Hedley Churchward tercatat sebagai orang Inggris pertama yang menjalankan ibadah haji. Churchward yang kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Mahmoud Mubarak, kemudian dikenal sebagai salah seorang cendikiawan muslim dan menorehkan prestasi di bidang studi Islam. Setelah belajar Islam di Universitas Al-Azhar, Mesir selama bertahun-tahun, Churchward atau Mahmoud Mubarak menjadi dosen Sirah terkenal di Akademi Qadi. Lalu siapa Churchward sebelum menjadi seorang muslim?
Hedley Churchward lahir dari salah satu keluarga paling terkemuka di Inggris. Ia memiliki rumah kuno yang usianya lebih dari 700 tahun dan merupakan rumah tertua di seantero Inggris. Latar belakang pendidikannya adalah seni, spesialisasinya melukis adegan-adegan panggung sandiwara menjadikannya sebagai pelukis terkenal di era tahun 1880-an.
Ia sangat terinspirasi ketika melakukan perjalanan ke Spanyol dan untuk pertama kalinya menyaksikan arsitektur-arsitektur Islam yang mewah. Churchward lalu melanjutkan perjalanannya ke Maroko dan di negeri ini ia sangat terkesan dengan gaya hidup Islami masyarakatnya yang masih murni dan penuh kelembutan. Setelah beberapa kali mengunjungi Maroko, ia membuat keputusan yang membuat kaget keluarganya. Churhward memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang muslim.
Setelah menjadi mualaf, Churchward yang menggunakan nama Islam Mahmoud Mubarak belajar agama Islam di Universitas Al-Azhar, Mesir. Di negara ini, ia menikah dengan seorang perempuan Mesir, putri dari seorang hakim di Al-Azhar.
Ketika tinggal di Kairo, Mubarak pernah ditugaskan membuat dekorasi untuk salah satu masjid di kota itu. Tapi yang paling disyukurinya adalah ketika Presiden Afrika Selatan, Paul Kruger memberinya izin untuk membangun masjid pertama di Afrika Selatan, di kota Witwatersrand.
Meski sudah masuk Islam dan mempelajari Islam, Mubarak selalu berpikir dan merasa bahwa dia belum sepenuhnya bersatu dengan Islam. Ia sangat ingin menunaikan ibadah haji untuk menyempurnakan keislamannya. Keinginannya yang besar itu tertuang dalam perkatannya, “Suatu senja, ketika aku sedang berjalan-jalan di sekitar Piramida yang menjulang ke langit saat matahari terbenam, aku melihat garis cakrawala kota Kairo di balik debu Afrika yang tenang, aku memutuskan untuk melakukan apa yang sangat ingin kulakukan sejak saya menjadi seorang muslim, aku akan mengunjungi Kabah di Makkah.”
Saat itu tahun 1910, situasi politik-keagamaan menuntutnya untuk membuktikan kesungguhannya sebagai seorang muslim, karena non-muslim tidak dibolehkan masuk ke kota Makkah. Mubarak harus menjalani pemeriksaan oleh kadi (hakim agung dalam Islam) selama tiga jam untuk memastikan keimanannya. Akhirnya Mubarak lulus dalam ujian itu dan mendapatkan “paspor keagamaannya” yang disahkan oleh Kadi serta kepala ulama Utsmaniyah, Turki serta sejumlah ulama serta imam muslim lainnya untuk menghindari kemungkinan hambatan birokrasi.
Pada tahun itu juga, Mubarak berangkat ke Mekkah melewati Afrika Selatan. Lalu melanjutkan perjalanan yang melelahkan via Bombay dengan menggunakan mesin uap. Dari Bombay, ia pindah kapal ke sebuah kapal bernama SS Islamic, kaptennya seorang Skotlandia yang bawel. Kapal itu dilengkapi persenjataan untuk mengantisipasi serangan para bajak laut selama perjalanan menuju Laut Merah.
Saat kapal berlabuh di Pelabuhan Suakin, Sudan, Mubarak mendatangi kantor British Council dan mendapat informasi bahwa ia tidak akan diizinkan masuk ke kota Mekkah sesampainya di Jeddah. Namun Mubarak tetap melanjutkan perjalanannya sampai tiba dengan selamat di pelabuhan Jeddah. Dengan bekal “paspor” yang sudah disahkan oleh para ulama di Mesir dan para pejabat Ustamaniyah, Mubarak tidak menghadapi hambatan apapun. Bersama pembimbing hajinya, Mubarak lalu menuju kota suci Makkah dengan mengendarai kuda kecil keesokan harinya, pada malam hari.
“Dengan sinar bintang-bintang, aku melihat bukit-bukit batu, sepertinya kami berjalan melintasi sebuah ngarai. Suasanya sangat sunyi, tidak terdengar suara apapun, bahkan suara binatang malam … Bang! tiba-tiba terdengar suara letusan di kejauhan di ketinggian bukit-bukit yang berwarna hitam karena gelapnya malam. Tidak salah lagi, itu suara tembakan …. lalu terlihat sinar terang dari sebentuk bangunan tua, dengan beberapa menara yang menjulang tinggi. Dari tempat aku berjalan … terlihat bayangan orang yang menuju ke arah bawah. Mereka mengenakan seragam dan membawa senjata di tangan mereka,” demikian gambaran yang diberikan Mubarak saat perjalanan menuju Makkah.
Pada masa itu, para jamaah haji yang menggunakan alat transportasi tradisional sering mengalami serangan dari para perampok. Tapi Churchward atau Mubarak berhasil melewati situasi berbahaya itu dalam perjalanan panjang dan melelahkan. Dengan keyakinannya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik, Mubarak akhirnya sampai ke tanah suci meski harus menempuh perjalanan selama lima bulan. Ia menyempurnakan rukun Islam dan menjadi orang Inggris pertama yang menjadi tamu Allah. Labbaik Allahumma Labbaik …(ln/OI)