Islam sudah merembes ke berbagai negara. Apalagi saat ini, sangat mudah menemukan muslim di belahan dunia manapun. Bahkan di teritori yang merupakan basis non-muslim seperti di benua Eropa dan Amerika.
Di Jerman, perkembangan umat Islam semakin pesat. Jumlah masjid di Jerman pun terus bertambah, menandakan peningkatan rasa percaya diri keagamaan dan keberhasilan integrasi di negara tersebut.
Jika di tahun 1990, hanya ada tiga buah masjid di Jerman, maka sekarang jumlahnya mencapai 164 masjid, dan akan menjadi 200 masjid dalam waktu dekat dengan dibangunnya masjid-masjid baru di seluruh penjuru Jerman,” ujar Claus Leggewie, penulis buku Mosques in Germany: Religious Home and Societal Challenge.
Keberadaan masjid-masjid tersebut untuk melayani sekitar 3,5 juta penduduk Muslim Jerman yang kebanyakan asal Turki. Dengan jumlah populasi Muslim sebanyak itu menempatkan Jerman sebagai negara kedua di Eropa setelah Prancis yang jumlah warga Muslimnya paling banyak.
Bagi umat Islam Jerman yang selama ini hanya bisa melaksanakan shalat berjamaah di tempat yang tidak layak, pembangunan masjid-masjid ini tentu saja membuat mereka bahagia.
Salah satu masjid yang merupakan satu-satunya masjid yang dibangun, dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai kegiatannya di ibukota negara Jerman , Berlin yaitu masjid Al Falah.
Masjid Al Falah selama ini masih mengontrak pada bangunan di jalan Feldzeugmeisterstrasse. Sebuah pub dan tempat pijat yang kemudian direnovasi para jamaah menjadi masjid yang cukup lapang. kemajuan Islam di Berlin dan Jerman secara keseluruhan dirasakan pula oleh umat muslim Indonesia. Dakwah semakin berkembang dan jamaah semakin bertambah. Dan kini muslim Indonesia di Berlin berencana untuk membangun masjid Indonesia di Berlin yang permanen.
Masjid Al-Falah IWKZe masih menempati lantai dasar gedung di sudut jalan Feldzeugmeisterstrasse.
Sejarah
Sekitar tahun 1988, sekelompok muslimin Indonesia di Berlin (kala itu masih bernama Berlin Barat, bagian dari Jerman Barat) yang tergabung dalam PPME, memutuskan untuk menyewa sebuah rumah tinggal untuk dijadikan masjid sekaligus pusat kegiatan organisasi mereka. Sebuah rencana yang sudah dirintis sejak tahun 1984. Masjid tersebut kemudian diberi nama Masjid Al-Falah. Masjid Indonesia ini menjadi salah satu dari sekitar 80 masjid yang ada di Berlin.
Masjid Al-Falah merupakan satu-satunya masjid di Jerman yang dikelola oleh masyarakat muslim Indonesia dengan jamaah yang berasal dari berbagai negara seperti: Jerman, Turki, Brunei, Malaysia, India, Cina, Pakistan, Indonesia, negara-negara Arab dan Afrika. Masjid Al Falah memegang peranan penting sebagai pusat dakwah, pelayanan, silaturahim, pendidikan, ibadah, serta berperan sebagai pusat informasi keislaman untuk masyarakat muslimin Indonesia yang saat ini tercatat berjumlah sekitar lebih dari 1200 orang di Berlin.
Masjid Al Falah awalnya menggunakan sebuah apartemen seluas 90 meter persegi di jalan Melangtongstrasse. Masjid Al Falah terus berkembang dan pada ahir tahun 2006 menjadi sebuah yayasan yang terdaftar resmi di Departemen Kehakiman Republik Federal Jerman.
