Aasiya Inaya: Saya Tidak Bisa Menghindar Dari Kebenaran

"Saya pertama kali mengenal Islam di sekolah menengah atas. Mayoritas teman-teman sekelas saya adalah Muslim dan setiap waktu istirahat kami biasa berdiskusi tentang Islam, utamanya karena propaganda anti-Islam yang dilancarkan organisasi-organisasi Hindu di India pasca serangan 11 September dan kerusuhan di Gujarat," kata Aasiya.

Kanoute: Muslim di Luar dan Dalam Lapangan

Dalam kondisi apapun, Kanoute tetap menjalankan kewajibannya untuk shalat. Tak jarang ia shalat di kamar ganti dan disaksikan oleh rekan-rekannya. Awalnya ritual itu membuat heran sesama pemain yang memang notabene non-Islam, namun lama-kelamaan, hal itu menjadi pemandangan yang biasa. Bahkan rekan-rekannya di Sevilla memberikan toleransi yang besar kepada Kanoute untuk melaksanakan keyakinannya.

Muslim Indonesia di Jepang berlomba untuk bersedekah

Luar biasa. Hari Sabtu, 2 Mei 2009 selepas sholat maghrib berjamaah, setelah mendengarkan taushiyah dari Ustadz Yusuf Mansur yang sengaja diundang dari Indonesia, para peserta acara Kajian Islam Golden Week 2009 menjadi sangat termotivasi untuk bersedekah dan bersedia berkomitmen untuk menginfakkan sebagian hartanya.

Abdul Hakeem Heinz: Islam Mengisi Hatiku

Lingkungan di tempat Heinz tinggal di masa awal remajanya di selatan kota London, membuatnya terpaksa menyembunyikan identitasnya sebagai Muslim. "Di awal remaja saya, menjadi seorang Muslim adalah hal yang memalukan. Di sekolah, pelajaran yang sama terima, Islam disamakan dengan agama seperti Hindu dan Sikh," kata Heinz.

Luna Cohen, Yahudi Maroko Menemukan Kebenaran Islam

Usia 18 tahun ia memutuskan menikah lelaki yang sampai saat ini menjadi suaminya. Sejak menikah, Luna dan suaminya sampai tiga kali berpindah tempat tinggal di apartemen yang ada di Brooklyn, New York karena ia dan suaminya merasa tidak pernah bahagia tinggal di lingkungan masyarakat Yahudi di tempat tinggalnya.