi pelatih tim tinju kami. Dia tidak pernah memaksa kami untuk mempelajari Islam, tapi cara hidup dan karakternya yang baik yang membuat kami jadi tertarik pada Islam," tutur Akbar.
Ternyata bukan hanya Akbar yang menjadi tertarik pada Islam begitu melihat perilaku yang ditunjukkan Muhammad Kalambaye. Lima rekan Akbar lainnya juga mengalami hal yang sama. Dan kelimanya juga memutuskan masuk Islam saat bertanding di Pakistan.
"Pakistan adalah negara Muslim pertama yang pernah kami kunjungi," tukas Akbar.
"Dua rekan saya masih ragu memeluk Islam dengan alasan ingin mempelajari lebih banyak tentang Islam. Tapi begitu saya memberitahu bahwa kami di sini (Pakistan) besok akan mengucapkan syahadat, kami tidak menyangka mereka mengatakan akan masuk Islam juga," kisah Akbar.
Ia menilai Islam merupakan agama terbaik karena Islam mengajarkan bahwa derajat manusia sama di mata Tuhan, yang membedakan hanyalah amal ibadahnya dan mengajarkan untuk mendahulukan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi.
"Saya menyaksikan beragam orang Islam di lingkungan saya, yang tidak hanya saling menolong antar orang Islam sendiri tapi juga menolong orang-orang non-Muslim yang membutuhkan. Mereka bilang, menolong sesama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Islam. Tidak ada konsep superioritas dalam Islam. Saya sangat tersentuh dengan semangat dan komitmen ini," tukas Akbar.
Ia mengungkapkan, pelatih tinjunya, Muhammad Kalambaye, sering mengutip perkataan Rasulullah Muhammad saw yang menyatakan bahwa dalam Islam tidak ada ajaran bahwa orang Arab lebih superior dari non-Arab atau orang kulit putih lebih superior dari orang kulit hitam.
"Konsep kesetaraan itu membuat saya sangat tertarik pada Islam," ujar Akbar.
Lebih lanjut ia menceritakan, kedua orang tuanya menjerit karena gembira begitu ia mengabarkan telah masuk Islam lewat telepon. "Saya memang sudah memberi isyarat sebelum berangkat ke Pakistan bahwa saya akan membawa hadiah istimewa buat mereka. Tapi saya tidak menceritakan secara langsung apa rencana saya di Pakistan," tutur Akbar.
Sekarang, Akbar berharap bisa menuntun saudara-saudara kandungnya yang lain–empat adik perempuan dan tiga adik lelaki–yang masih memeluk agama Kristen agar menemukan jalan Islam. "Insya Allah, Allah akan segera melimpahkan rahmat pada mereka juga," harap Akbar.
Kisah Ali Akbar dan rekan satu timnya–semuanya sembilan orang–masuk Islam secara bersamaan, menjadi pemberitaan media massa di Pakistan. Selain mereka, juga ada tiga petinju asal Kamerun yang juga masuk Islam pada saat yang sama.
Presiden Asosiasi Tinju Republik Afrika Tengah, Lumande Kristin mengaku gembira dengan keputusan "anak-anak asuh"nya itu. "Saya bahagia mereka memeluk agama yang mengajarkan perdamaian dan persamaaan derajat manusia," ujar Kristin yang seorang nasrani.
"Mereka tidak akan menghadapi persoalan ketika kembali ke tanah air, baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Mereka adalah para pahlawan kami dan akan tetap menjadi pahlawan kami apapun agama mereka yang anut," tandas Kristin. (ln/oi)