Nama Organisasi pun berubah menjadi Indonesisches Weisheits und Kulturzentrume.V. (Pusat Kearifan dan Budaya Indonesia) atau disingkat dengan nama IWKZe.V.). Sejak 2007, Mesjid Al Falah pun menempati gedung baru di Feldzeugmeisterstrasse seluas 215 m2. Bangunannya terdahulu yang merupakan klub malam yang bersebelahan dengan tempat pijat disatukan dan direnovasi selama 3 bulan untuk menjadi masjid yang cukup luas.
Dan sejak awal tahun 2007 itu pula, Masjid Al Falah tidak lagi dikelola oleh PPME melainkan dibawah IWKZe. V. Dengan dukungan dari segenap pengurus masjid, KBRI dan masyarakat Indonesia. Al-Falah senantiasa berusaha berintegrasi dengan kultur Jerman dan tetap menjaga akar Indonesia.
Aktivitas Masjid Al-Falah
Masjid Al Falah memiliki banyak kegiatan untuk jamaahnya, antara lain: pusat peribadahan, pusat kegiatan keagamaan masyarakat muslim di Berlin, pusat pendidikan Al Qur’an bagi anak-anak dan remaja melalui program Taman Pendidikan Al Qur’an, pusat pendidikan agama Islam melalui pengajian rutin mingguan dan bulanan, kegiatan selama Ramadan, pusat perpustakaan dan literatur keislaman, kajian-kajian ilmiah, sarana silaturahim untuk saling kenal-mengenal sesama warga, sarana memperkenalkan budaya Indonesia kepada komunitas internasional baik melalui jalinan kerjasama maupun melalui ragam kegiatan sosial seperti bazar makanan tradisional Indonesia, fasilitas kegiatan olahraga, dan turut membantu saudara-saudara yang tertimpa bencana dengan menggalang dana bantuan.
Kegiatan masjid kami memfokuskan kepada pengenalan budaya dan kearifan masyarakat Islam Indonesia, yang merupakan salah satu bukti bahwa bangsa Indonesia mampu berkontribusi dalam bidang kebudayaan dan keagamaan di Jerman.
Dengan semangat membuka diri, Masjid Al Falah ingin memberikan kontribusi untuk masyarakat Berlin yang lebih luas. Masjid Al Falah aktif dalam paguyuban masjid di Berlin melalui Initiative Berliner Muslime (IBMUS) juga paguyuban lintas budaya dan agama di Buergerplatform Wedding-Moabit.Bahkan menjadi wakil umat Islam dalam Komisi Integrasi Depdagri Jerman. Seiring dengan perkembangan dakwah, jumlah jamaah pun kian ramai.
Al Falah juga berhubungan baik dengan warga Jerman. Ada Open Day setiap tahun, dimana warga Berlin ramai-ramai mengunjungi masjid. Umat Muslim di Berlin, walaupun berasal dari berbagai bangsa, tetapi selalu kompak mulai dari mendukung Palestina dan dunia Islam . Bahkan mereka bisa menyepakati Ramadan dan Idul Fitri bersama, suatu hal yang kadang sulit dilakukan di tanah air.
Menjadi muslim Indonesia di Jerman memiliki berkah tersendiri karena kita dikenal sebagai muslim yang penuh toleransi. Pemerintah Jerman yang ingin belajar mengenai kerukunan beragama, selalu merujuk Indonesia sebagai panutan. Fakta yang cukup membanggakan, Al Falah bersama IBMUS kini sedang memperjuangkan ke Dewan Kota Berlin untuk menjadikan Idul Fitri dan Idul Adha menjadi hari libur lokal di Berlin.
Dengan luas sekitar 200 m2, mampu menampung sekitar 180 jamaah sholat. Namun seiring meningkatnya jumlah kaum muslim Indonesia di Berlin, masjid ini diperkirakan tidak akan mampu lagi menampung jumlah jamaah yang semakin banyak dalam beberapa tahun ke depan. Status bangunannya sebagai gedung sewa juga cukup beresiko, karena pemutusan kontrak sewa akan mengharuskan dipindahnya masjid, sebuah proses yang tidak sederhana dan berakibat pada terganggunya ibadah dan kegiatan keislaman kaum muslim Indonesia di Berlin. Hal ini pernah terjadi pada tahun 2005, kontrak sewa masjid diputus sehingga masjid tidak memiliki tempat ibadah selama lebih dari satu tahun.
