Waktu berselang, dirinya menemukan buku kecil di mobil temannya dan memasukkan ke kantongnya setelah bertanya. Sesampainya di rumah dan tidur, dia mendapatkan mimpi terburuk yang pernah dialami. Ia juga masih ingat ketika bangun dan penuh dengan ketakutan disertai keringat.
“Dalam mimpi, saya berdiri di ruang gelap dan dikelilingi oleh binatang hitam besar yang terengah-engah. Aku bisa merasakan napasnya yang menjijikkan dan merasakan dadaku hancur,” ujarnya.
Merasa tak enak, ia sadar dirinya terbangun dan telah sampai di ruang tamu dekat dengan rak ia menyimpan buku kecil temannya. Ia mengaku terkejut ketika lembaran buku kecil yang dibuka secara acak itu langsung mendefinisikan mimpi buruk.
“Itu adalah Benteng Muslim, sebuah buku doa Islam, dan sambil memegangnya erat-erat di dadaku, aku berlari kembali ke tempat tidur dan menyalakan lampu di samping tempat tidurku,” ungkap dia.
Keesokan harinya, teman perempuannya meminta untuk ditemani datang ke kuliah Islam mingguan. Meski tak tertarik datang, ia merasa harus pergi ke pertemuan tersebut.
Sesampainya di sana, Khawlah menggambarkan beberapa gadis duduk di lantai. Mereka mengobrol, sedang sebagian memakai syal, lainnya tidak.’ ’Obrolan mereka memudar ketika seorang wanita masuk. Hal pertama yang saya pikirkan adalah bagaimana dia terlihat seperti ibu saya, hanya saja ditutupi dengan jilbab,’’ kenangnya.
Dia melanjutkan, dalam kuliah tersebut dirinya menjadi sangat antusias, terlebih, pembicaraan yang difokuskan adalah ‘mimpi’.
Pintu Kebenaran
Beberapa bulan setelahnya, Khawlah lebih giat mempelajari literatur Islam dan menghadiri pertemuan. Ia mengaku memiliki keinginan mendalam untuk mendengarkan berjam-jam kajian Islam saat pulang kerja. Bahkan, kebiasaan Muslim seperti makan dengan tangan kanan dan hanya makanan halal juga dilakukannya.
“Orang-orang Muslim di sekitar saya memperhatikan dan terus berkata, “Katakan kesaksian iman Anda untuk masuk Islam, Anda bisa mengatakannya dengan saya, apa yang Anda tunggu?” kata dia.
Orang di sekelilingnya juga mengingatkan ancaman hukuman karena tidak sholat atau tidak menutup aurat dengan benar. Hal itu ia sebut sebagai hal yang mengganggu dan membuatnya kesal, alih-alih mengucapkan dua kalimat syahadat.
Namun, suatu sore ketika duduk sendiri, Khawlah menyebut ada perasaan sadar yang luar biasa, seolah olah hanya dirinya dan Allah yang mengetahui. Tak berlangsung lama, di dapur kecil itu, di salah satu Kota di Eropa ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi Muslim.