Berdakwah di negeri yang mayoritas penduduknya bukan non-Muslim, susah-susah gampang. Apalagi komunitas Muslim di negara yang bersangkutan berasal dari berbagai negara dan tidak semuanya memahami bahasa Arab. Inilah yang menjadi salah satu kendala dakwah di negara Skotlandia.
Komunitas Muslim di negeri itu kini sedang dilanda pro dan kontra tentang bahasa yang digunakan dalam khutbah Jumat. Sebagian besar Muslim Skotlandia menginginkan khutbah dalam salat Jumat, disampaikan dalam bahasa Inggris dan bukan bahasa Arab agar bisa dipahami oleh semua jamaah yang datang ke masjid. Sebagian komunitas Muslim lainnya menentang usulan itu karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.
Profesor bidang studi Islam dan hubungan publik di Universitas Glasgow, Mona Siddiqui salah seorang tokoh cendikiawan Muslim yang mendukung usulan agar khutbah Jumat disampaikan dalam bahasa setempat saja, yaitu bahasa Inggris. "Khutbah dalam bahasa Inggris akan mudah dipahami oleh generasi muda," kata Mona.
Selain Mona, tokoh pemuka Muslim lainnya, Syaikh Amer Jamil juga mendukung usulan itu. Ia sudah berkeliling masjid di Skotlandia dan menyarankan agar khutbah salat Jumat disampaikan dalam bahasa Inggris.
Untuk menengahi pro dan kontra ini, lembaga Scottish Islamic Foundation (SIF) melakukan survei dan menanyakan pada masyarakat apakah mereka setuju untuk meninggalkan tradisi lama dan melakukan modernisasi untuk memenuhi kebutuhan generasi muda Muslim. Hasilnya, lebih dari tiga per-empat responden setuju dengan usulan penggunaan bahasa Inggris untuk khutbah Jumat.
Menurut data SIF, umlah warga Muslim di Skotlandia sekitar 50.000 orang atau kurang dari satu persen dari total jumlah penduduk negeri itu. Surat kabar Sunday Herald, edisi Minggu (14/6) menyebutkan, lebih dari setengah jumlah komunitas Muslim di Skotlandia adalah anak-anak muda berusia dibawah 25 tahun dan hanya sedikit dari mereka yang bisa dan memahami bahasa Arab.
Tapi tidak semua komunitas Muslim menyetujui usulan tersebut. Imam Masjid Al-Furqon di Glasgow Barat, Muhammad Mustaqeem Shah mengatakan, ada prinsip-prinsip dalam Islam yang tidak bisa diubah. Ia meyakini, penggunaan selain bahasa Arab dalam khutbah Jumat tidak sesuai dengan ajaran Islam.
"Banyak ulama Muslim yang telah menyimpulkan bahwa memberikan khutbah Jumat dalam bahasa lain selain bahasa Arab, tidak diperkenankan. Karena Allah menyampaikan perkataannya dalam bahasa Arab bukan bahasa Inggris. Apalagi dalam dalam khutbah, dibacakan ayat-ayat suci al-Quran," kata Shah memberikan alasan.
"Tidak dibenarkan membaca ayat-ayat suci al-Quran dalam bahasa Inggris pada sekte apapun dalam Islam," sambung Shah. Meski demikian, Shah menyatakan menerima jika sebagaian khutbah disampaikan dalam bahasa Inggris tapi tetap menjaga akar dari ajaran Islam yang mengharuskan penggunaan bahasa Arab. (ln/iol)