Eramuslim – PENULIS asal Amerika Serikat, Kaya Gravitter yang kini telah resmi memeluk agama Islam, mengisahkan pengalaman spritualnya sebelum dan setelah jadi Mualaf.
Dilansir dari laman About Islam pada Kamis (6/2/2020), Kaya lahir di lingkungan yang cukup agamis. Ia merupakan cucu dari seorang yang sangat religius di agama sebelumnya.
Ketika Kaya di usia muda, pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul di benaknya. Namun sayang, pertanyaan yang menghantunya itu tidak terjawab secara gamblang, padahal ia sering berdoa setiap harinya.
Lalu pada usia 16 tahun, keresahan hatinya semakin bertambah, yaitu mempertanyakan kenapa selama ini ia tidak bisa langsung berdoa kepada Tuhannya? “Saya merasa kesal karena orang-orang tidak berdoa langsung kepada Tuhan,” ujarnya.
Pada 2011 Kaya masuk bangku perkuliahan. Di kampusnya ia memiliki teman yang berbeda-beda, mulai dari perbedaan suku, budaya, hingga agama, dan salah satu temannya itu adalah Muslim.
Kemudian, salah satu dari teman Kaya yang beragama Islam memberi tahunya bahwa “agama kita memiliki Nabi yang sama.” Kemudian Kaya mulai meneliti kesamaan itu.
“Saya tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang penelitian yang saya lakukan. Sejujurnya, saya ingin membuktikan bahwa Islam itu aneh dan bahwa media benar tentang Muslim (negatif),” kata wanita Mualaf tersebut.