Makin bertambahnya jumlah warga Muslim di Spanyol, tidak diikuti dengan tersedianya tempat-tempat ibadah yang layak buat mereka. Muslim Spanyol, kini sangat merindukan dibangunnya masjid-masjid, bukan hanya sebagai tempat mereka menjalankan kewajiban salat berjamaah tapi juga tempat berkumpul sesama warga Muslim untuk mempererat ukhuwah.
“Rasanya tidak sama, salat di garasi dengan salat di sebuah masjid yang layak, ” Hocine Kouitene, wakil presiden Islamic Association for Union and Coorporation di Lleida, seperti dilansir New York Times, edisi Minggu.
Selama ini, warga Muslim di Spanyol memanfaatkan apartemen, gudang dan garasi sebagai musholla kecil tempat mereka melaksanakan salat berjamaah. Di Lleida, misalnya, tiap salat Jumat, sekitar seribu jamaah memadati sebuah garasi yang diubah menjadi musholla. Bahkan banyak jamaah yang menggelar sajadah sampai keluar garasi karena tidak kebagian tempat.
“Kami menginginkan tempat di mana kami bisa salat dengan nyaman tanpa harus mengganggu orang lain, ” sambung Kouitene.
Kendala mereka membangun masjid antara lain, sumber dana. Kalaupun dana tersedia, mereka harus menghadapi penentangan sejumlah pihak yang tidak senang dengan rencana-rencana pembangunan masjid. Saat ini, dari 40 juta orang jumlah penduduk Spanyol, 1, 5 juta di antaranya adalah warga Muslim.
Selama berabad-abad, Spanyol pernah berada di bawah kekuasaan Islam. Setelah Spanyol jatuh ke tangan penguasa Katolik, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella pada tahun 1492, masjid-masjid di Spanyol banyak yang dihancurkan atau diubah fungsinya menjadi gereja.
Sejak lama, Muslim Lleida-sebuah wilayah di provinsi otonomi Catalonia merasa hidup mereka termarjinalkan, karena mereka mendapat banyak hambatan untuk membangun masjid-masjid di wilayah itu. Meski belakangan ini, warga Muslim di Lleida sebenarnya sudah melihat titik terang akan dibangunnya sebuah masjid, setelah Islamic Association bersepakat dengan Dewan Kota untuk memanfaatkan sebuah lahan, guna pembangunan masjid. Tapi, rencana itu ditentang oleh kelompok Gereja Katolik.
“Gereja, Sinagog atau masjid tidak sama, ” kata Kardinal Luis Martinez Sistach dari Keusukupan Barcelona. Ia menilai izin pembangunan masjid mengganggu kebebasan penganut Katolik untuk melaksanakan hak-hak keagamaan mereka.
Pendapat itu ditentang Walikota Lleida, Angel Ros. “Dulu, kita memiliki agama yang dominan, tapi sekarang kita memiliki banyak agama di sini dan kita harus menemukan cara untuk menghormati fakta ini, ” ujarnya seperti dikutip Times.
“Sekarang, saya melihat suatu masa ketika setiap kota besar di Spanyol akan memiliki sebuah masjid, ” tukas Walikota Ros. (ln/iol)