Rombongan Muslim asal Amerika yang berjumlah 75 orang, beberapa diantaranya mualaf, ramai-ramai berkunjung Saudi untuk melaksanakan umrah sambil belajar agama Islam langsung dari para pemuka Muslim di Saudi. Perjalanan umrah sekaligus studi Islam itu diselenggarakan oleh lembaga Al-Qur’an wa As-Sunnah Society yang berbasis di New York.
Ulama senior Saudi diantaranya Mufti Besar Saudi Abdil Aziz Aal Syaihk ikut memberikan ceramahnya. Pada kesempatan itu, Aal Syaikh memberikan penjelasan tentang terorisme dan bom bunuh diri dalam pandangan Islam dan menghimbau rombongan dari AS itu untuk menghormati non-Muslim.
"Islam adalah agama yang damai dan penuh kasih sayang. Islam mengecam segala bentuk terorisme dan pelaku teror adalah orang tidak paham agama Islam dan selayaknya takut pada azab Allah," kata Mufti Saudi.
Dalam program umrah dan studi Islam yang berlangsung selama tiga minggu itu, rombongan yang berasal dari berbagai latar belakang, terdiri dari para mualaf, imam masjid, khatib, bahkan para profesional di bidang teknologi informatika, dokter dan pengusaha yang membawa serta keluarganya, mendapatkan pelajaran tentang tauhid, ilmu hadis, fiqih dan spiritualitas. Bagi para muslimahnya, diberikan ceramah khusus tentang perempuan dalam Islam serta studi ilmu tajwid.
"Kami datang ke sini untuk menimba ilmu dan memperkuat keimanan kami," kata Zahid Rashid, lulusan Universitas Umm Al-Qura yang sekarang menjadi presiden Al-Qur’an wa As-Sunnah Society di New York.
Program studi Islam yang diselenggarakan lembaga pimpinan Rashid ini bisa dibilang langka di negara-negara non-Muslim seperti di AS. Dalam program belajar Islam langsung ke Saudi, para peserta mendapatkan kesempatan istimewa untuk duduk bersama dengan Imam Masjid Nabawi, Syaikh Ali Abdul Rahman Al Hudhaify yang memberikan pelajaran ilmu membaca al-Quran dengan benar selepas salat Isya sampai jam 02.00 dinihari. Dengan sabar, Syaikh Al-Hudhaify mendengarkan bacaan Qur’an seluruh peserta.
Setelah mengikuti program studi ini, para peserta diharapkan bukan hanya makin tebal keimanannya terhadap Islam, tapi juga paham bagaimana harus bersikap terhadap Muslim dan non-Muslim, paham akan bahaya terorisme dan yang terpenting mereka makin bersemangat untuk terus memperdalam agama Islam.
Salah seorang anggota rombongan adalah Imani, muslimah berusia 37 tahun. Imani beragama Kristen sebelum masuk Islam pada usia 19 tahun. Ia mengungkapkan, Islam telah mengeluarkannya dari kehidupannya yang hitam dan sekarang ia aktif berdakwah di masjid-masjid dan merawat 13 orang anak.
"Salah satu hal terbaik dalam hidup saya adalah datang ke tanah suci untuk belajar Islam," kata Imani mengungkapkan kebahagiaannya bisa berkunjung ke Makkah dan Madinah.
Lain lagi pengalaman Hamza Jayinz Mckind asal Columbus, Ohio. Ia adalah putera seorang pendeta Kristen dan ia sendiri calon pendeta. Jalan hidupnya berubah total ketika ia berkesempatan bekerja di sebuah sekolah Islam.
"saya menemukan banyak hal dalam Islam yang pernah saya pelajari sebelumnya di Alkitab, tapi di AlQuran lebih detil. Saya menemukan kebenaran dalam al-Quran dan memutuskan untuk masuk Islam. Dua bulan kemudian, ibu saya ikut masuk Islam," tutur Mckind.
Perjalanan ke Saudi untuk belajar Islam merupakan pengalaman tak terlupakan bagi seluruh rombongan. "Kami semua merasakan kedekatan pada Allah. Di sini kami bukan cuma umrah, tapi juga menuntut ilmu langsung dari keturunan Nabi," kata seorang peserta yang tidak mau disebut namanya.
Dan ketiba tiba saatnya rombongan meninggalkan tanah suci, adalah saat yang paling mengharukan. Hampir semua rombongan Muslim asal AS itu menitikkan airmata. Pihak Al-Qur’an wa Sunnah Society mengucapkan terima kasih pada kementerian agama Saudi, gubernur Makkah dan Madinah dan para ulama yang telah membantu menyumbangkan tenaga dan pemikirannya dalam program studi yang berlangsung sejak tanggl 16 Juli sampai 3 Agustus 2009. (ln/SaudiGazette)