Eramuslim – Jamila Mariam lahir dan tumbuh besar di Minnesota, Amerika Serikat (AS). Kini, remaja berusia 19 tahun itu merupakan mahasiswa tingkat dua pada Jurusan Antropologi Universitas Wisconsin, Madison, Amerika Serikat.
Akibat pandemi Covid-19, perempuan itu terpaksa harus kembali ke kampung halamannya. Sehari-hari, ia menyempatkan diri untuk mengikuti kuliah secara daring. Sebaran virus korona baru tak hanya menjauhkannya dari kampus, tetapi juga membuatnya harus berhenti bekerja paruh waktu di sebuah restoran.
Melihat dirinya, mungkin orang-orang tak akan menyangka bahwa Jamila lahir bukan dari keluarga Muslim. Dia memeluk Islam atas dasar pencarian pribadinya dan tanpa paksaan dari siapa pun.
Melalui pesan elektronik, dia berbagi kisahnya dengan Republika.co.id, baru-baru ini. Jamila mengenal Islam setidaknya sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Waktu itu, guru sejarahnya mengungkapkan beberapa agama besar yang dianut penduduk dunia, salah satunya adalah Islam.
“Aku belajar tentang agama Islam di pelajaran sejarah waktu kelas enam. Saat itu, aku merasa begitu tertarik dengan Islam.”
“Ya, masih kuingat waktu itu ingin masuk Islam, tetapi tentu terlalu muda untuk mengambil keputusan itu,” kata Jamila mengenang masa kecilnya.
Dia ingat, beberapa tahun kemudian, kabar duka datang. Kakek yang sangat dicintainya meninggal dunia. Jamila mengaku, saat itu ia bahkan sempat merasa depresi. Dia menjadi bersikap masa bodoh terhadap lingkungan sekitar dan juga pada dirinya sendiri.