Mengingat akan hal hal tersebut, para jamaah muslim Indonesia di Jerman memimpikan untuk memiliki gedung masjid sendiri dan bukan menyewa, tidak lain untuk kepastian dan ketenangan beribadah selain tentunya menyesuaikan kapasitas masjid dan jumlah jamaah. Maka, pada Sabtu 12 September 2009 usai Tarawih, Ketua Masjid Al Falah IWKZ e.V. Bapak Makky Sandra Jaya secara simbolis bersama para jamaah membacakan piagam kebulatan tekad untuk membangun Masjid Indonesia yang dimiliki sendiri.
Insya Allah masjid yang akan tersebut akan menjadi masjid Indonesia pertama yang secara penuh dimiliki dan dibangun oleh anak bangsa di Jerman. Masjid Al-Falah segenap jamaah mengundang seluruh umat muslim Indonesia di luar negeri dan di tanah air untuk ikut bahu membahu berpartisipasi dalam ikhtiar bersama membangun Rumah Allah tersebut.
Umat Islam yang berniat membantu bisa berkontribusi melalui rekening yang dicantumkan dalam situs www.iwkz.de. Selain itu, informasi juga disebarluaskan lewat berbagai milis dan situs jejaring sosial. Masjid Al Falah juga menggandeng sejumlah yayasan di tanah air untuk menerima dan menghimpun dana dari Indonesia.
Namun, dakwah islam di Jerman tidaklah selalu mulus, berbagai kontra terus berdatangan. Salah satunya yaitu kelompok anti-Islam (Pro-Deutschlan) dibiarkan untuk menampilkan kartun yang menghina Rasulullah salallahu alaihi wasallam selama demonstrasi di luar Masjid. Dipublikasikannya salinan kartun Denmark telah memicu protes di seluruh dunia ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 2005. kelompok ini berencana menunjukkannya di depan tiga masjid di ibu kota dengan mengusung slogan, “Islam bukan milik Jerman, hentikan Islamisasi”.
Kampanye melawan rasisme merupakan salah satu dari segelintir demonstrasi yang telah terdaftar . Sementara itu, pihak kepolisian Jerman mengatakan bala bantuan akan didatangkan dari negara-negara lain termasuk North Rhine-Westphalia dan Bayern.
Pengadilan Berlin telah memberikan izin kepada kelompok Pro- Deutschlan untuk menggunakan kartun nabi Muhammad dan menolak keluhan yang diajukan jamaah tiga Masjid untuk mencegah warga negara gerakan Pro-Deutschland menunjukkan karikatur nabi Muhammad di depan mereka selama demonstrasi berlangsung.
Pengadilan mengklaim bahwa kartun tersebut dilindungi di bawah “kebebasan artistik” dan secara hukum tidak bisa dianggap sebagai pelecehan terhadap kelompok agama.
Dua petugas polisi ditikam dan sekitar 100 orang ditanggap di bulan Mei ketika demonstrasi serupa di North Rhine-Westphalia berakhir dengan kekerasan saat protes anti-Islam berlangsung hingga sekelompok Muslim datang.
Sekitar 30 anggota Pro-NRW, adik kelompok Pro-Deutschland, mengangkat gambar kartun nabi Muhammad hingga 600 Muslim Salafi datang dan mengadakan demonstrasi tandingan lalu mereka terlibat bentrok.
Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, namun menjadi hal yang lumrah bagi para muslim jika mereka marah besar atas pelecehan terhadap Nabi Muhammad saw. Berbagai kontra terus bergulir, namun islam tidak akan hilang eksistensinya karena pada hakikatnya, kebenaran tidak akan pernah kalah, dan setiap individu mempunyai kebebasan beragama dimanapun mereka berada tanpa paksaan dari pihak manapun. – Dani Fitriani –