Negara Jerman memasukkan pelajaran agama sebagai bagian dari kurikulum pengajaran di sekolah-sekolah setelah era kekuasaan Nazi di negara itu berakhir. Tujuan pendidikan agama di Jerman, memberikan dasar-dasar etika dan identitas sebagai orang Jerman. Selama puluhan tahun, pendidikan agama yang diberikan sekolah-sekolah di Jerman cuma pendidikan agama Kristen Protestan dan Katolik. Pelajaran agama Yahudi baru diberlakukan pada tahun 2003 dan tidak pernah terpikir untuk memasukkan agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran agama di sekolah-sekolah, padahal di negara itu terdapat komunitas Muslim yang semakin hari populasinya semakin bertambah.
Komunitas Muslim di Jerman kebanyakan berasal dari Turki. Pemerintah Jerman menganggap mereka sebagai "pekerja pendatang" dan tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah seperti layaknya warga negara Jerman. Tapi belakangan ini Jerman mulai bersedia menerima para imigran Muslim sebagai bagian dari identitas negara itu. Menteri Dalam Negeri Jerman Wolfgang Schäuble bahkan mengatakan, kebutuhan pengajaran agama Islam yang didanai oleh negara bagi 900.000 siswa Muslim di Jerman sudah sangat mendesak.
Menurut studi yang dilakukan kementerian dalam negeri Jerman belum lama ini, 80 persen dari komunitas Muslim di Jerman menyatakan bahwa mereka hanya menginginkan sekolah-sekolah di Jerman juga mengajarkan agama Islam. Pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah juga mendapatkan dukungan dari sejumlah pengamat yang menilai pengajaran agama bisa membantu upaya integrasi komunitas Muslim.
"Kelas-kelas Muslim di sekolah-sekolah publik merupakan ujicoba bagi upaya integrasi. Komunitas Muslim akan merasakan bahwa mereka juga mendapatkan apa yang didapat oleh penganut agama lain dan perasaan itu akan menimbulkan dampak positif buat mereka," kata Michael Kiefer, penulis buku sejarah tentang pengajaran Islam di sekolah-sekolah Jerman.
Ia menambahkan, "lebih baik pengajaran agama Islam berada dibawah supervisi negara daripada membiarkan munculnya lembaga-lembaga pendidikan Al-Quran yang berada di bawah pengelolaan lembaga-lembaga islamis."
Muslim Jerman masih menghadapi kendala dalam memperjuangkan agar agama Islam juga diajarkan di sekolah-sekolah. Salah satu kendalanya adalah beragamnya aliran yang dianut oleh komunitas Muslim di Jerman. Ada yang Sunni, Syiah, Ahmadiyah dan aliran Islam lainnya.
"Tidak ada satu Islam dan merefleksikan beragam manifestasi dari beragamnya penganut aliran dalam Islam di sebuah kelas pelajaran Islam, bukan perkara yang gampang," tukas Jamal Malik, kepala jurusan studi Islam di Universitas Erfurt.
Selain North Rhine Westphalia tidak ada negara bagian lainnya di Jerman yang mengajarkan agama Islam di sekolah-sekolah. Itupun karena North Rhine Westphalia merupakan basis komunitas Muslim di Jerman. Sepertiga dari populasi Muslim Jerman tinggal di negara bagian ini. Di North Rhine Westphalia terdapat terdapat 150 sekolah umum yang memberikan pengajaran Islam bagi 13.000 siswa sekolah dasar sampai siswa kelas menengah pertama. Selain itu, sekitar 200 sekolah menawarkan kursus pelajaran agama Islam yang dibiayai oleh negara bagian dan organisasi muslim setempat.
Konferensi Islam di Jerman, sebuah lembaga yang dibentuk pemerintah Jerman pada tahun 2006 akhirnya berhasil bernegosiasi dengan pemerintah Jerman agar sekolah-sekolah di seluruh Jerman juga mengajarkan mata pelajaran agama Islam. Wolfgang Schaeuble, mendagri Jerman sudah menyetujui keinginan lembaga Konferensi Islam Jerman.
Perkembangan ini tentu saja membahagiakan kaum Muslimin di Jerman salah satunya Lamya Kaddor, seorang muslim keturunan Suriah yang mengajarkan mata pelajaran studi Islam di sekolah Gluecklauf. "Siswa harus memahami siapa diri mereka sehingga mereka bisa memahami agama orang lain," kata Kaddor yang siswanya kebanyakan dari keluarga Muslim Turki.
Menurutnya, siswanya yang muslim sering melontarkan pertanyaan seperti "Apakah boleh punya pacar?", "Apakah boleh menggunakan pewarna kuku?", "Apakah saya akan masuk neraka jika jadi homoseks?". Bisa dibayangkan jika siswa muslim tidak mendapatkan jawaban dari perspektif Islam karena tidak adanya mata pelajaran agama Islam di sekolah.
"Saya mengajarkan siswa untuk mempelajari agamanya dengan cara yang independen. Sangat penting bagi para siswa di Jerman untuk mendapatkan pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah," tandas Kaddor. Sayangnya, jumlah guru agama Islam masih sangat minim, hanya sekitar 250 orang yang tersebar di seluruh Jerman. (ln/CSM)