Eramuslim..com – BAGI mereka yang memutuskan jadi mualaf, proses hijrah bukanlah hal yang mudah, sebab berbagai ujian harus dilalui. Sebut saja Meta (bukan nama sebenarnya), belum lama ini ia memeluk Islam.
Meta pun menceritakan perjalananannya kepada saat ditemui di kawasan Jakarta Timur, bahwa ia mendapatkan hidayah karena anaknya yang bernama Andi (bukan nama sebenarnya). “Ini karena anak saya, dia yang membuat saya akhirnya menjadi mualaf,” katanya.
Andi sendiri adalah anak berkebutuhan khusus, ia mengalami itu sedari kecil dan anak ini sekarang berusia 13 tahun. Segala indera di tubuhnya tidak bisa langsung merespons, khususnya indera pendengarannya.
Namun ketika mendengar suara adzan atau lantunan kalimat tauhid lainnya, Andi selalu merasa bahagia. Sebagai seorang non-Muslim, saat itu Meta heran mengapa hanya suara-suara seperti itu yang direspons anaknya.
“Waktu kecil kalau dengar suara adzan, ia selalu tersenyum. Wajahnya terpancar rasa bahagia karena anak seperti Andi ini kan kepekaannya lebih tajam,” ujar Meta.
Melihat anaknya selama bertahun-tahun selalu senang ketika mendengar suara adzan, Meta pun mulai merasa terpanggil. Ia mulai befikir apakah sudah saatnya ia harus berpindah keyakinan atau jadi mualaf, sementara seluruh keluarga besarnya tidak ada yang beragama Islam.
“Saya merasa heran dengan tingkah laku anak saya ini. Padahal kalau diajak ngobrol itu harus butuh waktu, kalau dengar suara adzan dia mau,” ucapnya.